Eren
4 min readApr 1, 2024
End of friendship

Dengan langkah lesu Rafa atau bisa kita panggil Rara, berjalan menyusuri anak tangga dirumahnya. Pun saat sampai didepan pintu Rara nampak mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.

Ia usap wajah sembabnya kasar, lalu menarik gagang pintu perlahan. Dari sini Rara dapat melihat Aresh, teman karibnya itu tengah duduk jongkok membelakangi rumahnya.

Lagi-lagi jantung Rara berdegup kencang, nafasnya terasa sesak dan matanya kembali perih ingin menangis.

“Ayo Ra, lo pasti kuat.” Ucap Rara menyemangati dirinya sendiri.

Entah apa yang akan Aresh lakukan padanya, namun dapat Rara tebak pasti lelaki itu ingin membicarakan permasalahan tentang kesalahpahaman diantara mereka.

Rara sudah tau, pasti lelaki itu akan meminta Rara untuk membuang jauh-jauh perasaannya, atau bahkan lebih buruknya mungkin Aresh ingin mengakhiri pertemanannya dengan Rara.

“Aresh.”

Si tuan pemilik namapun mengalihkan atensinya pada Rara. Sebatang nikotin bakar ditangannya Aresh buang lalu injak begitu saja.

Jakunnya terlihat naik turun menelan ludahnya sendiri. Lidah Aresh mendadak kelu saat melihat Rara dihadapannya.

Jantung Aresh pun sama berdegupnya dengan Rara, nyatanya laki-laki itu pun gugup untuk menemui Rara.

“Ra — ” barus saja sepatah kata keluar dari lidah kelu Aresh, namun dengan secepat kilat dipotong oleh Rara.

“Gini deh Resh, gue tau lo kesini pasti mau minta gue buat gak suka sama lo lagi kan? Atau mungkin lo mau bilang kalo lo gak mau temenan sama gue lagi kan?” Ucap Rara panjang lebar, tenggorokannya terasa tercekat sakit karna harus menahan tangis disaat seperti ini.

“Rara — ”

“Aresh gue minta maaf sama lo karna udah suka sama lo, maafin gue kalo mungkin perasaan gue bikin lo gak nyaman. Tapi Resh, jatuh cinta itu kesalahan ya? Gue gak boleh jatuh cinta sama lo, temen gue sendiri?

Aresh, mungkin gue yang baperan disini dan terlalu menganggap spesial atas semua perlakuan lo ke gue. Gue minta maaf Resh, gue — ” pandangan Rara mendadak memburam saat emosinya sudah tak dapat ia bendung.

Air mata yang dari tadi ia tahan mati-matian kini terjun bebas menyentuh rerumputan halaman rumahnya.

“Gue gak bisa buat gak suka sama lo.” Lanjutnya kemudian menatap Aresh dengan wajah sembab dan basahnya itu.

Aresh seketika terhenyuh merasakan sakit saat melihat wajah orang yang ia sayangi ini sembab penuh air mata.

“Udah?” Tanya Aresh lembut, tangannya pun ikut tergerak membelai surai legam yang lebih kecil dengan lembut.

Yang ditanya hanya mampu mengangguk seraya menganggukkan kepalanya karna sudah tak sanggup lagi berkata.

Aresh tersenyum, baginya Rara terlihat sangat menggemaskan sekarang.

Kedua tangannya terangkat memegang rahang Rara dengan lembut, dihapusnya jejak basah air mata Rara dengan ibu jarinya.

Matanya menatap sendu, pandangannya bertemu dengan sorot mata sembab Rara yang nampak basah.

“Tutup matanya.” Titah Aresh seketika buat Rara kebingungan.

“Ma-mau ngapain?”

“Tutup aja dulu.” Ucapnya lagi sambil tersenyum.

Rara pun menurut, ia pejamkan kedua matanya dengan perasaan bingung.

“Good boy.”

Aresh kemudian ikut memejamkan matanya seiring dengan wajahnya yang kian mendekat dengan wajah Rara.

Jantungnya berdegup kencang, gugup namum dengan penuh keberanian Aresh daratkan bibirnya diatas bibir Rara. Buat Rara yang tengah memejam seketika melotot tak percaya.

Hanya sebuah ciuman singkat Aresh berikan pada Rara, Aresh terlalu gugup untuk berlama-lama mencumbui temannya itu.

Sorot mata keduanya kembali bertemu sayu.

Pipi keduanya sama-sama memerah bak terbakar.

Baik Rara maupun Aresh, keduanya sama-sama diam tak berani mengeluarkan sepatah katapun.

Sebelah tangan Aresh nampak gelisah merogoh sesuatu yang ia simpan dibalik saku Hoodienya.

“Ra , lu inget waktu kita jalan ke mall? Kita sempet mampir ketoko aksesoris.”

Kaki Rara seketika melemas saat melihat sesuatu yang keluar dari balik saku Hoodie Aresh.

Sepasang gelang khusus pasangan yang pernah Rara inginkan dulu, namun tak dapat ia beli karna tak memiliki pasangan.

“Gue inget dulu lu suka banget sama gelang ini, tapi waktu itu ga lu beli karna lu ga punya pasangan.” Aresh kemudian meraih satu tangan Rara untuk ia genggam.

“Tanpa sepengetahuan lu, gue beli gelang ini buat kita, tapi gue ga pernah punya momentum yang cocok buat masangin ini ke elu.

Ra, sebenernya gua suka sama lu. Semua yang gua bilang sama lu dichat itu bener kok, udah 3 tahun gua suka sama lu. Maaf tadi gua pake alibi april mop ya Ra, soalnya gua ga siap kehilangan lu kalo gua confess.” Jelas Aresh panjang lebar.

“Aresh — ”

“Ra, boleh gua pasang gelang ini ditangan lu?” Tanya Aresh nampak gugup sambil mengarahkan gelang itu pada tangan Rara.

Rara bingung, sangat bingung. Apakah maksud Aresh ingin mengajaknya untuk berpacaran atau hanya sekedar memberikan gelang?

“Kalo lu setuju, berarti kita pacaran sekarang.” Ucap Aresh lagi.

Tanpa basa-basi Rara langsung mengangguk cepat dengan senyum haru diwajahnya.

“Mau! Gue mau!” Ucapnya.

Aresh pun ikut mengulum senyum bahagianya, lalu memasangkan gelang itu pada pergelangan tangan Rara.

“Jahat lo! Gue udah nangis ya gara-gara lo!” Ucap Rara mencubit perut Aresh gemas.

“Akh! Maap Ra .. kan mana gua tau kalo lu juga suka gua.”

Keduanyapun tertawa lalu saling memberi dekap hangat satu sama lain. Malam sendu itupun berubah menjadi malam penuh bahagia bagi keduanya.

END —

No responses yet