Eren
4 min readMay 31, 2023

—Hi, Nicho

Jake terkapar dilantai dengan darah bercampur air keruh yang terus keluar dari kemaluannya. Ia memegangi perutnya yang terasa sangat sakit itu sambil memejamkan matanya menahan sakit.

Mulut nya sedari tadi tak henti-hentinya menyebutkan nama Samuel sambil terisak.

Ia bingung harus bagaimana.

"Sayang!" Samuel yang baru saja tiba itu langsung berlari kearah Jake.

Wajahnya terlihat sama paniknya, melihat banyak darah yang menggenangi lantai kamar mereka.

Ia langsung mengangkat badan Jake lalu menggendongnya.

"Sakit... Hiks... Sakit samhh" Jake terisak didalam rengkuhan Samuel yang bisa kita sebut suaminya itu.

Samuel dengan sigap membaringi tubuh Jake dikursi belakang mobilnya.

"Tenang ya sayang... Everything will be fine..." Samuel menenangkan Jake yang masih menangis dikursi belakang.

Kemudia ia segera melajukan mobil mereka menuju rumah sakit terdekat.

Sesampainya disana Jake langsung dilarikan keruang gawat darurat untuk segera dilakukan tindakan.

Samuel ikut mendampingi suaminya itu disana, ia genggam tangan milik Jake seraya ia usap pelan.

Jake menggenggam erat tangan Samuel hingga buku-buku tangganya memutih.

"Sakithh.. Sam.." Jake terisak.

Samuel menghapus peluh yang membasahi pelipis Jake, kemudian ia peluk tubuh bagian atas Jake lalu menatapnya.

"Tahan ya... Semuanya akan baik-baik aja. Aku disini, if it's really hurt you, bite my hand babe.." Ucap Samuel menenangkan Jake.

"Hitungan ketiga dorong keluar ya—"

Jake menatap Samuel, ia merasa sangat takut sekarang. Samuel memberikan lengannya untuk Jake gigit sebagai pengalihan rasa sakitnya.

"Satu... Dua.. Dorong! "

Samuel memejamkan matanya saat lengannya digigit dengan sangat kuat oleh Jake, sementara Jake berusaha mati-matian mendorong keluar sesuatu yang berada di dalam perutnya itu.

"Sekali lagi, kepalanya sudah terlihat—"

Air mata mengalir deras dari mata Jake menandakan rasa sakit yang ia Terima sangatlah hebat.

"Satu... Dua.. Dorong!"

Jake kembali mengejan seraya menggigit kuat tangan Samuel. Kemudian suara tangisan bayi terdengar keras di penjuru ruangan itu.

Jake melepas gigitannya pada lengan Samuel, rasa sakit itu kini sudah tergantikan dengan rasa haru saat dirinya mendengar suara bayinya itu.

Samuel langsung memeluk Jake erat, ia cium seluruh permukaan wajah yang penuh peluh itu.

"Ada bayi Sam hiks... Keluar dari perut aku..." Jake menangis penuh haru dalam dekap suaminya itu.

"Iya sayang... Anak kita, jagoan kita udah lahir..." Samuel ikut menitihkan air matanya.

Tak lama kemudian seorang perawat datang dengan bayi polos yang sudah dibersihkan ditangannya. Ia baringkan bayi itu diatas dada Jake yang polos.

"Ganteng anaknya... Bisa langsung diberikan asi untuk anaknya" Ucap perawat itu tersenyum ramah, lalu meninggalkan mereka berdua, em—bertiga didalam ruang perawatan itu.

Samuel tersenyum melihat bayi mungil yang sedang tertidur lelap diatas dada suaminya.

Ia cium kening milik suaminya itu lalu beralih mencium pipi gembil milik sikecil.

Jake diam membiarkan si kecil tertidur pulas didadanya, ia terlihat bingung harus melakukan apa pada anaknya itu. Ia ingin memberikan asi, namun ia takut karna tak tahu cara menggendong bayi.

"Ayo kasih sikecil nenen" Samuel mengelus lembut surai suaminya itu.

"Takut"

"Takut kenapa sayang, kamu papinya."

"Nanti badannya lepas kalo salah gendong, dia kecil banget, lembut juga" Jake mengelus punggung si kecil.

Bayi kecil itu tampak menggeliat dalam tidurnya membuat Samuel dan Jake tersenyum.

"Ngga sayang, ayo nenenin adek. Dia pasti laper" Samuel mengelus surai Jake dengan sayang.

Dengan rasa takutnya, Jake perlahan mulai memegang punggung bayi kecil itu. Lalu ia ubah posisinya menjadi duduk.

Ia mulai memposisikan lengannya menjadi bantalan untuk sang bayi lalu lengannya yang lain memeluk tubuh bagian bawah si kecil. Ia dekatkan mulut si kecil pada putingnya lalu kemudian si kecil langsung melahap puting itu dan mengenyotinya.

"Shhh... " Jake menggigit bibirnya saat merasakan hisapan dari mulut si kecil pada putingnya.

Rasanya sedikit ngilu namun entah mengapa juga terasa enak.

"Kayak kamu..." Jake memperhatikan bayi kecil yang sibuk mengenyoti puting miliknya.

"Hm?" Samuel yang tengah tersenyum menatap bayi kecil mereka beralih menatap Jake dengan bingung.

"Dia nenennya kayak kamu, bikin sakit tapi enak" Jake mengelus pipi milik bayinya itu lalu mengalihkan pandangnya pada Samuel.

Atensinya justru terfokus pada tangan Samuel yang terlihat luka dan mengeluarkan darah.

"Sam, tangan kamu obatin dulu" Ucap Jake panik.

"Oh.. Iya nanti aku obatin. Aku masih mau liat adek nenen." Ucapnya sambil tersenyum.

"Maaf ya..." Ucap Jake sedikit lirih.

"Gapapa sayang, sakit ini ngga seberapa sama sakit yang kamu rasain waktu berjuang lahirin adek" Samuel mengelus surai hitam Jake.

Jake mengangguk, memang benar sakit yang ia rasakan beberapa waktu yang lalu sangat luar biasa. Ia bahkan berfikir dirinya akan mati saat itu.

"Papa... Mau nenen juga?" Tanya Jake ragu-ragu sambil menundukkan kepalanya malu.

Samuel terkekeh, ia cium pipi kasihnya itu lalu tangannya ikut bergerak mengelus punggung bayi kecil mereka.

"Ngga, nanti kalo papa ikut nenen papi pingsan" Ucapnya membuat Jake langsung teringat hari dimana Samuel meminta untuk menyusu padanya disekolah.

Dirinya termenung sambil menatap bayi kecil itu. Ia kembali bingung, apakah selama ini ia mengidap penyakit lupa ingatan atau semacamnya, atau ia masih berada di alam bawah sadarnya sekarang.

"Sayang... Kamu udah punya nama untuk jagoan kita?" Tanya Samuel membuat Jake tersadar dari lamunannya lalu menatap pada bayi kecil yang sedang menyusu padanya itu.

Ia menggeleng pelan.

"Kamu punya?" Tanya nya pada Samuel.

Samuel mengangguk. "What do you think about Nicholas? We can call him Nicho, sounds cute right?"

"Nicho, lucu." Jake mengangguk.

“Hi, Nicho”

Samuel tersenyum lalu memberikan kecupan singkat pada bibir Jake, selanjutnya tentu saja memberi kecupan pada jagoan mereka.

No responses yet