Sunghoon tak henti-hentinya menghela nafas sambil terus mendorong sebuah troli yang akan menjadi wadah belanjaan mama nya. Langkah demi langkah Sunghoon susuri mengikuti kemana jejak yang lebih tua.
“Jangan males gitu mukanya, kayak kepaksa banget nemenin mama nya.” Ucap yang lebih tua menegur.
“Kan emang.” Jawab Sunghoon acuh tak acuh.
“Kecap… hm… kita kesana dulu Hoon, mama mau cari bumbu-bumbuan.” Ucap mama Sunghoon menunjuk kearah stan perbumbuan.
“Siap kanjeng ratu.”
Sunghoon pun mendorong troli itu kearah yang ditunjuk tadi, sambil menunggu sang mama memilih-milih perbumbuan Sunghoon memilih untuk memainkan ponselnya.
“Hahaha goblok” Sunghoon tertawa diiringi umpatan, entah apa yang ia lihat diponselnya.
“Heh mulutnya!” tegur sang mama.
Memilih acuh, Sunghoon terus memainkan ponselnya tanpa mempedulikan sekitar.
“Jake?”
“Mama?!”
Sunghoon yang tengah asyik memainkan gawainya itupun langsung mendongak dan mendapati sang mama bertemu dengan mantan kekasihnya.
Jantung Sunghoon berdegup kencang mengingat sang mama belum tau perihal kebenaran hubungan antara dirinya dan Jake yang sudah usai.
“Kebetulan kita ketemu disini sayang… udah lama gak liat kamu…” ucap sang mama langsung saja memeluk tubuh Jake tanpa basa-basi.
Tampaknya wanita paruh baya itu sungguh-sungguh merindukan calon memantunya itu, atau bisa kita sebut mantan untuk sekarang.
“Katanya Sunghoon kamu sibuk ya sama organisasi.. sampe kurus gini badannya sayang, pasti makannya nggak teratur ya?”
Jake mengerenyit bingung mendengar penuturan mama Sunghoon tentang organisasi, sejak kapan Jake ikut organisasi?
“Itu ma — ”
“Yaudah mumpung ketemu disini, kamu sekalian ikut main kerumah ya? Kita masak bareng kayak dulu, mama kangen banget masak sama kamu..”
Jake bingung harus bagaimana, harus kah ia menolak? Tapi rasanya kurang pantas dan sopan jika menolak undangan, apalagi dari orang yang lebih tua. Jake pun melirik kearah Sunghoon seakan meminta pendapat dan kejelasan, namun lelaki itu justru membuang pandangannya kearah lain.
“Kok liat ke Sunghoon? Kalian lagi berantem?”
Sunghoon langsung gelagapan, “enggak kok ma, iya kan sayang?” Ucap Sunghoon melirik Jake sambil tersenyum.
Ah, Jake paham. Rupanya Sunghoon belum memberi tau mamanya perihal hubungan keduanya yang sudah kandas.
“I-iya.. enggak kok ma..”
“Yaudah kalo gitu berarti mau kan?”
Jake pun mau tak mau mengiya kan permintaan dari mama sang mantan kekasih, Jake pun berencana untuk memberi tahu tentang hubungannya dan Sunghoon yang sudah usai setelahnya.
Suasana dirumah Sunghoon begitu canggung, Jake dan Sunghoon terpaksa harus terus berdekatan layaknya sepasang kekasih agar tak membuat sang mama curiga.
“Kita bagi tugas ya? Sunghoon susunin belanjaan tadi dikulkas, Jake bantuin mama masak, oke?”
“Oke mama” jawab keduanya kompak.
Sunghoon pun mulai melakukan tugasnya, buat Jake merasa sedikit lega karna dapat menjaga jarak dengan mantan kekasihnya itu.
“Hari ini kita masak apa ya Jake…”
Jake tersenyum, “ayam semur? Sunghoon suka ayam semur.” Ucapnya.
Sunghoon yang tengah menyusun bahan-bahan makanan itu sontak berhenti sejenak, tanpa sadar satu sudut bibirnya tertarik keatas.
“Tau banget ya kamu kesukaannya pacarmu, udah siap inimah jadi menantu mama.” ucap mama Sunghoon yang buat dua anak adam itu tertawa renyah.
Saat akan memulai kegiatan memasak, tiba-tiba ponsel mama Sunghoon berdering. Mau tak mau wanita paruh baya itupun segera menjawab panggilan telepon dari ponselnya dan menjauh dari area dapur, menyisakan Jake dan Sunghoon disana.
Sunghoon yang sudah selesai dengan tugasnya itupun mendekat kearah Jake, berniat untuk membantu sang mantan kekasihnya itu.
“Aku harus bantu apa?” Tanya nya.
“Nggak usah, kan tugasmu susunin bahan-bahan” jawab Jake acuh tak acuh.
“Udah selesai kok.”
“Yaudah kalo udah, kedepan aja, jangan ganggu.”
Sunghoon menghela nafasnya pelan, kemudian meninggalkan Jake sendirian didapur itu.
Jake pun mulai melakukan tugasnya, yaitu memasak ayam semur kesukaan mantan kekasihnya itu. Jake tampak begitu lihai bermain dengan alat-alat dapur itu, buat Sunghoon yang diam-diam mengintip tersenyum menatapnya.
“Ngintipin apa tuh?”
“BANGSAT!!”
Sunghoon yang lagi asik menatap sang mantan kekasih itu teperanjat kaget oleh kehadiran Hanni dan Riki, adik kembarnya yang tiba-tiba berada didekatnya.
“Woah.. ada kak Jake ternyata.” Riki berlari kearah dapur saat melihat kehadiran Jake disini.
“Eh Riki? Baru pulang ya? Hanni mana?” Tanya Jake sambil tersenyum.
“Itu didepan lagi gelud sama kakak.” Jawabnya.
Jake hanya terkekeh sambil mengaduk masakkannya. “Kebiasaan.”
“KAK JAKE!! LIAT KAK HOON MAU NARIK RAMBUT AKU!!” Hanni berlari kearah dapur, lebih tepatnya kearah Jake untuk meminta perlindungan ketika Sunghoon berlari mengejarnya dibelakang.
“Eh eh!” Jake tersentak saat Hanni memeluknya dari arah belakang sementara Sunghoon berjaga didepannya.
“Kak Jake tolongin, kakak serem banget!” Hanni merengek manja sambil memeluk tubuh Jake erat.
Riki yang melihat hal itu hanya tertawa seperti biasanya, tak berniat ikut campur dalam pertarungan sengit antara Sunghoon dan saudari kembarnya.
“Salah siapa tadi melorotin celana kakak? Sekarang mau dibales malah kabur!” Sunghoon bergerak semakin maju, buat Hanni semakin erat memeluk tubuh mantan kekasih kakaknya itu.
“Eh udah, udah!” Jake ikut memeluk tubuh Hanni seraya menenangkan keduanya.
“Ya kan Hanni cewek! Masa dipelorotin sih!”
“Emang kalo cowok boleh dipelorotin?!” Tanya Sunghoon dengan nada nyolotnya.
“Kak Jake… liat kakak jahat… marahin kakak kak Jake..” ucap Hanni manja sambil menatap Jake dengan mata berbinar.
“Anak nakal emang harusnya dimarahin.” Ucap Sunghoon menatap adik kecilnya itu sengit.
“Udah dong Hoon, Hanni kan masih kecil” ucap Jake dengan lembut.
“Belain aja terus, belain. Bukannya belain pacar — eh.” Sunghoon menjeda kalimatnya saat sadar dengan apa yang ia ucapkan.
“Eh?”
Jake yang juga sadar ikut terdiam, suasana hatinya mendadak kacau. Dadanya tiba-tiba terasa sesak saat mengingat tentang hubungannya dengan Sunghoon yang sudah usai.
Beberapa saat yang lalu semuanya terasa sama seperti saat ia masih menjalin kasihnya dengan sang mantan kekasih. Runtutan kejadiannya pun begitu familiar hingga buat Jake lupa akan realita hubungannya yang sudah kandas.
“Kok ga ngejar lagi?” Hanni menatap Sunghoon bingung, begitu pun Riki.
Sunghoon sontak berdehem pelan mencairkan suasana, “ganti baju sana, seragam kalian baru keringet.” Ucapnya.
“Emang iya?” Tanya Hanni sambil mengendus-endus area ketiaknya.
“Iya bau.” Ucap Riki.
Riki yang tak banyak bicara itu seakan paham dengan situasi canggung langsung menyeret Hanni pergi meninggalkan dua pasang mantan kekasih itu.
“Maaf — ”
“Ini terakhir kalinya aku main kesini” ucap Jake terdengar lirih.
“Tolong jangan kasih tau mama dulu, biar nanti aku yang kasih tau sendiri.” Ucap Sunghoon.
Jake mengangguk sambil tersenyum, “jangan lama-lama ya? secepatnya kasih tau mama kamu kalo kita udah selesai. Kasian nanti pacar kamu kalo tau aku masih sering main kesini.”
Rahang Sunghoon mengeras, tangannya mengepal saat mendengar kalimat yang Jake lontarkan itu. Kalimat sederhana namun mampu buat suasana hatinya memburuk.
Ia lantas terkekeh, lalu mendekat kearah Jake sambil menatap mata cantik itu dengan tajam, “iya secepatnya, soalnya kasian juga si Heeseung kalo tau kamu masih main kerumahku.”
Sunghoon kemudian berlalu meninggalkan Jake yang menatap kepergiannya dibelakang. Nafasnya mendadak tercekat, tenggorokannya sakit seakan tercekik menahan bulir bening yang sudah menumpuk dipelupuk matanya agar tak jatuh begitu saja.
Namun usahanya sia-sia, air matanya jatuh begitu saja mengalir kearah selatan tubuhnya. Jake langsung mengusap pipinya yang basah sambil kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
Setidaknya ia harus sajikan makanan kesukaan Sunghoon ini sebaik mungkin untuk terakhir kalinya.
“Kakak sama kak Jake beneran putus?”
“Kayaknya iya.”
Hanni dan Riki yang diam-diam mengintip itu menghela nafas panjang.
“Yah, kita broken home Ki…” Ucap Hanni sedih.
“Cuma putus doang Han, yakin gua pasti balikan mereka nanti.” Ucap Riki yakin.
“Eh mama berarti belum tau kan?”
“Jangan ikut campur, biarin kak Hoon sendiri yang kasih tau mama. Nanti kalo kakak marah sama lu, udah ngga ada kak Jake buat berlindung.”