Java berlari tergesa-gesa dengan semangat penuh membara saat mendapatkan kejutan bahwa kekasihnya datang dari jauh sana. Baru 2 hari terhitung mereka dipisahkan oleh jarak, namun salah satu dari mereka justru tak tahan dengan jarak yang dibuat.
Java tersenyum lebar saat melihat kekasihnya melambai kearahnya, ia pun kembali berlari secepat mungkin agar bisa memeluk tubuh yang sudah lama ia rindukan itu.
Bruk!
Ia peluk kekasihnya itu erat-erat seakan tengah menyalurkan rasa rindu yang telah lama ia pendam.
“Jahat nggak kasih tau aku!” ucap sebal.
Seth tersenyum sambil membalas pelukan kekasihnya itu dengan lembut, “kejutan.” Ucapnya.
Java terkekeh sambil merenggangkan pelukannya, ia tatap wajah yang sudah lama ia rindukan itu. “Iya, emang kaget aku. Kirain kamu lagi sibuk banget sampe ngga sempet ngucapin selamat pagi kayak biasanya.” Ucapnya.
“Selamat pagi.”
“Telat!” Java mendengus sebal lalu keduanya tertawa.
“Yaudah ayo, kamu tinggal sama aku ya diapart, jangan booking hotel!” Ucapnya.
Seth mengangguk sambil merangkul pundak kekasihnya itu dengan mesra, lalu bergegas meninggalkan tempat ramai itu.
Tanpa disadari, interaksi keduanya itu dilihat oleh seseorang yang juga berada disana.
“Tuan, ayo.”
Jerremy tersentak kemudian kembalikan fokusnya dengan memijat pangkal hidungnya.
“Ah… jadi dia yang kamu sebut cinta, Java. Kita lihat, apa cinta kalian bisa menghentikan rencanaku.” Ucapnya sambil menyeringai.
“Saya — maksudnya aku booking hootel aja, kalau aku tidur disini kamu tidur dimana?”
“Nggak! Nggak boleh! Kamu sayang aku kan?”
“Sayang, makanya saya booking hotel aja. Nggak mungkin saya biarin kamu tidur diluar sementara saya dikamar kamu.”
Java mendengus sebal, saat sampai diapartement miliknya Seth justru ingin memesan kamar hotel. Memang Java hanya punya satu kamar tidur disini, lalu mengapa?
Seth sangat tidak peka, padahal ranjang miliknya sangat luas dan muat sekali untuk mereka berdua.
Java diam, ia membalikkan tubuhnya membelakangi Seth. Berniat merajuk pada lelaki itu.
“Hei…”
“Kamu enggak sayang aku!” Ucapnya.
Seth menghela nafasnya pelan, “nggak gitu sayang — ”
“Iya kamu nggak sayang aku! Padahal kamu udah liat kamar aku luas kasurnya besar, tapi kamu mau booking hotel. Kamu nggak mau bobo sama aku, berarti kamu nggak sayang aku lagi.”
Seth kembali menghela nafasnya pelan, lalu mendekat kearah kekasihnya itu.
“mau, aku mau bobo sama kamu. Tapi — ”
“Tapi apa? Tapi kamu nggak sayang lagi sama aku kan?”
“Kalo aku nggak sayang, nggak mungkin aku nyusulin kamu kesini.” Ucapanya.
Java seketika luluh, mengingat bagaimana perjuangan kekasihnya itu untuk datang padanya hari ini.
Java membalikkan badannya menghadap kekasihnya.
“Bobo disini aja, sama aku ya? Please…” bujuknya sambil menatap Seth dengan mata yang berbinar.
Seth tentu tak dapat menolak, apa lagi jika sudah melihat raut memelas dari kekasihnya. Rasanya semuanya ingin ia berikan agar kekasihnya itu senang.
Dengan ragu-ragu Seth mengangguk, buat Java kegirangan hingga melompat duduk dipangkuannya.
“Aku sayang kamu.” Ucapnya lalu menghujami pipi Seth dengan banyak ciuman.
Seth terkekeh pelan sambil membalas kecupan-kecupan itu, namun dengan bibirnya.
“I love you the most, Java.”