Java tiba-tiba terbangun dari tidurnya, namun anehnya ia terbangun ditaman kota. Suasana taman yang biasanya ramai oleh anak kecil, sore itu terlihat sangat sepi, bahkan tak ada satupun anak kecil ataupun orang dewasa disana.
“I love you.”
Java terkejut, mendapati Seth yang tengah duduk disebelahnya tengah menatapnya sambil tersenyum.
Java terdiam, jantungnya berdegup kencang. Ia tak percaya Seth mengatakan hal itu padanya sekarang.
Seth kemudian berpindah dan berlutut dihadapan Java. Ia tampak merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil.
Ia buka kotak itu, kemudian ia tujukan isi dari kotak itu pada Java. Java terkejut bukan main saat melihat sepasang cincin yang disana.
Apa Seth bermaksud melamarnya sekarang?
“Happy birthday, maaf mungkin ini hadiah terakhir yang bisa aku kasih buat kamu. Tolong simpan ya, sayang.” Ucapnya.
Java menatap Seth bingung, apa maksud ucapan pria itu? Bukankah ulangtahunnya masih lama? Lalu mengapa pria itu berikan ucapan selamat padanya.
Telinganya tiba-tiba berdenging, bisikan-bisikan itu kembali menghantui pendengarannya.
“Akhhh… Sethh..” ia menutup telinganya rapat-rapat.
“Tolong jangan tangisin aku lagi… kamu harus bahagia terus ya? Banyak yang bakal jagain kamu disana. Aku tau kamu kuat sayang.” Ucapnya lirih.
Java tau, Java tau kalimat ini. Sakit dikepalanya mendadak hilang, bersamaan dengan Seth yang sudah berdiri dihadapannya sambil melambaikan tangan.
“Jangan… please… hichhh” Java tak bisa bergerak, ia hanya bisa duduk diam menyaksikan bagaimana Seth terus berjalan mundur menjauhinya sambil terus melambaikan tangan dan tersenyum.
Java ingat, ia ingat semuanya sekarang. Semua ini, semua yang ia alami ini adalah mimpi yang sering ia lihat.
Namun kali ini ia benar-benar mengingat semuanya, siapa sebenarnya dirinya dan Seth.
“Aku ingat sekarang, aku ingat… kita lahir kembali Sunghoon…”
“HAAHHH…” Java terbangun dengan nafas yang tersenggal-senggal, dahi basah bercucuran keringat.
Namun detik kemudian ia terisak, mengingat semua kenangan pahitnya dimasa lalu.
Klek
Seth yang baru saja datang dengan nampan berisi bubur dan secangkir air putih itu sontak terkejut mendapati Java yang sudah terbangun dengan kondisi menangis.
“Hei, kamu kenapa? Apa yang sakit?” Tanya Seth khawatir.
Java menatap kearah pria itu, tangannya tergerak memegang rahang pria itu.
Ia benar-benar tak percaya kalau mereka dilahirkan kembali, dan dipertemukan kembali sekarang. Sunghoon nya yang dulu pergi meninggalkannya kini telah kembali menemaninya dikehidupan baru.
“Aku ingat sekarang Seth… aku ingat…” ia peluk erat-erat pria itu sambil terus terisak.
Seth yang bingung memilih diam, membiarkan Java menangis dipelukannya sampai ia tenang.
“Makasih.. makasih udah pilih aku lagi…”
Java bahagia, bahkan dikehidupan selanjutnya pun Sunghoon tetap memilih untuk bersamanya, walaupun masih dengan status yang belum pasti.
“Kamu tadi mimpi?” Tanya Seth.
Java mengangguk pelan sambil menyeka air matanya. “I love you.” Ucapnya sambil tersenyum.
Seth yang tak tahu menahu tentang mimpi itu sontak berdegup kencang, pipinya merah padam. Bagaimana bisa lelaki manis itu mencuri start nya.
“H-hei, ada sesuatu yang mau saya kasih tau kekamu.” Ucap Seth gugup.
“Apa itu?”
Seth yang semula duduk disampingnya, kini berpindah, berlutut dihadapannya. Ia tampak merogoh saku blazernya kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil.
Java terkejut, ia merasa deja vù. Bagaimana bisa keadaan saat ini benar-benar mirip dengan yang terjadi dimasa lalu.
Seth membuka kotak itu, dan memperlihatkan sebuah gelang yang sangat indah.
“Waktu kita nggak sengaja ketemu dimall, pulangnya saya nggak sengaja lihat gelang cantik ini. Gelang cantik ini bikin saya terngat sama kamu, jadi saya beli — ” Seth menjeda kalimatnya.
“Saya pernah cerita, sebelum kita bertemu saya sudah sering lihat kamu dimimpi saya. Dari pertama kali saya lihat kamu dimimpi saya, saya sudah suka sama kamu. Dan setelah beneran ketemu, rasanya bukan cuma sekedar suka lagi, tapi sayang.
Kayaknya saya sudah jatuh cinta sama kamu, jadi tolong terima cinta saya.” Ucapnya serius.
Java terkekeh pelan, ia terima gelang itu lalu menatapnya bergantingan dengan Seth, tiba-tiba ide jahil terlintas dikepalanya.
“Kalau aku nggak mau, gimana?”
Ekspresi pria itu tak berubah sama sekali, justru ia terkekeh sambil meraih sebelah tangan Java.
Ia pakaikan gelang cantik itu ditangan Java, kemudia ia cium punggung tangannya. Buat jantung Java berdegup kencang dengan pipi yang merona.
“Kalau kamu nggak mau, saya bikin sampai kamu mau.” Ucapnya