candy🍭

Eren
5 min readAug 23, 2023

--

Arav dan Luci, kedua remaja yang akan menginjak dewasa itu kini tinggal satu atap bahkan tidur disatu ruangan.

Banyak hal yang telah mereka lakukan tentu saja.

Seperti saat ini, kedua remaja itu tengah berbaring diatas kasur putih. Keduanya kompak saling mendekap satu sama lain, mencari kehangatan dengan menempelkan tubuh polos mereka dibalik selimut putih tebal.

“Aahh jangan digigit! Nanti puting gue lecet Arav!” Peringat Luci saat merasakan perih kala puting cantiknya digigit oleh Arav.

“Ya maaf, habisnya gua gemes. Nenen lu lembut banget Luc, mana rasanya manis lagi.” Kekeh Arav tanpa rasa bersalah.

“Y-ya jangan sampe digigit juga kali, sakit tau. Tadi janjinya mau nenen dengan lembut, tapi tetep digigit juga!” Ucap Luci dengan nada sebal namun pipinya memerah.

Arav seakan tak peduli, ia kembali menghisap puting lembut itu layaknya bayi yang kelaparan. Luci terkekeh melihat sosok pria yang tengah asyik menyusu pada putingnya itu, entah mengapa pria ini seakan sangat menyukai putingnya itu.

Sejak awal mereka melakukan hal intim hingga mereka tinggal satu atap seperti sekarang, pria ini tak pernah absen mengisap putingnya. Bahkan ia berdalih tak bisa tidur jika tak disusui oleh Luci.

Padahal ia tau tak ada setetes pun susu yang akan keluar dari puting cantik itu.

“Anghh Arav!” Lenguh Luci seraya mengelus surai hitam Arav.

Rasa geli dan gatal mulai mengerenyami putingnya, pun bagian bawahnya terasa berdenyut dan sudah dipastikan basah.

Luci sudah tak tahan, jika Arav terus-menerus merangsang tubuhnya ia akan keluar tanpa Arav sentuh bagian bawahnya.

Ia pun mendorong pelan kepala Arav dan menarik dirinya mundur hingga hisapan mulut Arav pada putingnya terlepas.

“ah Luc! Gua belum puas nenen anjir! Main tarik aja!”

“Puting gue kebas Arav, tiap hari lo kenyotin.” Bohong Luci.

“Tapi mulut aku asem sayang… kan kamu yang larang aku ngerokok lagi.”

Luci merotasikan matanya, ia tau Arav sedang menyerang titik lemahnya dengan mulai berbicara halus seperti itu.

Ia bergeser ke sudut ranjang dan meraih sebuah permen bertangkai yang ia beli dimini market, ia buka bungkusan permen itu kemudian memberikannya pada Arav.

“Gamau!”

“Katanya tadi mulutnya asem?”

“Tapi gamau permen Luci.. aku maunya nen!”

Tanpa membalas ucapan Arav, Luci langsung menyumpal mulut lelaki mesum itu dengan permen tangkai yang ia pegang.

“Inget perjanjiannya Arav, ga boleh maksa!”

Mau tak mau Arav menurut, kemudian ia benar-benar mengemuti permen tangkai yang menyumpal mulutnya itu.

Luci pun kembali berbaring membelakangi Arav seraya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sedangkan Arav — laki-laki itu nampak fokus menonton film yang sedang tayang ditv dengan permen tangkai menyumpal mulutnya.

Cukup lama mereka hening satu sama lain, Arav kemudian melirik kearah Luci yang nampak memejamkan matanya.

Tak ada yang aneh, mungkin laki-laki manis itu telah terlelap dalam tidurnya. Namun detik kemudian Arav menyadari, ada yang janggal.

Luci tak pernah tidur dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut seperti ini.

Kemudian dengan cepat ia tarik selimut yang menutupi tubuh Luci itu hingga tubuh polos tanpa sehelai benang itu terekspos.

“Arav?!” Luci melotot kaget.

Arav tersenyum miring, rupanya anjing kecil ini tengah mengelabui dirinya.

“Inget peraturan, hm?” Ucap Arav seraya menatap Luci tajam.

“M-maaf…” Lirih Luci takut.

“Ngangkang!” Perintah Arav yang mau tak mau Luci turuti.

Jantungnya berdegup kencang, Arav sungguh terlihat sangat menyeramkan sekarang.

“Tadi ngapain aja didalem selimut?” Tanya Arav dengan suara pelan namun mampu mengintimidasi Luci.

“C-colmek… maaf..”

Arav terkekeh, ia buka lebar kaki Luci hingga mengangkang dihadapannya. Memperlihatkan memek tembam yang basah dan penuh lendir itu.

Plak

“Akhhh!”

Satu tamparan keras mendarat dimemek cantik itu. Tubuh Luci seketika bergetar, lubangnya terasa berkedut kuat seakan merengek ingin disumpal.

“Enak, hm? Enak memeknya ditampar gini, iya? Sampe kedut kedut gitu lubangnya”

Luci mengangguk cepat, ia tak peduli apa yang akan dilakukan Arav padanya, yang jelas ia butuh Arav untuk mencapai puasnya.

Plak

Plak

srrrr…

Hanya dengan dua tamparan tambahan yang Arav berikan pada memeknya, Luci berhasil mencapai klimaks yang ia cari sedari tadi.

Air seni bercampur lendir bening mengalir keluar dari lubang kawinnya, hingga membuat basah tubuh kasur yang tengah mereka tempati itu.

Arav tersenyum puas.

“Emang dasar memek lonte lu cuma mau nurut sama gua! Baru ditampar aja udah kencing.” Ucapnya seraya membelai belahan tembam yang basah itu.

“Maaf hiks…” Luci menutupi wajahnya seraya terisak pelan. Ia merasa bersalah karena telah membohongi Arav.

Arav tak bereaksi melihat isak tangis itu, malah jarinya semakin leluasa membelai klitoris cantik itu. Ia tau, saat ini Luci pasti merasa bersalah maka dari itu iya pun akan memanfaatkan rasa bersalah Luci.

Jleb

“Aaahhhh” desah panjang Luci saat merasakan dua jari Arav melesak masuk memenuhi lubang memeknya.

Arav tersenyum senang dengan permen tangkai yang masih menyumpal mulutnya.

Dua jari yang panjang dan tebal itu dengan lihai bergerak maju mundur seakan mengorek-ngorek liang senggama Luci yang becek itu dengan tempo yang lambat namun menekan.

“Anghh hyaaahhh” Luci membusungkan dadanya saat merasakan nikmat kala liang gatal itu digaruk oleh jari panjang Arav.

“Enak ya? Harus dari awal bilang kalo lu sange, pasti udah gua puasin gini. Udah lama-lama colmek tapi ga bisa crot, nyesel kan?”

Luci mengangguk cepat. Benar ujar Arav, jika saja ia meminta Arav memuaskannya, ia tak perlu susah payah mengobeli memeknya sendiri tanpa hasil.

“Orang nakal harus diapain? hm?”

“hu — uhhh kumhhh” jawab Luci dengan desahnya.

“Pinter, Lonte siapa yang pinter?”

“Aahhh lontenya Arav mnhh” Luci memejamkan matanya kuat saat merasakan sodokan demi sodokan yang semakin dalam merojok lubang kawinnya.

Arav tersenyum puas mendengar jawaban Luci.

Dua jarinya yang tertanam didalam memek Luci ia lebarkan seperti gunting yang terbuka.

“Aaahhhh Aravhhh” Luci menggigit bibirnya kuat saat merasakan lubang memeknya dibuka lebar oleh Arav.

Lendir berwarna keputihan mengalir keluar bak lahar letusan gunung.

“Shhh mnhhh” Luci memejam erat menahan perih pada lubangnya yang dibuka lebar.

Plop

“HNGGGGGHHHHH”

Permen tangkai yang semula menyumpal mulutnya Arav kini menyumpal lubang memek Luci.

Arav terkekeh pelan, rupanya permen bulat itu benar-benar pas menyumpal lubang nakal milik pereknya itu.

“aahhh hnnhhh anghhh” Luci menggeliat gelisah saat permen itu keluar masuk didalam lubangnya.

Ditambah lagi, tangan Arav yang tak diam kini tengah bergerilya lincah memilin itil nya yang mencuat tegang.

“Araavhhh aahhh please…” rengek Luci.

“kenapa, sayang?” Tanya Arav dengan tangan yang terus aktif memainkan memek Luci.

“Ga enakhh eumhhh… permennya kecilhhh” ucap Luci yang merasa tak puas itu.

Arav terkekeh, rupanya hanya ia yang mampu membuat laki-laki cantik ini puas. Ia menurut, kemudian ia cabut permen tangkai itu dari dalam memek Luci.

Luci mendesah lega.

“Terus mau gua apain memeknya? hm?” tanya Arav dengan lembut.

Luci menggigit bibirnya seraya membuka belahan tembam memeknya, memperlihatkan lubang cantik yang nampak berkedut seakan-akan memanggil Arav.

“Mau dijilmekin, dikobelin, disodokin pake kontol panjang Arav… mau dienakin sampe memeknya bocor eumhh”

Arav yang semula berniat ingin menghukum kenakalan Luci kini mengurungkan niatnya saat melihat Luci dengan pasrah menyerahkan diri padanya, bahakan pria cantik itu tanpa malu mengatakan apa yang ia inginkan.

“Pinter ya lu, bikin gua luluh!” Dengus Arav dengan kekehannya lalu menyambar bibir cantik itu dengan kecupan.

--

--

No responses yet