Bersama beberapa kerabat dekat yang lain, Java kompak mengenakan baju berwarna putih sesuai dresscode yang sudah ia tentukan.
Begitupun sang putra sematawayang, tampak tampan dan menggemaskan dengan kemeja putih dan dasi kupu-kupunya.
Suasana disana sangat ramai, namun senyap sebab mereka kompak ingin mengejutkan Seth yang sedang dalam perjalanan pulang itu.
“Dadda, kapan Baba sampai?” Pertanyaan itu tak henti-hentinya keluar dari mulut putra kecilnya.
Padahal Java juga tak kalah penasaran mengapa suaminya tak kunjung sampai, padahal sudah lebih dari 20 menit mereka menunggu, lebih lama dari perkiraan yang Jerremy berikan.
“Kakak nggak punya rencana untuk nikahin Shion? Padahal dia udah mengandung anak kakak.” Tanya Seth pada kakaknya, Jerremy.
Jerremy tersenyum, ia bingung harus menjawab apa. Sebab baik ia maupun Shion tak ada yang mau terikat dalam sebuah pernikahan, mereka tak percaya pada sebuah ikatan pernikahan. Entah apa alasannya, namun dalam benaknya Seth bisa tebak kalau trauma akan pernikahan kedua orangtua mereka menjadi penyebabnya.
Seth juga tak bisa terus memaksa, toh itu adalah kehidupan mereka. Walau ia dan Jerremy saudara, ia dan Jerremy masih punya batasannya masing-masing, termasuk tentang kehidupan pribadi mereka.
Tak lama kemudian mereka pun sampai dihalaman rumah Seth, padahal tampak beberapa mobil asing terparkir dihalaman rumahnya namun Seth tak curiga sama sekali.
Pikirnya mungkin Java turut mengundang beberapa temannya untuk berkumpul bersama.
“Ayo kak, katanya mau jemput Shion kan?” Ajak Seth pada kakaknya untuk segera ikut bersamanya.
Jerremy tersenyum, “Duluan aja, saya mau ambil beberapa barang titipan Shion dulu.” Ucapnya.
Seth mengangguk, ia pun bergeegas menuju kearah pintu rumahnya, tangannya kemudian terulur meraih knop pintu lalu menariknya hingga terbuka.
DOR!!
“Happy Birthday Baba!!”
Seth terkejut bukan main saat lihat kehadiar suami dan putra kecilnya itu tengah memegang sebuah kue dengan lilin ditengahnya.
Ia terkekeh pelan saat mengingat bahwa hari ini adalah hari spesialnya. Ia benar-benar melupakanya.
Alunan musik dan lantunan lagu khas selamat ulang tahun pun masuk kedalam indra pendengarannya, sudut bibirnya terus menyungging keatas seakan-akan menggambarkan bahwa ia benar-benar bahagia sekarang.
“Baba make a wish!!” ucap putra kecilnya itu antusias, buat ia lagi-lagi tertawa pelan.
Ia mengangguk, lalu menyatukan kedua tangannya sambil memejamkan matanya, kemudian ia panjatkan harapan-harapannya saat itu juga.
“Tiup lilinnya… tiup lilinnya.. tiup lilinnya sekarang Baba..”
Seth membuka matanya kemudian meniup lilin yang menancap pada kue ulangtahunnya, lalu ia peluk dua laki-laki yang ia cintai didalam hidupnya itu dengan erat.
“Terimakasih kejutannya ya, sayangnya Baba…”
Java mengangguk, ia tak kuasa menahan air mata harunya, “ayo hidup lebih lama, Baba sayang.” Ucapnya.
Seth mengangguk sambil mencium dahi Java dan Zion bergantian.
Kemudian mereka pun bergegas menuju ruangan yang sudah didekorasi dengan cantik itu. Banyak ucapan selamat dan harapan-harapan yang diutarakan oleh kerabat dekat mereka untuk Seth.
“Baba ayo potong kuenya!! Kuenya enak lohh, Dadda bikinnya sama adek…”
Seth pun menghampiri putra kecilnya itu bersama dengan Java, ia kemudian meraih sebuah pisau khusus kue yang terbuat dari plastik, lalu mengarahkannya pada kue dengan krim putih itu.
“Itu adek yang hias kuenya, bukan aku.” Bisik Java buat Seth tertawa pelan.
“Potong kuenya.. potong kuenya.. potong kuenya sekarang Baba..”
Kue itu pun perlahan dipotong oleh Seth, kemudian dipindahkan kesebuah piring kecil. Ia pun langsung menyuapkan kue itu untuk Java dan putra kecil mereka.
“Sekarang giliran Baba…”
“Adek mau suapin Baba!!” Ucap anak itu antusias sambil meraih garpu kecil dengan tangannya.
Seth langsung membuka mulutnya dan menerima suapan yang diberikan oleh putranya.
Enak, apapun yang dibuat oleh Java selalu terasa enak baginya.
“Enak nggak Baba?” Tanya Zion lagi.
Seth mengangguk sambil tersenyum, namun tepat setelah itu ia rasakan mual hebat melanda perutnya hingga ia tak sempat untuk pergi kekamar kecil.
“huek..”
“BABA!!”