Eren
4 min readMay 28, 2024
⋆˚࿔ Night and Nicotine𝜗𝜚˚⋆

Bruk

Sunoo dengan senyum lebarnya duduk disamping kursi kemudi. Sunghoon membalas senyum manis kekasih barunya itu, lalu mendekat secara tiba-tiba, buat Sunoo mendadak gugup sendiri.

Ah, ternyata pria itu hanya ingin memasangkan belt untuk Sunoo.

“Udah makan?” Tanya Sunghoon membuka percakapan seraya melajukan pedal gas kemudinya itu.

“Tadi sempet ngemil aja sih, kamu udah?” Tanya Sunoo.

“Udah kok.” Jawab Sunghoon lalu meraih sebelah tangan kekasih barunya itu untuk digenggam.

Jantung Sunoo berdegup kencang saat menerima perlakuan manis dari pria yang sudah lama ia incar ini, sudut bibirnya naik keatas hingga buat matanya menyipit bak bulan sabit.

Sementara Sunghoon, pria itu tak lagi membuka topik pembicaraan. Matanya hanya fokus pada jalanan yang tak terlalu padat itu, sementara pikirannya melalang buana entah kemana.

Sesampainya pada titik lokasi yang Jay berikan, Sunghoon dan Sunoo buru-buru masuk kedalam sebuah caffe bernuansa Jepang itu.

“Iced Americano sama matcha lattenya satu.” Sunghoon memesan seraya mengeluarkan kartu kreditnya.

“Matcha?” Sunoo menatap Sunghoon bingung.

“Kamu ga suka matcha?”

Sunoo menggeleng sambil tersenyum.

Ah, ternyata penggemar matcha yang ada dalam ingatan Sunghoon adalah sang mantan kekasih. Sunghoon nampak tersenyum tak enak, pikirnya semua orang mempunyai selera yang sama dengan mantan kekasihnya itu.

“maaf ya, aku kira kamu suka matcha.” Ucap Sunghoon tak enak.

“Ngga apa-apa Hoon… Mas, aku mau milkshake nya satu ya? makasih!!” ucap Sunoo memesan.

Sunghoon tersenyum lega lalu menggandeng tangan kekasihnya itu menuju meja tempat Jay dan kekasihnya.

“Jungwon!”

“Sunoo!”

Dua lelaki manis itu saling menyapa sambil melambaikan tangan dengan ceria, buat Sunghoon dan Jay terkekeh geli.

“Udah pesen?” Tanya Jay.

Sunghoon mengangguk, “udah.”

Jay hanya menganggukkan kepalanya.

Suasana malam itu mulai ramai, banyak pengunjung yang berdatangan. Lantunan music beradu dengan bisingnya suara pengunjung kala itu.

Baik Jay, Jungwoon dan Sunoo saling melemparkan candaan dan tawa, tapi tidak dengan Sunghoon. Lelaki itu nampak nyaman menyimak percakapan sambil sesekali ikut tersenyum sebagai respon.

Jay yang mengerti kalau isi pikiran sahabat karibnya itu tengah kacau, berinisiatif mengajaknya berpindah kearea outdoor.

“Pait mulut gua, bawa rokok ga lu?” Tanya Jay.

Sunghoon meraba saku celananya, lalu meraih sekotak lintingan tembakau kering itu kemudian diberikannya pada Jay.

“Masa gua nyebat sendiri bro, join lah!” Ucap Jay menyeret Sunghoon kearea balkon caffe tersebut.

Kedua karib itu duduk tepat dipinggir pembatas balkon, sambil menatap suasana malam hari kala itu.

Jay ambil dua batang gulungan nikotin dari dalam kotaknya, lalu memberikan salah satunya pada Sunghoon.

TTASH!

Ujung gulungan itu dibakar sekejap oleh korek api yang ia nyalakan.

Sunghoon kemudian menghisap dalam-dalam ujung yang lain, mengecap rasa manis dari busa nikotin itu lalu menghembuskan asapnya begitu saja.

Jay yang menyaksikan itu lantas tertawa kecil, dilihat dari cara Sunghoon menghisap dan menghembuskan asap rokok itu Jay tau kalau sahabat karibnya itu benar-benar tampak frusfasi dalam diam.

“Masih gamon kan lu?” Ucap Jay membuka topik percakapan sambil ikut menghisap lintingan nikotin bakar itu.

Sunghoon tak menjawab, lelaki itu hanya menatap lurus pada pemandangan malam sambil terus menghisap rokoknya.

Jay lagi-lagi terkekeh, “lagian ngapain sih lu ngajak putus, kalo ujungnya lu sendiri yang gamon?” Ucapnya.

Sunghoon masih bungkam, nyatanya sebatang nikotin bakar itu justru buat pikirannya terbang semakin jauh.

“Pokoknya kalo kita nikah aku mau punya anak kembar kayak Hanni sama Riki”

“Dih, ngga mau. Asal kamu tau ya aku ga rela berbagi kamu walaupun sama anak sendiri. Aku ini posesif, aku ga rela liat kamu lebih perhatian sama anak dibanding aku.”

“Kok gitu sih… emang kamu ga penasaran kalo kita punya anak muka nya mirip siapa…”

“Eh? Ngga gituu sayang, maksud aku gapapa deh punya anak tapi satu aja.”

“Aku maunya dua tapi…”

“Yaudah dua, tapi ga harus kembar ya?”

“Aku sayang kamu, ayah!!”

“Ayah??”

“Iya, ayahnya anak anak aku hehe”

“Sunghoon!” Jay menepuk punggung Sunghoon lumayan keras, hingga buat Sunghoon tersadar dari lamunannya.

“Ah, sorry sorry…”

“Cerita kalo ada yang ganjel dipikiran lu, gua ini temen lu.” Ucap Jay terdengar agak kesal.

Sunghoon nampak mengisap batang nikotin itu lalu menghembuskannya lagi.

“Cuma bingung mau ngasih tau keluarga gua gimana, soalnya keluarga gua deket banget sama Jake. Tadi siang mama ketemu Jake, terus diajak mampir kerumah.”

“Terus terus?” Tanya Jay penasaran.

“Ya gitu, gua sama Jake pura-pura masih pacaran. Dia tadi juga masakin makanan kesukaan gua, buat yang terakhir kalinya.” Lanjut Sunghoon.

“Lu makan?”

Sunghoon menggeleng, “gua sempet cekcok sama Jake, terus gua tinggalin gitu aja karna kesel. Jadi makanan yang dia masak ga gua makan.”

Tatapan pemuda itu mendadak sendu, Jay yang mendengar cerita sahabatnya itupun ikut menghela nafasnya. Baru sekarang ia temukan masalah percintaan serumit ini.

“Alasan lu putus apa dah, gua tanya? Gua kalo jadi Jake juga bingung ga ada angin ujan tiba-tiba diputusin.”

Sunghoon mengedikkan bahunya seakan enggan menjawab, buat Jay mendesah pelan.

“Intinya gini dah, kasih tau keluarga lu secepatnya kalo lu udah putus. Jangan egois, kasian Jake masih disangkut pautin sama mantan kaga jelas kayak lu, kasian juga Sunoo kayak ga dianggep sama lu.”

“Gua masih bingung, ntar ditanya alesan putusnya apa. Kayak yang lu bilang, gua ini gajelas.”

“Tinggal bilang aja kalo lu bosen” Jay terkekeh

“Habis bilang begitu langsung dikeroyok sekeluarga gua.” Sunghoon ikut tertawa.

Malam itu Sunghoon merasa sedikit lega setelah menceritakan kegelisahannya pada teman karibnya itu.

No responses yet