Suasana sore hari itu entah mengapa terasa tak mengenakkan bagi Ethan. Sore ini ia, sang bunda, dan beberapa teman dekat Shaka ikut mengantar Shaka ke bandara.
Ia beberapa kali menghembuskan nafasnya seraya mengotak-atik handphone miliknya untuk menyibukkan diri.
Hatinya masih belum menerima melihat Shaka bersama dan Juan, terlebih lagi melihat cincin yang melingkar dijari manis Shaka dan Juan.
Ia merasa jengah.
"Dor!"
Ia sama sekali tak terkejut, namun tetap menoleh.
"Jelek nggak kaget!" Ucap Sean sambil mendengus sebal.
Ethan bergeming lalu kembali mengotak-atik ponsel miliknya.
"Kakak ngapain sendirian disini? Yang lain disana semua"
"Kepo, anak kecil." Jawabannya acuh.
"Ish! Kakak aja yang kayak titan! Ayo kesana, bentar lagi kak Shaka mau berangkat itu!" Menarik ujung jaket milik Ethan.
Ethan tak menolak, ia berjalan dengan Sean yang menariknya.
Sean melambaikan tangannya saat yang lain melihat kearah mereka.
"Haloo!!" Ia menyapa dengan girang.
"Bocil tumben datengnya telat" Ucap Jaden.
"Namanya anak kecil Den, langkahnya juga kecil jadi lama" Sahut Tama membuat yang lain tertawa.
"Ledekin aja terus..." Ucapnya sebal.
Ethan tetap diam, matanya dari tadi menatap lurus kearah Shaka dan Juan yang sedari tadi menempel bak prangko.
"Mau ikut..." Juan yang tengah duduk dipangkuan Shaka mendusal dileher milik Shaka.
"Iya, nanti kalo udah lulus kamu ikut aku." Shaka mengusap punggung milik Juan.
Ethan merasa jengah, ia bahkan heran bunda mereka yang berdiri dihadapkan dua tokoh utama itu seolah abai.
Sean menyenggol lengan milik Ethan membuat Ethan mengalihkan atensinya
"Kak marahin mereka ih! Gue dikatain bocil terus!" Sean menunjuk Tama dan Jaden yang sedang tertawa kearah Sean.
"Emang kecil kok" Jawabannya ikut meledek Sean.
Sean mendengus sebal, ia sangat kesal sekarang. Ia memilih mengalihkan atensinya pada dua tokoh utama yang sedang menempel itu.
"Itu mereka dari tadi gitu?" Tanyanya.
"Iya, Shaka kagak dibolehin kemana-mana sama Juan." Jawab Jaden.
"Namanya juga mau Ldr bre, mana baru pacaran. Masih anget-angetnya." Sahut Tama.
"Saking angetnya sampe ngancurin kamar orang" Tambah Jaden sedikit kesal mengingat Shaka menyuruhnya membereskan kekacauan yang ia buat.
"Itu si Geri betah amat duduk samping orang pacaran, temenin Tam" Jaden menyenggol tangan Tama.
Tama hanya menggeleng "males nemenin orang bego."
Sean menolehkan atensinya pada Ethan yang menatap pada sepasang kekasih itu, dari tatapan Ethan ia bisa melihat kecemburuan yang Ethan sembunyikan.
Tak lama kemudian, terdengar pengumuman keberangkatan Shaka. Mereka semua melihat kearah Juan yang menangis dipelukan Shaka.
Shaka dengan sabar menenangkan Juan sambil mengelus rambut Juan lalu memberi kecupan di keningnya.
Sean kembali mengalihkan atensinya pada Ethan yang kini tengah membuang pandangannya.
Sungguh, Ethan yang malang.
Shaka pun berpamitan dengan mereka satu persatu hingga terakhir pada Ethan. Mereka saling memeluk, namun baik Ethan maupun Shaka mereka tak saling menatap.
"Den, nih bocil jagain." Shaka mengusak rambut milik Sean.
"Siap, ntar tinggal masukin akuarium biar ga ilang" Sahut Jaden.
"Pergi sana titan! Hush! Hush!" Usirnya pada Shaka.
Yang lain hanya tertawa.
Punggung Shaka perlahan menghilang setelah kakinya menginjakkan eskalator.
Juan tak lagi terisak, namun air matanya terus mengalir setelah keberangkatan Shaka.
"Ethan, bunda langsung berangkat lagi setelah ini. Kamu ajak Juan dan yang lain pulang." Ucap sang bunda lalu menggeret koper miliknya menuju tempat pemesanan tiket.
Ethan mengangguk.
"Ini gimana pulangnya diaturin dulu." Ucap Jaden.
"Gue tadi kesini naik taxi, boleh nebeng ga?" Sean bertanya pada Jaden.
"Gua bawa motor Se, ni orang nebeng gua" Jawab Jaden melirik Tama.
"Ikut gua aja, gua bawa mobil" Ucap Ethan dan disetujui yang lain.
Sekarang Ethan, Sean, Juan, dan Gerry sedang berada diparkiran, mereka kebingungan mengatur posisi tempat duduk mereka.
"Sean depan, Juju sama Geri belakang." Ucap Ethan final.
Akhirnya mereka pun duduk didalam mobil lalu Ethan langsung menjalankan mobil tersebut. Suasana didalam mobil sangat canggung, tak ada satupun yang mau membuka suara membuat Sean sedikit frustasi.
Ia melirik Ethan yang tampak fokus mengendarai mobil tersebut.
Sean menggigit bibir bawahnya, matanya melirik kearah kursi penumpang dibelakang. Ia sangat ingin berbincang dengan dua orang yang ia ketahui adalah kakak tingkatnya itu.
"Lo anak fk juga kan?" Gerry membuka suara duluan.
Sean menoleh dan mengangguk cepat "iya kak"
Gerry menganggukkan kepalanya mengerti.
"Gue sama Juan juga anak fk" Sambungnya.
"Ah... Iya gue sering liat kak Juan sama kak Geri di gedung fk"
"Semester berapa?" Kini Juan ikut membuka suara dengan suaranya yang sedikit serak.
"Baru jalan semester empat kak, kak Juan sama kak Geri semester berapa?"
"Jalan semester enam kita." Jawab Gerry.
Sean mengangguk paham, matanya melirik Ethan.
"Kak Ethan masih kuliah atau udah lulus?" Tanya nya pada Ethan.
"Coas" Jawab Ethan.
"Loh, anak fk juga? Enak dong bentar lagi lulus"
"Hmm" Jawabannya singkat.
Merekapun melanjutkan perjalanan kerumah Sean.
—
"Thanks kak udah nganterin." Sean melepas seatbeltnya yang membuat Ethan lagi-lagi berdehem pelan.
"Kak Geri, kak Juan gue duluan ya."
Gerry dan Juan menganggukkan kepala mereka. Sean pun langsung turun dari mobil milik Ethan, ia melambaikan tangannya saat mobil itu melesat meninggal kawasan apartemen miliknya.
Ia mengelus dadanya seraya menghembuskan nafasnya "Kirain mereka jutek" Gumamnya mengingat raut Gerry dan Juan sebelumnya terlihat tak bersahabat padanya.
Ia pun langsung melangkah masuk menuju unit apartemen miliknya.