Eren
1 min readJun 8, 2023

—coffe shop

San Diego, atau kerap kali disapa Dan oleh teman sebayanya.

Laki-laki bertubuh jangkung itu berjalan memasuki coffe shop yang terletak tak jauh dari kampusnya.

Kling

Lonceng yang berada diatas pintu berbunyi saat dirinya membuka knop pintu tersebut.

Tubuhnya mematung saat matanya bertemu dengan sosok yang tak asing, begitupun orang yang tengah menatapnya itu.

‘anjing siboti’ batinnya.

Kemudian memutuskan pandangannya dengan melihat kearah lain, begitupun orang didepannya itu.

“Ice americano, satu”

“Minum disini atau take away?”

“bebas”

“oke, take away”

San memicingkan matanya menatap orang didepannya itu.

“Lu ngusir gua? Gua laporin ya ke manager lu!”

Orang didepannya itu berdecak.

“Yaudah minum disini, totalnya jadi empat puluh sembilan ribu tujuh ratus rupiah.”

San mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah lalu memberikannya pada orang didepannya itu.

“Take away aja dah, gajadi minum disini”

Jevan, — orang yang tengah bekerja part time di coffe shop itu menghela nafas sambil tersenyum dengan paksa.

“Kembaliannya gausah, buat lu aja.” Sambung San Diego.

Jevan diam tak mendengar, ia tetap memberikan kembalian itu pada San.

San Diego terkekeh. “Lu Boti miskin kerja disini buat cari uang kan, udah dikasih uang tinggal Terima aja susah.” Ucapnya lalu pergi berlalu dengan membawa pesanannya.

Tangan Jevan mengepal, namun kemudian ia menghembuskan nafasnya sambil mengelus dada.

“Sabar Je…”

No responses yet