“Bukain ngga ya…” gumam Jake mondar mandir mengintip sosok Sunghoon yang berada didepan pintu rumahnya itu.
“Tapi itu Sunghoon beneran bukan sih? Takutnya bukan Sunghoon… soalnya Sunghoon kan gamau berhubungan sama aku lagi, ga mungkin banget dia kesini.” Monolog Jake dengan dirinya sendiri.
“Mukanya pucet, pipinya lebam” ucap Jake pelan sambil terus memperhatikan perawakan Sunghoon yang hanya berdiri didepan rumahnya.
Otaknya terus berkata untuk tidak membukakan pintu untuk laki-laki itu, namun hatinya yang merasa iba terus mendorongnya untuk menerima kehadiran Sunghoon disana.
“Gausah dibukain, kan dia sendiri minta kamu jauhin dia Jake.”
“Bukain aja, kasian diluar dingin. Liat mukanya sampe pucet gitu, terus pipinya lebam, harusnya kamu obatin dia Jake. Kamu masih sayang dia kan?”
Jake nampak menggigit bibir bawahnya karna kebingungan, siapa yang harus ia dengarkan? Apakah otaknya yang rasional itu atau hatinya yang lembut itu.
Tok tok tok
“Jake… sayang…”
Jake seketika tersentak kaget mendengar ucapan yang keluar dari mantan kekasihnya itu.
“Buka… sayang…” suara itu terdengar begitu lirih ditelinga Jake, hingga buat tubuhnya seakan otomatis terpanggil dan membukakan pintu rumahnya dengan begitu lebar.
KLEK
Bertepatan dengan pintu terbuka itu, Sunghoon tersenyum dengan tangan merentang lebar.
“Hoon…”
“Sayang”
Tanpa berfikir apapun Jake langsung berlari menghambur memeluk mantan kekasihnya itu dengan erat. Keduanya saling mendekap dengan begitu eratnya seakan melampiaskan rasa rindu yang selama ini mereka tahan.
“Hichhh… kamu pulang ke aku… hichh” Jake merintih dalam dekap hangat yang selama ini ia rindukan itu.
Dekapan yang terasa begitu nyaman dan hangat dengan bau khas Sunghoon yang selalu menjadi favoritnya.
“Maaf… maaf udah kasar sama kamu sayang…” ucap Sunghoon dengan lirih, tangan besarnya terulur menyisir surai legam milik Jake dengan lembut, buat Jake semakin menangis dalam dekapnya.
Jake mengangguk kecil dalam tangisnya.
“Jangan nangis…” Sunghoon usap jejak air mata dipipi Jake dengan ibu jarinya.
“Kamu yang bikin aku nangis”
“Aku minta maaf…” ucap Sunghoon lembut.
Jake mengangguk, “dimaafin.” Ucapnya.
Sunghoon tersenyum, perlahan ibu jarinya bergerak turun mengusap bibir mungil yang tampak mengkilap itu. Matanya menatap sayu seakan menginginkan bibir itu.
Tubuhnya perlahan merunduk dengan wajah yang mulai mendekat pada wajah Jake. Deru nafasnya yang hangat menyapu permukaan wajah Jake yang terasa dingin.
Sebelah tangannya mulai berani membelai rahang Jake dengan begitu lembutnya, buat Jake seakan ikut terhipnotis.
Tangan mungilnya mencengkram jaket yang Sunghoon kenakan.
“I miss you, sayang…”
“Miss you too, Hoon…”
Jarak diantara keduanya semakin menipis hingga bibirnya nyaris bersentuhan.
Namun sialnya, Jake melihat Heeseung yang berlari dari arah belakang Sunghoon dengan wajah paniknya.
“KAKAK JANGAN!”
BUGH!
BRUK!
Terlambat, tendangan Heeseung tak dapat dihentikan lagi. Cukup keras hingga buat Jake terjatuh dan membentur sebuah pot tanaman yang cukup keras.
“JAKE!” Heeseung panik bukan main saat tau tendangannya meleset dan malah mengenai Jake hingga pria itu tak sadarkan diri.
Sunghoon yang juga ikut terjatuh akibat dorongan Jake pada tubuhnya itu ikut melotot kaget menatap Jake yang tak sadarkan diri.
“JAKE!”
“Minggir!” Heeseung dorong tubuh Sunghoon saat ingin mengangkat Jake dalam gendongannya.
“Lu yang minggir bangsat!” Kesalnya ikut mendorong Heeseung.
“Lu ngga ada hak buat nyentuh dia lagi sialan! Dia gini gara-gara lu!” Heeseung membalas dengan kesal.
“Sadar diri anjing! Lu yang nendang Jake sampe pingsan gini!”
“Yang harusnya gua tendang itu lu yang bangsat!”
Suasana semakin memanas saat kedua dominan itu saling mencengkram kera bajunya. Tak ada yang mau mengalah seakan siap untuk saling membunuh saat itu juga.
“What the fuck?!”
Jay, teman karib Sunghoon itu datang dengan wajah terkejutnya saat menyaksikan dua dominan itu tengah bertengkar, mengabaikan seorang yang telah menjadi korban keduanya.
“Kalian gila! Bawa Jake kerumah sakit sekarang tolol!”
Heeseung dan Sunghoon pun langsung melepaskan cengkramannya, lalu segera beralih pada Jake yang masih tergeletak tak sadarkan diri.
“Biar gua yang bawa”
“Gua, lu ngga ada hak buat nyentuh dia lagi.”
Jay berdecak kesal, bisa-bisanya dua dominan ini kembali berseteru dikeadaan genting seperti ini.
“Biar gua yang bawa!” Jay mendorong kedua dominan itu lalu langsung mengambil alih Jake dalam gendongannya.
“Ga ada luka serius, pasien cuma mengalami shock karna benturan. Mungkin sebentar lagi akan sadar dan merasakan sakit kepala.”
“Otaknya ga kenapa-napa kan dok?” Tanya Sunghoon khawatir.
“Otak lu yang kenapa-napa!” Jawab Heeseung geram.
Jay yang berada diantara keduanya hanya mendengus jengah.
“Makasih dok, berarti besok udah boleh pulang kan?” Tanya Jay.
Dokter itu mengangguk sambil menjelaskan beberapa obat yang harus dikonsumsi hingga keadaan Jake bisa sembuh total, kemudian dokter itu pamit menyisakan tiga pria itu disana.
“Gua harap ini terakhir kalinya lu nemuin Jake. Jangan pernah berani nemuin dia lagi! Kehadiran lu tuh cuma bawa penderitaan buat dia.” Ucap Heeseung penuh penekanan.
Tangan Sunghoon mengepal, rahangnya mengeras mendengar runtutan fakta yang keluar dari mulut rivalnya itu.
Hatinya merasa kesal dan ingin menghajar wajah pria yang terlihat menyebalkan dimatanya itu.
Namun saat irisnya menangkap sosok Jake yang terbaring lemas diatas bankar, hatinya mendadak sedih.
Benar kata Heeseung, kehadirannya hanya membawa penderitaan untuk Jake. Maka dengan berat hati Sunghoon mengalah lalu meninggalkan ruang bernuansa putih bersih itu tanpa pamit.
“Gua balik dulu ya kak, salam buat Jake.” Pamit Jay lalu menyusul kawan karibnya yang sudah pulang mendahuluinya.
“Hm, hati-hati.”
Heeseung pun merbahkan tubuhnya disebuah kursi tak jauh dari bankar pasien yang Jake tempati, matanya yang mulai terasa kantuk perlahan memejam menjemput mimpinya.
“Hoon… Hoon…”
Heeseung yang terpejam sontak terbangun mendengar rintihan Jake.
“Kakak disini Jake, kenapa? Sakit ya kepalanya?” tanya Heeseung menggenggam tangan Jake erat.
“Mau Sunghoon… mana Sunghoon kak…” lirih Jake memperhatikan sekitar ruangan.
Heeseung menghela nafasnya pelan.
“Tadi ada Sunghoon, didepan rumahku kak…”
“Ngga ada Jake, kamu cuma delusi sampe kamu gak sadar kalo kamu jatuh kepeleset didepan rumahmu.” ucap Heeseung bohong.
“Emang iya?” Tanya nya bingung, namun kemudian kepalanya terasa begitu sakit saat mencoba mengingat apa yang terjadi.
“Udah gausah dipaksain, Sunghoon gak akan pernah datang kekamu lagi Jake, ga akan.”