Kaki jenjang itu melangkah dengan lemas melewati pintu utama, dengan wajah nampak murung dan baju lusuh nampak beberapa noda tanah disana Sunghoon menghela nafasnya berat.
Beberapa waktu belakangan merupakan waktu yang berat untuknya, dan hari ini ia merasa benar-benar lelah.
Entah karna rasa kecewanya karna tak dapat memenangkan pertandingan hari ini, atau karna kesal diomeli oleh ayahnya.
“anjing lah” umpatnya masih merasa kesal.
“Hoonie?” Suara manis itu menginterupsi Sunghoon.
Sunghoon sontak menatap kearah depan dan mendapati kekasihnya tengah menatapnya sambil tersenyum manis, buat perasaan Sunghoon tiba-tiba sedikit membaik.
Jaeyun mendekat kearah Sunghoon lalu langsung memeluk kekasihnya itu, tak menghiraukan keadaan Sunghoon yang bisa dibilang kotor itu.
“Hoonie capek?” Satu pertanyaan keluar dari mulut manis itu.
Buat Sunghoon tersenyum dan membalas pelukan yang lebih mungil sambil mengelus rambutnya.
“banget sayang, yeyun udah makan?” tanya nya.
Jaeyun menggeleng “belum, yeyun tunggu Hoon pulang soalnya mau mam sama Hoonie” ia kemudian tersenyum, masih dalam dekap yang belum terlepas itu Jaeyun layangan sebuah kecup pada pipi Sunghoon.
“Hoonie mandi dulu ya, nanti Yeyun ada sesuatu buat Hoon hehehe”
Sunghoon terkekeh, lalu mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Jaeyun.
“tapi kali ini gua kalah Yun, ga menang. Emang masih dikasih hadiah?” Tanya Sunghoon.
Jaeyun ingin tertawa, sepertinya Sunghoon benar-benar melupakan hari spesialnya.
“kenapa senyum?” Sunghoon bingung menatap Jaeyun.
“endaaa, udah sana Hoon mandi dulu!!” Jaeyun lantas melepaskan pelukannya lalu ingin segera berlalu meninggalkan Sunghoon.
Namun belum sempat ia berlalu, Sunghoon kembali menarik pergelangan tangannya secara mendadak hingga posisi tubuhnya memutar kembali menghadap Sunghoon.
Chup
Sunghoon curi satu ciuman pada ranum tebal kemerahan yang terasa manis itu, buat sang empunya terkejut dengan mata membelalak dan pipi memerah.
“gua mandi dulu ya keatas? Nanti kalo udah gua kekamar lu terus kita makan malem.” ucapannya sambil mencubit pipi gembil Jaeyun, lalu berlalu meninggalkan laki-laki mungil yang masih mematung itu.
“Hoon jelek!” Ucapannya sebal lalu tersenyum dengan pipi yang memerah.
Sunghoon yang telah selesai mandi itu nampak menyusuri anak tangga seraya mengusap rambut basahnya dengan handuk.
“sayang, ayo makan!” Panggilnya dari depan pintu kamar Jaeyun.
Tak ada respon, maka Sunghoon langsung berniat masuk memastikan kekasihnya itu.
Ceklek
Susana gelap menyapa, lalu dengan sigap ia tekan sakelar lampu yang terletak tak jauh dari pintu kamar Jaeyun.
Ctak
“happy birthday Hoonie sayang”
Sunghoon terkejut melihat kamar Jaeyun yang dipenuhi dekorasi balon dan pernak-pernik khas pesta ulangtahun, dan yang paling membuatnya terkejut adalah Jaeyun dengan bando kucingnya tengah memegang kue ulangtahun.
Sunghoon terdiam sejenak, apakah hal ini nyata atau hanya sebuah bunga tidur. Pasalnya ia tak ingat bahwa hari ini adalah hari spesialnya.
“Hoonie lupa ya? Hari ini Hoonie ulang tahun, jadi Yeyun bikinin Hoonie kue sendiri” Jaeyun mendekat lalu mengarahkan kue itu kearah Sunghoon, mengisyaratkan laki-laki itu harus segera meniup kan lilin ulang tahunnya.
Sunghoon terkekeh, lalu membuang wajahnya kesamping. Bukan tak menghargai Jaeyun, melainkan ia menyembunyikan air mata haru nya yang tiba-tiba terjun bebas.
Sudah lama sekali ia tak dirayakan.
Terakhir kali adalah waktu mendiang ibunya masih hidup, dan saat itu Sunghoon masih berumur 5 tahun.
Jaeyun mengerti, Sunghoon sedang menyembunyikan tangisnya. Ia pun menaruh kue yang ia buat itu dinakas, lalu memeluk kekasih besarnya itu dengan erat.
“makasih, bunda” satu kata itu terucap dengan suara penuh getar.
“sama-sama, Hoonie.”
“happy birthday Hooniee..” Jaeyun memeluk kepala Sunghoon yang tengah memeluk perutnya dengan erat.
“iyaa sayang, makasih ya surprise nya” ucap Sunghoon.
“Hoonie serius cuma mau minta ini?” Jari mungil itu bergerak menyisir lembut surai legam yang terasa sedikit lembab itu.
“iya sayang, gua cuma butuh ini buat charger energi” Jawab Sunghoon sambil mendusal pada perut Jaeyun.
Ya, kedua remaja itu tengah asyik bercengkerama. Dengan Jaeyun yang duduk menyandar pada headboard ranjang, dan Sunghoon yang memeluk perut Jaeyun dengan posisi tengkurap.
“tapi kan ini haru ulangtahun Hoon, Hoon yakin cuma mau ini sebagai hadiahnya?”
“iyaa cantik, gua mau peluk lu seumur hidup gua.”
“kayak hukuman aja seumur hidup” Jaeyun menggembungkan pipinya lucu dengan bibir yang mencucu buat Sunghoon gemas lalu mencuri satu kecupan disana.
Jaeyun lagi-lagi mematung dengan pipi yang memerah, ia nampaknya masih belum terbiasa dengan Sunghoon yang selalu menciumnya secara tiba-tiba.
“gemes banget sih sayang, masih aja merah pipinya kalo dicium!”
“yeyun malu…”
Sunghoon terkekeh “emang meng yeyun bisa malu?”
“Meow~”
Lalu keduanya sama-sama tertawa dengan Jaeyun yang memeluk pundak kekasihnya erat, dan Sunghoon ikut membalas pelukan itu tak kala erat.
Sunghoon sungguh bahagia dihari spesialnya kali ini, walaupun sempat kecewa dan kesal lantaran gagal memenangkan pertandingan, tapi setidaknya rasa kecewanya itu digantikan dengan rasa bahagia yang besar.
Ia bahagia, dirinya kembali dirayakan setelah sekian lama.
Ia bahagia, bisa temukan sosok baik pengganti mendiang sang ibunda.
Dan sekali lagi, Sunghoon sungguh bahagia dirayakan oleh orang yang ia cintai, Jaeyun.
“i love you, Sunghoon park”
“i love you more, most, and forever Jaeyun Sim.”
fin —