Eren
7 min readDec 18, 2024
suck

cw// 18!!

Hari sudah semakin malam, Seth yang awalnya berjanji akan pulang pada waktu yang ditentukan justru terlambat hingga dua jam. Buat bibi yang bertanggung jawab dengan janjinya itu menunggu dengan penuh cemas.

Bagaimana tidak cemas, tuan rumah sekaligus kepala keluarga itu tak dapat dihubungi, lalu Java yang terus mengurung diri dan Zion yang terus-terusan bertanya tentang situasi buat kepala wanita paruhbaya itu agak sedikit pening.

“Bibi… Dadda kenapa nggak bolehin aku masuk..” tanya anak itu terus menerus.

“Bibi kan udah bilang, Dadda lagi pusing.. dia butuh waktu sendiri..”

Anak itu menatap bingung, “semua orang hamil kayak gitu ya Bibi?”

Wanita paruhbaya itu mengangguk sambik tersenyum canggung, “kamu tidur aja ayo, sudah jam sembilan, besok nanti telat..”

Anak itu menggelengkan kepalanya sambil menatap pada pintu kamar yang tertutup rapat itu. Ia ingin tidur disana seperti biasanya, walaupun beberapa hari ini ia coba belajar untuk dipisah kamar.

Bibi tampak menghela nafasnya pelan, ia sungguh khawatir sekarang, sebab ini pertama kalinya kedua majikannya itu tampak berseteru, padahal tadi pagi ia ingat betul dua pasang anak adam itu masih akur.

“Bibi mau Dadda…”

Anak itu mulai merengek, matanya sudah berkaca-kaca dengan wajah pilu. Nampaknya anak itupun tau ada yang tengah terjadi dengan kedua orang tuanya.

Namun tak lama kemudian Seth datang dengan raut cemasnya, menatap pada bibi dan putra kecilnya.

“Baba!!” Pekik anak itu langsung berhambur memeluknya.

Anak itu langsung terisak, “Baba.. Dadda kenapa… Dadda nggak — hichh.. nggak bolehin masuk..”

Seth menghela nafasnya pelan sambil menggendong putra kecilnya itu, ia melirik kearah bibi yang terpaku menatapnya dengan wajah pilu.

“Maaf ya bi, berhubung sudah malam bibi menginap saja dikamar tamu…” titah Seth.

Bibi menggeleng, tentu saja ia merasa tak enak harus memakai kamar yang disediakan untuk tamu keluarga itu.

“Nggak apa-apa tuan, saya pulang sekarang.”

“Tidur disini ya bi, tolong… kalau boleh temani Zion tidur dikamarnya..”

Belum sempat bibi menjawab anak itu kembali merengek, “nggak mau.. mau bobo sama Dadda sama Baba..”

Seth dengan lembut mengusap surai legam putranya itu sambil membawanya kearah kamarnya, dibuntuti dengan bibi dibelakang.

“Hei, kan kamu sebentar lagi jadi abang… abang nggak boleh cengeng… nanti malu sama adik…”

“Abang cuma mau bobo sama Dadda sama Baba..”

Seth turunkan putranya itu dipinggir ranjangnya, lalu berlutut didepannya, “abang tau kan Dadda lagi hamil?” Tanya nya, anak itu lantas mengangguk.

“Abang tau juga dong, hamil itu susah…” ucapnya buat anak itu kembali menganggukkan kepalanya.

“nah, ini nggak mudah untuk Dadda.. jadi kasih Dadda waktu dulu ya? Baba janji besok kita bobo lagi sama Dadda..”

“Janji ya Baba?” Anak itu mengacungkan jari kelingkingnya, buat Seth mengangguk pelan sambik tersenyum lalu menautkan jarinya.

“Kalau gitu malam ini abang bobi ditemanin bibi dulu ya?”

Anak itu mengangguk, “iya Baba…”

Berbeda dengan kondisi diluar, kondisi didalam kamar nampak sunyi. Java duduk dibalkon kamarnya sambil menatap pada binar lembut cahaya bulan.

Matanya sembab, ia menangis.

Ia tak habis pikir Seth yang selama ini tampak sangat mencintainya itu sudah berpaling darinya.

Tok tok

Terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarnya, namun ia masih enggan menanggapi.

“Sayang, buka dulu…”

Java menggigit bibir bawahnya saat mendengar suara suaminya memanggik dari balik pintu.

Ia enggan buka, namun ia juga ingin buka.

Hati dan pikirannya tak mau sejalan, buat pria itu bingung.

“Sayang, aku tau kamu marah. Ini semua cuma salah paham, aku mau jelasin sekarang. Kalau kamu nggak mau buka pintunya, seenggaknya dengerin aku dari balik sini.”

Java pun berjalan mendekat, lalu duduk menyandar dipintu kamarnya, begitu pula dengan Seth, laki-laki itu ikut duduj bersandar dibalik pintu kamarnya.

“Sayang, kamu disana?” Tanya nya.

“Hm..” balas singkat Java.

“Kamu pasti nangis seharian ya, maafin aku.. jelas aku salah karna bikin kamu nangis..” ucap pria itu.

Java tak bergeming, namun ia dengarkan ucapan suaminya itu.

“Aku sama sekali nggak ada maksud apapun, demi tuhan aku cuma anter dia pulang, itupun sama kak Jerremy… waktu itu aku cuma fokus nyetir karna keadaannya hujan, sementara kak Jerremy ngajak orang itu ngobrol.” Ucapnya.

“Aku sama sekali nggak ngobrol sama orang itu, aku cuma dengerin mereka ngomong aja demi tuhan…” jelasnya dengan nada sangat serius.

Java menghela nafasnya pelan, “terus kamu bisa kepikiran buat anter dia pulang, pasti dia cantik kan? Kayak yang kamu lakuin waktu kamu nolong aku, karna waktu itu aku cantik dimata kamu.”

“Demi tuhan, enggak sayang. Yang nawarin pulang bareng itu kak Jerremy, kamu bisa tanya — atau kalo kamu susah percaya aku punya kok rekaman dimobil.. semuanya masih lengkap.” jelas pria itu terdengar cukup putus asa.

“Bukan itu yang mau aku dengar dari kamu, Seth…”

Seth kembali menghela nafasnya pelan, tubuhnya lelah dan kepalanya cukup pening sekarang hingga ia sampai memijat pangkal hidungnya.

Anggap Java memang tak jelas sekarang, namun ia paham mengapa suaminya bertindak seperti itu. Entah karna cemburu yang terlalu berlebihan atau mungkin karna hormon kehamilannya, buat pria manis itu menjadi sulit dimengerti.

"am i still pretty?"

yes, you are.” Ucap Seth terdengar cukup tegas.

Tak lama pintu yang dikunci itu terdengar terbuka, buat pria bertubuh jangkung itu buru-buru bangkit lalu berdiri menghadap pintu itu.

Ceklek

Pintu kamar itu terbuka, perlihatkan Java dengan wajah sembabnya itu nampak berantakan dengan kondisi kamar yang gelap gulita.

“Sayang — ”

prove it” ucapnya sambil menatap iris nata suaminya itu lurus.

Seth nampak menegup ludahnya kasar, ia tau maksudnya namun melihat kondisi suaminya yang tampak lemas itu buat ia dillema.

Java terkekeh pelan, “kamu nggak bisa kan? Ternyata emang bener ya.. pantes aja kamu selalu cari-cari alasan kalo aku minta itu. Kamu udah jijik ya sama aku? Udah bosen, iya? Atau kamu udah cobain — ”

Tanpa beri Java kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya, Seth langsung bungkam ranum tebal suaminya itu dengan miliknya. Ia peluk pinggul suaminya itu sambil menuntunnya masuk kedalam kamar.

Lalu segara ia tutup pintu kamar mereka rapat-rapat dengan sebelah tangannya, tak lupa ia kunci agar tak ada satupun yang bisa hentikan dirinya untuk membuktikan kalimatnya pada suaminya.

Mnnhh…” lenguh halus melantun merdu ditelinga Seth.

Dengan lembut ia baringkan tubuh sicantik tanpa melepaskan tautannya, tubuh mungil itu ia tindih dengan hati-hati seraya perdalam tautan cumbuannya.

Ranum tebal nan lembut itu ia sesap bergantian, atas dan bawah lalu menelusupkan benda lembut tak bertulang itu kedalam mulut sicantik.

Hngghhh…” lenguh itu kembali Java lafaskan ditelinga sang suami.

Tangannya lentik bertaut dipundak kokoh milik sang suami, sambil meremat tipis-tipis menikmati sensasi menggelitik.

Dapat ia rasakan bagaimana lidah suaminya itu masuk dan mengobrak-abrik isi mulutnya, lalu melilit lidah miliknya.

Java tak ingin melawan sama sekali seperti biasanya, ia hanya ingin biarkan sang suami tunjukkan seberapa besar cintanya untuknya.

Haaaahhh — mhhhh….” Dadanya membusung tinggi kala rasakan sensasi geli saat putingnya dielus dengan begitu lembutnya.

Saking nikmatnya cumbuan yang diberikan, sampai buat Java tak sadar kalau baju yang ia kenakan sudah tersingkap sebatas dada.

Pwaahhh~…” cumbuan itu terlepas, dua pasang mata itu saling menatap, yang satu sayu namun satu pasang lainnya nampak diselimuti nafsu.

“Seth… — aahhh!!!” Java mendesah pelan saat lehernya dicumbu oleh sang suami.

Dikecup, dijilat, kemudian dihisap hingga timbulkan ruam merah keunguan.

Java hanya mampu meremas pelan surai suaminya itu sambil terus mendesah, biarkan lehernya terus diberikan banyak tanda kepemilikan.

Hngghhh aahhh… enhhhh — ” Java memejamkan matanya erat dengan dada yang kembali membusung tinggi, saat cumbuan suaminya itu semakin turun hingga mencapai puncak dadanya.

“Mcchhh emhhh… ssphhh..” suara kecipak ribut dari mulut sang dominan mendominasi ruang kamar yang suasanya mulai memanas.

anghh haahh pelanhh.. please… ahhh nenennya… jangan ohh gigithhh — Ouuhhh sayanghh…” Java bergetar sebadan-badan saat rasakan gundukan keras dibalik celana suaminya itu menekan-nekan selangkangannya.

Java tau sinyal ini, ia tak akan selamat malam ini. Semuanya sudah terlambat, tak seharusnya ia memancing singa yang kelaparan.

“Percaya kan, sekarang?”

Java dengan tubuh lemasnya itu mengangguk pelan, sambil terus mencari posisi nyaman didalam pelukan suaminya.

Walau hanya satu sesi make love, namun cukup — mungkin bisa dikatakan lebih dari cukup buat Java percaya bahwa suaminya itu sungguh mencintai dirinya.

“Badan aku merah semua… ini gimana kalo Zion kaget liat aku kayak gini…” gumam Java pelan sambil memperhatikan sekujur tubuhnya penuh dengan ruam merah keunguan, dari perpotongan leher hingga bagian pahanya.

Sangat penuh sampai tak tampak seperti cupangan, melainkan penyakit kulit.

“Kan kamu minta aku buktiin?”

Java menghela nafasnya pelan lalu mencubit perut suaminya itu pelan, “ya nggak dikenyot sebadan-badan juga sayang… jadinya serem ih.”

Seth terkekeh lalu cium pipi suaminya, “mana ada serem, cantik kok… kalo nggak percaya aku bisa bukti — ”

“Stop! Iya aku percaya, jadi stop kenyot aku lagi..”

Seth tertawa pelan, lalu bawa tangannya turun mengusap perut yang tampak masih rata itu.

“Udah lama aku tahan karna mikirin adik, tapi kamu malah mikirnya kayak gitu.”

Java peluk suaminya itu erat sambil mendusal didadanya, “aku cemburu, aku nggak suka suami aku anter orang lain lagi.. tolong jangan gitu lagi ya…”

Seth mengangguk lalu cium pucuk kepala sicantik, “nggak akan, tadi aku sudah kasih usulan buat kasih minibus buat antar-jemput pegawai yang lembur.”

Java mengangguk sambil tersenyum senang, bangga atas tindakan cepat yang diambil oleh suaminya itu. Ia cium bibir suaminya itu sekilas lalu berbisik ditelinganya.

“Aku mau kasih kamu reward kalo gitu, kamu boleh minta apapun sama aku.” Ucapnya.

Seth terkekeh, “yakin?” Ia tatap suaminya itu dengan jahil.

Java mengangguk sambil tersenyum, “apapun, tapi no sex ya… aku capek banget soalnya..”

Seth mengangguk sambil tersenyum, “mau kenyot lagi kalo gitu.” Ucapnya.

Java terkekeh, ia lepaskan pelukannya sambil tunjuk sebelah putingnya yang masih mencuat keluar.

“Kenyot yang ini kan?”

Seth terkekeh sambil mengangguk, kemudian ia jepit putingnya diantara kedua jari telunjuk dan tengahnya, lalu ia arahkan kedalam mulut sang suami layaknya tengah menyusui bayi.

Seth pun dengan senang hati menerima suapan itu, ia hisap puting berwarna pink kecoklatan itu dengan lembut persis seperti bayi yang tengah menyusu.

Shhh ahhh… enhhh pelan-pelan sayangku..” Java menggigit bibir bawahnya sambil mengusap surai legam suaminya, menahan rasa geli saat putingnya disedot dan dilumat oleh suaminya.

Malam itu pun berlalu dengan Java yang tertidur sambil menyusui suaminya, begitupun sang suami yang juga tertidur dengan kondisi mengenyoti puting sicantik.

No responses yet