Eren
4 min readSep 15, 2024
° ᡣ𐭩 earth . ° .

“Adek tunggu disini bentar ya, main dulu. Papah kedapur bentar mau bikinin kopi buat ayah.” Jake letakkan putra kecilnya itu diarea bermainnya seraya menumpahkan sekeranjang mainan agar putra kecilnya itu tak rewel saat ia tinggal sebentar.

Bwa.. bwabwa… bahhh..” sikecil menggerutu sambil memukul-mukul mainannya kelantai, buat Jake terkikik geli melihat tingkah lucu putra kecilnya itu.

Matanya lantas melirik kearah jam yang tergantung didinding, sudah menunjukkan pukul 16.45 yang berarti Sunghoon akan segera sampai kerumah.

Ia pun bergegas menuju dapur yang terletak tak jauh dari ruang bersantai mereka, sambil menyiapkan kopi dan makanan untuk makan malam untuk suaminya itu Jake sesekali melirik kearah putra kecilnya yang tengah bermain sendiri itu.

Tubuh mungil itu tampak berdiri sambil menggeret mainannya, kemudian berjalan dengan langkah kecilnya mengitari pagar pembatas area bermainnya.

BRUK

“Adek!” Jake tersentak saat lihat putra kecilnya itu terjatuh, namun sikecil sama sekali tak menangis, justru kembali berdiri dan berjalan-jalan mengitari aera bermainnya.

“Bener-bener anak ayah ya dek kamu.” Jake tersenyum tipis.

Detik kemudian teko berisikan air yang Jake masak berbunyi, tanda air yang ia masak sudah siap untuk diseduh dengan kopi.

Ia pun langsung bergegas menyiapkan kopi untuk suaminya itu sebelum suaminya sampai dirumah.

BRUGH

Langkah besar itu perlahan mendekat hingga masuk kedalam sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat ia dan keluarga kecilnya berteduh dari hujan dan panas.

Dasi yang terlilit kecang pada kera kemejanya ia longgarkan, lagi pula ia tak perlu berpenampilan rapi agar dicintai oleh keluarga kecilnya.

Wajah yang awalnya terlihat lesu dan lelah setelah seharian berkutat dengan monitornya itu perlahan menghilang saat melihat pemandangan indah yang buat lelahnya hilang.

pahh.. dadda ddaaa~.. dadda..

“Sst..” ia isyaratkan putra kecilnya itu untuk tak ricuh saat melihat kehadirannya.

Buket bunga yang ia genggam sekarang sudah menjadi rutinitas wajib baginya untuk diberikan pada pendamping hidupnya itu.

Langkahnya masuk semakin dalam, meninggalkan putra kecilnya sendiri disana, hingga ia dapati siluet suami cantiknya tampak sibuk berkutat dengan alat-alat masaknya didapur.

“DOR!”

“AKH!”

Jake terperanjak kaget saat dikagetkan oleh suaminya sendiri.

Ahahahahahaha~ kasian kaget” pipi chubby itu Sunghoon cubit dengan gemas buat sang empu menatapnya sebal.

“Kamu tuh kebiasaan banget deh! Gimana kalo aku jantungan?! Kamu mau aku mati?!” Jake menggerutu sebal.

“Eh mulutnya nakal, minta dicium ya?” Goda Sunghoon.

“Iya! Sini cium aku!” Tantang Jake, buat Sunghoon terprovokasi lalu meraih pinggulnya dan langsung mencium bibir itu tanpa basa-basi.

Jake tak pernah menolak saat dicumbu, justru ia senang karna merasa sangat dicintai oleh suaminya.

Maka ia tautkan tangannya pada pundak suaminya lalu membalas cumbuan lembut nan manis itu dengan senang hati.

Eumhhh~.. mphhh nghh~…” lenguh Jake lolos saat lidah Sunghoon menelusup masuk kedalam mulutnya dan mengobrak-abrik isi mulutnya, buat nafasnya mulai menipis.

Jake pun mendorong dada suaminya itu pelan, agar menyudahi cumbuan yang mulai memanas itu.

Sunghoon paham, maka ia sudahi cumbuannya dengan berikan kecupan singkat pada ranum tebal itu.

Chup

“Nih” ia berikan sebuah buket bunga mawar merah yang ia bawakan untuk suami cantiknya itu.

“Dalam rangka apa hari ini?” Jake terima bunga itu dengan senyum merekah diwajahnya.

Sunghoon hendak merunduk sambil berbisik ditelinga lelaki manis itu, “dalam rangka selalu cantik dimataku.” Ucapnya buat Jake terkekeh pelan.

Pipinya merah merona dibuat Sunghoon, benar-benar devinisi suami paling bucin.

“Kamu mandi dulu sana, aku mau lanjut siapin makan malem kita.”

“Ciumnya mana?” Pinta Sunghoon sambil menunjuk pipinya sendiri.

“Dasar.” Jake menggelengkan kepalanya sambil tertawa pelan, kemudian berikan apa yang suaminya inginkan, yaitu sebuah ciuman.

Chup

Thank you baby girl” ucapnya tengil.

“Jangan panggil aku kayak gitu, didepan adek.”

“Hahaha iya sayang iyaa… ini adek belum mandi kan? Aku mandiin bareng aku aja ya?”

“Iyaa boleh..”

Setelah selesai dengan makan malamnya, Jake dan Sunghoon pun hendak beristirahat dikamar tidurnya, tak lupa dengan putra kecilnya tentunya.

Sunghoon tampak sibuk menggendong sambil menimang-nimang putra kecilnya yang sudah mengantuk itu, sementara Jake merapikan tempat tidur mereka yang tampak berantakan oleh miniatur Dinosaurus milik putra kecil mereka itu.

“Udah nih, boboin aja disini nanti tidur sendiri.” Ucap Jake setelah selesai membereskan temoat tidur mereka.

Sunghoon pun langsung membaringkan putra kecilnya itu diatas ranjang, sementara Jake langsung memasang pagar pembatas dipinggir ranjang agar putra kecilnya tak jatuh saat tertidur.

“Sini sayang” Sunghoon menepuk ruang kosong diantara tubuhnya dan putra kecil mereka agar Jake berbaring disana.

“Ughh…” Jake membaringkan tubuhnya diantara suami dan putra kecilnya itu dengan posisi menghadap pada putra kecilnya dan membelakangi suaminya.

Tangannya lembut memberi tepukan-tepukan lembut pada bokong mungil itu, hingga terdengar suara dengkuran halus dari mulut sikecil.

“anak kamu banget ini, aku kebagian hikmahnya doang.” Ucap Jake sambil memperhatikan garis wajah milik putra kecilnya.

Sunghoon hanya tertawa mendengarnya, karna tak dapat dipungkiri sedari bayi sampai sekarang wajah putra mereka sangat mirip dengan Sunghoon.

“Padahal dia diperut aku sembilan bulan, harusnya mirip aku bukan kamu!”

“Gapapa, nanti kalo bikin adek part dua kita ganti gaya biar adeknya mirip kamu.”

Jake sontak menggeplak tangan Sunghoon pelan sambil terkekeh, “emang gaya yang gimana biar mirip aku?”

Sunghoon mengedikkan bahunya, “mungkin gaya helikopter?”

“Ngawur ih! Inget umur deh nanti yang ada kamu encok pinggangnya hahaha…”

Sunghoon pun langsung memeluk tubuh mungil itu erat sambil mendusal pada lehernya, buat Jake menggeliat kegelian.

“Udah.. udah hahaha.. nanti adek bangun aduh.. sayang.. ampun hahaha…”

Begitulah rutinitas yang dua anak adam itu lakukan sebelum tidur, bersenda gurau sambil melemparkan candaan hingga akhirnya tertidur lelap.

Hidup keduanya benar-benar terasa sangat bahagia sekarang, bahkan keduanya nyaris tak pernah merasakan sedih selama keduanya bersama.

Namun entah sampai kapan semua itu akan bertahan. Hidup itu berpijak pada bumi bukan? Maka seharusnya hidup juga berputar selayaknya bumi. Kadang ada siang dan kadang ada malam.

Juga harusnya, jika merasa bahagia maka harus siap merasakan duka.

No responses yet