Eren
5 min readNov 16, 2024
the last gift

“foto lukisannya, ngapain foto aku.” Ucap Jake menatap kekasihnya itu sambil terkekeh.

Sunghoon hanya tersenyum kecil sambil kembali menuntun Jake untuk berdiri didekat salah satu lukisan yang terpajang di Museum itu, kemudian memotretnya.

“Liat.” Ucap Sunghoon menunjukkan hasil potretnya pada sang kekasih.

“Lukisannya emang cantik, tapi kalo ada kamu disampingnya jadi lebih cantik ratusan kali lipat.” Ucapnya buat Jake tak tahan lalu memukul lengannya pelan.

Lelaki itu memang jago soal membual, jelas lukisan yang ada diMuseum ini sangat indah bahkan jauh dari dirinya.

Namun sudut pandang dan selera manusia berbeda bukan? Begitupun Jake dan Sunghoon.

Dimata Sunghoon Jake adalah objek terindah yang harus selalu ia abadikan dengan lensanya.

“Bener loh, pacar aku kan yang paling cantik.” Ucapnya.

Jake hanya bisa terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan.

“Udah ah, stop gombal.”

Sunghoon ikut terkekeh pelan, lalu kembali menggandeng tangan mungil itu dalam genggamannya.

Tanpa terasa setiap sudut Museum telah selesai mereka telusuri, mereka pun memilih untuk beranjak menuju tempat berikutnya.

Jake memandangi langit yang sudah tampak tak biru lagi, dengan Sunghoon disebelahnya.

Daun-daun kering sore itu berguguran dari atas mereka, dengan angin yang bertiup halus menerpa lembut permukaan wajah mereka.

Jake menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik sang kekasih, menikmati hangatnya dekapan yang Sunghoon berikan.

Sementara Sunghoon menatap lurus pada matahari yang semakin bergerak menjauhi timur.

Entah mengapa tak ada yang bersuara.

Entah Jake yang terlalu nyaman atau Sunghoon yang terlarut dalam fikirannya sendiri.

“Sayang— ”

“Hoon — ” ucap keduanya barengan.

“Kamu duluan.”

Jake menggeleng pelan sambil tersenyum, “Kamu aja yang duluan.”

Sunghoon tersenyum, sambil mengelus surai legam itu lembut.

“I love you.” Ucapnya.

Jake terdiam, jantungnya berpacu kencang. Entah mengapa perasaannya mendadak tak enak.

Sunghoon menjeda kalimatnya, kemudian berpindah dan berlutut dihadapan Jake. Ia tampak merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil.

Ia buka kotak itu, kemudian ia tujukan isi dari kotak itu pada kekasihnya.

“Happy birthday, maaf mungkin ini hadiah terakhir yang bisa aku kasih buat kamu. Tolong simpan ya, sayang.” Ucapnya.

Dada Jake seketika sakit mendengar perkataan yang Sunghoon lontarkan. Ia ingat sekarang, ia ingat kata-kata itu.

“Nggak, nggak mungkin ini cuma mimpi. Nggak mungkin!”

“Maaf…” Suara itu melirih, buat hatinya semakin sakit.

Dengan tangan gemetar ia raih kedua tangan Sunghoon dan menempelkannya pada pipinya. Tangan yang tadinya hangat itu telah berubah menjadi dingin.

Tangisnya seketika pecah, ia peluk tubuh kekasihnya itu dengan erat namun sudah tak lagi terasa hangat.

Jake terus terisak hingga tak sadar bahwa sosok kekasihnya itu juga ikut menitihkan air matanya.

Ia tak hancur sendiri, bahkan Sunghoon pun ikut hancur karna tak bisa memenuhi banyak janjinya untuk Jake.

“Maaf… maafin aku sayang….” Begitu terus lirihnya.

Jake terus terisak namun kemudian melonggarkan pelukannya, menangkup rahang kekasihnya yang sudah terasa dingin itu.

“Bawa aku… aku mohon… bawa aku ikut sama kamu Hoon… jangan tinggalin aku sendirian lagi…” ia terus memohon agar Sunghoon ikut membawanya bersamanya.

Sunghoon menggeleng pelan.

“Tolong jangan tangisin aku lagi… kamu harus bahagia terus ya? Banyak yang bakal jagain kamu disana. Aku tau kamu kuat sayang.” Ucapnya lirih.

Bohong jika Sunghoon tak ingin membawa Jake ikut bersamanya, tentu saja ia sangat ingin kekasihnya itu menemaninya namun ia rasa sekarang bukanlah saatnya.

Mereka harus menunggu bagaimana tuhan kembali mempertemukan mereka ditempat yang sama.

“Janji sama aku kamu ga akan nangisin aku lagi?” Tanya Sunghoon.

Jake menggeleng sambil terus menitihkan air matanya, permintaan itu sangat mustahil ia wujudkan.

“Nanti cari orang yang baik ya buat jagain kamu, yang bisa bikin kamu senyum lagi kayak dulu, yang bisa bikin kamu lupain ak — ”

“Nggak! Aku nggak akan cari orang lain buat gantiin kamu. Aku udah bilang gak akan ada yang bisa gantiin posisi kamu dihidupku Hoon…”

Sunghoon tersenyum dengan mata sendunya, ia raih rahang kekasihnya itu kemudian menyatukan kedua belah bibir mereka.

Tentu saja Jake tak menolak, karna ia sangat merindukan cumbuan kekasihnya itu.

Saling menyesap satu sama lain, Jake pejamkan matanya seraya mengalungkan tangannya pada pundak sang kekasih.

Sementara Sunghoon merangkul erat pinggang ramping itu dalam dekapnya.

Mcchh… pwahhh~…” cumbuan itu terlepas.

Jake dengan wajah sembabnya menatap sayu pada Sunghoon, begitupun Sunghoon yang menatap Jake dengan tatapan sendu.

I miss you…” Ucapnya.

Me too…” balas Sunghoon kemudian menyatukan dahi keduanya hingga hidung keduanya saling menempel.

Keduanya tersenyum, dengan hati yang sangat terluka.

“Jangan nangis lagi ya?”

“Aku ga bisa janji.”

“Jangan sering, kalo kamu nangis aku ga akan mampir kesini lagi”

Jake menghela nafasnya, dengan berat hati ia terpaksa mengangguk mengiyakan permintaan mendiang kekasihnya itu.

“Tunggu aku ya, tunggu aku sampai aku bisa ikut kamu kesana.”

Sunghoon mengangguk.

“Jangan genit sama bidadari cantik disana.” ucap Jake ketus sambil menggembungkan pipinya.

Sunghoon terkekeh, “ga ada satu pun yang bisa ngalahin cantiknya kamu dimataku sayang. Sekarang kamu pulang ya? Jangan sedih terus, biar aku disini ga ikut sedih.”

Jake mengangguk pelan, ia sudah tak menangis lagi sekarang.

Ia akan berusaha sekuat mungkin untuk tegar, dan mulai bahagia, walaupun nyatanya bahagianya itu ada pada mendiang kekasihnya itu.

“Tunggu aku pulang, terus ikat aku dihadapan tuhan.” Ucapnya.

Sunghoon tersenyum sambil mengangguk pelan, “pasti.”

Ia melambaikan tangannya pada Jake sebagai salam perpisahan kemudian berjalan mundur menjauhinya, hingga sangat jauh bahkan tak dapat terlihat dari pandangan Jake lagi.

Tik.. Tik.. Tik..

Jake mengerutkan dahinya, ia merasa ada sesuatu yang mengganggu tidurnya saat itu.

Ah, ternyata hanya rintik hujan.

Jake menghela nafasnya pelan, lalu beralih menatap batu nisan yang ia jadikan tempat bersandar untuk ia tidur.

“Aku kangen kamu, maaf ya aku jadinya bobo dirumah kamu hehe.” Ucapnya.

Ia usap batu nisan itu dengan lembut, sambil ia cium dengan sayang, seakan-akan tengah mencium dahi seseorang.

“Dulu kamu yang suka bawain aku bunga, sekarang gantian. Kamu pasti seneng kan liat aku udah ga nangis lagi? Udah seminggu loh aku ngga nangis, do’ain aku biar aku bisa gini terus ya, kuat dan bisa ikhlasin kamu.” monolognya pada batu nisan itu.

Kemudian atensinya beralih menatap langit yang sudah tak biru lagi itu sambil tersenyum ia melambaikan tangannya.

“Tunggu aku disana ya, sayang.” Ucapnya.

Jake kemudia bangkit, beranjak lalu menatap sekelilingnya yang dipenuhi oleh pemakaman.

Jake tersenyum, dulu pemakaman adalah tempat yang menyeramkan dan sangat ia takuti, namun sekarang pemakan mulai menjadi tempat yang nyaman untuknya agar bisa melepas rindu dengan mendiang kekasihnya, Sunghoon.

“Aku pulang ya, udah sore. Besok aku kesini lagi.” Pamitnya kemudian beranjak meninggalkan area pemakaman itu.

Rintik hujan terus menetes dan bertambah deras, langit mulai gelap dan bergemuruh riuh diatas sana.

Jake berjalan diatas trotoar tanpa perlindungan apapun, ia biarkan rintik hujan membasahi tubuhnya begitu saja.

Ia kemudian berhenti sejenak diperbatasan, memperhatikan mobil dan motor yang berlalu lalang dijalanan.

Ia menunggu gilirannya untuk menyebrang, namun disebrang sana ia lihat dengan jelas sosok Sunghoon dengan tuxedo putih tengah berdiri menatapnya tersenyum sambil memegang payung.

Jantungnya berdegup kencang saat Sunghoon melambaikan tangan kearahnya.

Tanpa sadar, Jake yang semula berdiri untuk menunggu giliran menyebrang kini mulai melangkah maju dikit demi sedikit.

Begitupun sosok Sunghoon disebrang sana yang ikut maju mendekat kearahnya.

Tin!! Tin!!

Suara riuh klakson dari para pengendara seolah tak mampu menyadarkannya, Jake terus berjalan hingga ketengah.

“Minggir! Hei minggir!” Teriak salah satu pengguna jalan saat melihat sebuah mobil berkecepatan tinggi kearahnya.

Namun Jake seolah tak mendengar, hingga suatu tragedi pun tak terhindarkan.

BRAK!!

Tubuh Jake seketika terpental jauh hingga kepalanya membentur trotoar dengan keras.

Jake tak merasa sakit sedikitpun, padahal kepalanya luka parah hingga mengeluarkan banyak darah.

Samar-samar ia lihat banyak orang yang mengerubunginya, namun ia kemudian menyadari satu hal.

Ia lantas menatap keatas, mendapati Sunghoon tengah memangku kepalanya dan memayunginya.

Sunghoon tersenyum sambil mengusap surainya pelan, “Tuhan bilang kamu boleh ikut aku sekarang.” Ucapnya.

Jake tersenyum dengan darah yang keluar dari mulutnya, “Ayo, ikat aku dihadapan tuhan sekarang.”

No responses yet