cit cit cit cit
Decit bunyi nyaring berasal dari sendal mungil yang terpasang disepasang kaki mungil yang tengah mendekat.
Jake sontak langsung menengok pada sumber suara, karna ia tau percis siapa pemilik sepasang sendal mungil yang berisik itu.
“Halo sayang” Sunghoon tersenyum dengan sebuah buket bunga ditangan kirinya, sementara tangan kanannya menggenggam tangan mungil milik putra kecil mereka.
“Ayah ih! Adeknya kenapa disuruh jalan sendiri? Nanti jatuh dia!” Jake mendengus, mengabaikan buket bunga yang Sunghoon bawa dan membawa putra kecilnya kedalam gendongannya.
“Ughh no.. papapa noo… uuhgghh” sikecil nampak meronta-ronta ingin turun dari gendongan.
Sunghoon tertawa kecil, “anak kamu tuh udah gede sayang, udah bisa jalan sendiri gamau digendong. Liat aja nanti, lengah dikit dia ngekost sendiri” ucap pria itu terkekeh.
Jake menghela nafasnya pelan lalu menurunkan putra kecilnya itu perlahan, “tapu dia belum selincah itu, aku takut dia jatoh aja..”
Sunghoon tersenyum sambil menyentuh pundak Jake lembut, “coba lepasin tangannya bentar..” titah Sunghoon.
Jake nampak ragu-ragu namun ia dengarkan titah sang suami. Perlahan ia lepaskan genggaman si kecil dari tangannya.
cit cit cit cit
Kaki kecil itu dengan lincah melangkah kesana kemari buat Jake menatap tak percaya.
“See?”
“Sejak kapan?!”
Sunghoon terkekeh, “Mungkin sekitar 2 minggu yang lalu? Mungkin kamu ga terlalu ngeh karna lagi sibuk ngurusin skripsi kamu.”
Sunghoon bawa Jake kedalam dekapnya, sangat erat ia dekap tubuh orang yang sangat ia cintai itu.
“Congratulations papa, ayah sama adek bangga sama papa.”
Kemudian ia cium dahi sang kasih dengan sangat lembut, lalu kemudian beralih mengecup ranum merah muda itu sekilas.
cit cit cit cit cit
“Aaaaaaa ada Zico!!! Zico hai hai! Sini sayang!”
Zico kecil segera melangkah menjauh, kembali kearah ayah dan papanya yang tampak tengah bemesraan disana.
“Ih kok lari sih?!” Hanni mendengus pelan menatap keponakan kecilnya itu sebal.
Sunghoon terkekeh lalu membawa Zico kedalam gendongannya, “good job Zico, jangan pernah mau ikut orang yang ga dikenal, oke?”
“Ih tapi kan aku tantenya bukan orang asing!!”
Jake ikut tertawa, “Zico belum kenal muka kamu Han, soalnya kalian jarang ketemu.” Ucapnya.
“Halo gantengnya om, mau ikut om ga?” Dari arah belakang Riki menyerobot mengulurkan tengannya pada Zico dan langsung disambut oleh bayi kecil itu.
“Ih itu sama Iki kok mau?! Kan Iki juga jarang ketemu Zico!!” Ucap Hanni tak terima.
“Pelan-pelan aja bujuknya Han, nanti pasti mau kok…” Jake terkekeh.
Hanni hanya mendengus pelan sambil menghembuskan nafasnya.
“Gimana kak sidangnya? Lancar?” Tanya Riki sambil menggendong keponakan kecilnya itu.
Jake mengangguk pelan sambik tersenyum.
“Syukurlah kalo gitu, selamat ya kak! Kita semua bangga sama kakak, kakak hebat bisa jalanin semuanya sampai detik ini!!” Hanni mengacungkan dua jempolnya pada Jake.
“Thanks to him, kalo bukan karna dia aku ga akan pernah bisa dan kuat sampai dititik ini.” Jake memeluk lengan Sunghoon yang berada disampingnya.
Sunghoon dengan wajah bangganya langsung menyibak rambutnya kebelakang, buat Hanni dan Riki yang berada disana bergidik ngeri.
“Yaudah kalo gitu Zico kita bawa pulang boleh ya kak? Mama kangen juga katanya pengen ketemu Zico…” ucap Riki.
“Iya tuh, kalian bisa berduaan juga. Oh! Kalo bisa bikin Zico part dua, versi ceweknya oke, deal? Deal!!”
Disinilah mereka sekarang, duduk berdua menikmati garis senja dari pinggir pantai. Suasanya masih sama, sangat ramai oleh anak-anak dengan seragam sekolah.
“Kamu tuh pernah ikut kelas baby sitter ya?” Tanya Jake menatap pada suaminya itu.
Sunghoon terkekeh sambil menggeleng, “kenapa sih sering nanya gitu?”
“Aku tuh heran aja kok kamu bisa banget ngurusin anak kita, dari awal dia lahir sampe sekarang nih, adek belum satu tahun tapi jalannya udah lincah banget.” Ucap Jake heran.
Sunghoon tersenyum, ia eratkan peluknya pada perut sang suami.
“Adek itu pinter sayang, kayak kamu. Mungkin muka sama tingkah lakunya emang mirip aku, tapi pinternya dia, semuanya dari kamu papah nya” ucapnya buat Jake terkekeh.
“Hoon.” Panggil Jake.
“Hm?”
“Cinta sama aku terus ya?” Pintanya.
Sunghoon terkekeh, “sayang, tanpa kamu mintapun aku bakal selalu cinta sama kamu. I will love you, till i die.” Ucapnya lalu ia cium pipi yang dulu berisi namun sekarang nampak agak tirus itu.
“Beruntung banget ya aku sama adek punya kamu”
“Aku gak kalah beruntungnya punya kalian dihidupku sayang, kalo aku gak sama kalian mungkin hidupku ga akan sebahagia ini.” Sunghoon tersenyum.
Entah sejak kehamilannya dulu, Jake merasa kalau ia mudah sekali merasa emosional. Seperti sekarang, ia harus ya tersenyum lebar namun matanya turut meneteskan bulir bening secara bersamaan.
“Don’t cry sayang.” Ucap Sunghoon sambil menangkup pipi suaminya itu lalu menghapus jejak air matanya.
Bukannya berhenti, Jake justru semakin menangis.
Hingga tak kuasa menahan tangisnya, Jake pilih untuk menyembunyikan tangisannya dibalik dada suaminya. Sambil menghirup aroma dari tubuh suaminya, setidaknya ia bisa menangis dengan rasa tenang.
Sunghoon hanya bisa tersenyum sambil terus mengusap punggung sempit suaminya itu.
Ia tau, Jake tengah menangis bahagia sekarang, maka ia tak merasa risau sedikitpun.
“Udah?”
Jake mengangguk, “i love you, ayah.” Ucapnya.
Sunghoon tersenyum lalu ia cium dahi suaminya itu lembut, “i love you more, papah”
Lalu keduanya tampak tertawa bersama sebelum kembali saling memeluk dibawah garis senja.
“Bulan depan Zico udah satu tahun. Ga kerasa ya anak kita udah mau satu tahun aja, perasaan baru kemaren deh dia keluar dari perutku.”
Sunghoon terkekeh, “kan aku udah bilang, bentar lagi Zico bawa pacar kerumah.” Ucapnya.
Jake mendengus, “nanti kalo Zico udah gede aku harap dia ga ngelakuin kesalahan yang sama ya kayak kita.”
Sunghoon mengangguk setuju, “walaupun kita gagal jadi anak, seenggaknya nanti kita ga gagal jadi orang tua.” Ucapnya.
“Hoon” panggil Jake.
“Iya sayang?”
“Satu minggu lagi ulang tahunku, aku pengen deh nanti seharian kita ngedate bareng Zico juga, bertiga aja kayak gini. Dipantai.”
“Boleh, aku juga udah siapin sesuatu buat kamu.” Ucapnya.
Jake menatap suaminya itu sambil terkekeh, “apa tuh?”
“Rahasia~..”