Ramai sorak ria terdengar dibawah gelapnya langit malam, saat kedua rival telah bersanding diatas motornya masing-masing digaris start.
Steve, laki-laki bertubuh tinggi itu nampak memainkan gas motornya seraya menatap Jake dengan tatapan remeh. Sedangkan Jake, ia tampak santai — bahkan sempat tertawa kecil saat melihat tatapan Steve padanya.
Lagi pula tak ada niat untuk menang sedikitpun dibenak Jake, bahkan ia sudah berencana untuk kalah dari awal.
Dari awal, niatnya mengajak Steve untuk bertarung diarena hanyalah akal-akalannya saja. Karena Jake hanyalah seorang pemula, dan tujuan sebenarnya ialah untuk membuat dirinya dan Steve terikat.
Tak peduli harus terikat dengan hubungan seperti apa, yang penting baginya hanyalah berada disisi Steve, laki-laki yang sudah lama ia incar.
“READY?!”
Steve dan Jake sama-sama mengangguk dan bersiap menarik pedal gas sedalam-dalamnya.
“THREE… TWO… ONE! GO!!”
Kedua pemuda itu langsung melesat lalu hilang seketika dari pandangan.
Steve, pemuda itu nampak serius ingin memenangkan pertandingan. Sementara Jake, ditengah perjalanan ia sengaja mengurangi laju kecepatannya agar Steve memimpin jauh.
Jake terkekeh dibalik helm full face yang ia pakai. “you want so badly to make me yours, Steve. should I be happy now?”
15 menit berlalu, sesuai prediksi dan rencana dari Jake, Steve lah yang mencapai gari finish terlebih dahulu kemudian disusul Jake dibelakangnya.
Suasana kembali ricuh, supporter Steve dan supporter Jake saling menyoraki satu sama lain.
Jake turun dari motornya seraya membuka helmnya, lalu berjalan menghampiri Steve yang masih duduk diatas kuda besinya itu.
“i win.”
Jake mengangguk sambil tersenyum “ yes, you are.”
Steve kemudian turun dari atas motornya, lalu berdiri dihadapan Jake seraya menatap remeh pada laki-laki itu.
“Dari awal harusnya lu ga nantang gua, Jake. Lu harusnya tau gua jauh lebih hebat dari pada pemula kayak lu. Sekarang dimana mau lu taroh muka lu?” Steve tertawa remeh.
Jake mengangguk “Iya, gua tau lu jauh lebih hebat, selalu hebat. mmm… can i put my face on your neck? my lord?” Jake terkekeh.
Steve ikut tertawa mendengarnya, ia tarik tubuh Jake mendekat padanya lalu ia tarik dagu milik pemuda cantik itu agar menatap kearahnya.
“Inget kesepakatan kita?” Tanyanya buat Jake mengangguk.
“Sesuai kesepakatan, karna lu kalah, lu harus mau jadi pesuruh gua. Be my property.”
“maunya jadi pacar lu, boleh?” Jake tautkan keduanya tangannya dengan cantik dipundak Steve.
Buat Steve terkekeh dan ikut menautkan kedua tangannya pada pinggang ramping sicantik. “Jangan serakah. Now, i’m your lord Jake and you must obey me.”
Jake mengangguk, “hum… i’m yours my lord. Now, do anything to me. I will obey and give all my life to you.” ucapnya seraya tersenyum manis.
Sepersekian detik, Steve dibuat terpukau oleh wajah cantik itu. Namun kemudian saat kesadarannya kembali, ia langsung bawa Jake kedalam gendongannya lalu membawa tubuh mungil itu kedalam sebuah ruangan yang tak jauh dari sana.
Brak!!
Steve tutup pintu ruangan itu dengan rapat lalu dengan cepat ia sambar bibir cantik milik Jake dengan rakus. Ia lumat, sesap bahkan menggigit ranum tebal itu buat Jake sedikit kewalahan.
“mmpphhh..” lenguhnya mendayu merdu saat lidah Steve dengan lancang masuk kedalam mulutnya tanpa izin.
Lidah keduanya saling bertaut dan membelit satu sama lain, buat suasana yang sudah panas itu semakin memanas.
“mmnhh emhhhh….” Jake memukul-mukul pundak Steve pelan mengisyaratkan dirinya mulai kehabisan nafasnya.
“haaaaahhhh… haaahhh.. pelan-pelan okay? I’m yours now, I will never run away from you. So, let’s make this long night pass hotly and beautifully.” Jake tangkup pipi Steve, laki-laki yang sudah menjadi tuannya itu lalu memberi satu kecupan manis dibibirnya.
Steve terkekeh, “ you driving me crazy, my little slut.”