Pagi itu, cuaca cukup cerah, sinar mentari mulai terbit dari timur. Cahayanya terang menyorot mata hingga buat sang anak adam itu terganggu dari tidurnya.
Matanya mengerjap beberapa kali sementara tangannya bergerak meraba-raba ruang kosong disampingnya.
“Hoon…” panggilnya dengan suara pelan.
Jake mulai membuka matanya, tubuhnya terasa begitu lelah akibat pergelutan panasnya semalam.
Tak ada Sunghoon disampingnya, hanya ada sebuah jaket hitam yang tergeletak disampingnya, padahal Jake ingat betul semalam mereka tidur dengan posisi berpelukan mesra.
Jake mulai panik, ia begitu takut Sunghoon pergi meninggalkannya sendirian dipulau ini.
“Sunghoon! Hoon!” Jake meraih jaket itu lalu bangkit dari posisinya.
Dirinya berlarian kesana kemari menyerukan nama yang ia cari itu, namun tak ada jawaban sama sekali.
“Sunghoon..” lirihnya memeluk jaket hitam yang sempat Sunghoon kenakan itu.
“Sayang? Kamu udah bangun?” Sunghoon, pria itu muncul dengan wajah tanpa dosanya membawa satu tandan pisang yang sudah matang ditangannya.
“Hoon..” Jake langsung memeluk pria nya itu sambil mendusal dilehernya.
Sunghoon pun meletakkan satu tandan pisang itu ditanah lalu beralih memeluk kasihnya itu, tangannya tergerak naik turun mengusap punggung sempit itu dengan lembut.
“Aku disini, sayang.” Ucapnya.
“Kamu kenapa ga bilang-bilang perginya? Aku takut sendirian!” Jake mendengus sebal.
Sunghoon terkekeh lalu merenggangkan pelukannya, kemudian diciumnya ranum kemerahan itu dengan gemas.
“Aku cari makan sayangku, aku ngga tega mau bangunin kamu, kamu pasti capek kan gara-gara semalem?” Ujar Sunghoon lembut.
Tiba-tiba pipi Jake bersemu merah mengingat kejadian yang mereka lakukan semalaman.
“Iya, capek..” cicitnya pelan.
Sunghoon pun menggenggam tangan mungil itu sambil membawa satu tandan pisang masak ditangannya yang lain, kemudian melipir kepinggir pepohonan agar tak kepanasan.
“Aku cuma dapet pisang, kamu mau kan makan pisang?” Tanya Sunghoon sambil membukakan sebuah pisang lalu memberikannya pada Jake.
Jake mengangguk sambil tersenyum, “aku mau, makasih ya udah cariin makanan..” ucapnya.
Sunghoon mengangguk sambil tersenyum, lalu ia cium pipi gembil Jake dengan gemas. Tangannya kemudian meraih sebelah tangan Jake untuk ia genggam, lalu ia ciumi punggung tangan itu dengan sayang.
Jake tersenyum menatap wajah tampan kasihnya itu.
“Jangan terlalu deket sama si Heeseung itu.” Ucap Sunghoon tiba-tiba.
Jake menatap Sunghoon bingung, “kenapa emangnya?”
Sunghoon mengedikkan bahunya lalu kembali menciumi punggung tangan Jake.
“Aku ga suka.” Ucapnya.
Jake terkekeh pelan, lalu menatap wajah tampan itu lamat-lamat “kamu cemburu?”
Sunghoon tak menjawab, namun dari reaksi tubuh pria itu Jake tau kalau pria itu cemburu.
Jake kemudian memeluk tubuh Sunghoon dengan sangat erat, lalu mendusal pada pundaknya.
“Kakak itu udah kayak kakak kandung ku, kayaknya susah buat jaga jarak, kecuali kalo kamu cemburu sih… kayaknya aku bisa jaga jarak dikit.” Ucap Jake.
Sunghoon menoleh, sebelah tangannya ia gunakan untuk memeluk pinggang ramping milik Jake. Matanya menatap lurus pada laut.
“Iya, cemburu.” Akunya.
Jake terkekeh lalu berpindah duduk diatas pangkuan pria itu, tangannya melanglung pada pundak kokoh Sunghoon.
Chup
Satu kecupan Jake berikan pada bibir Sunghoon, buat pipi pria itu seketika merah padam.
“Sayang..” rengek Sunghoon lalu memeluk tubuh mungil diatasnya itu.
Jake terkekeh, “ayo kita pelukan kayak gini terus.”
Sunghoon mengangguk, mengeratkan peluknya pada pria mungil itu.
“Aku sayang kamu.” Ucap Jake.
“Aku cinta kamu.” Balas Sunghoon.
Lalu keduanya sama-sama tertawa dalam dekap hangat pagi itu, sambil terus menunggu pertolongan yang entah kapan akan datang menghampiri keduanya.
“Kalian gak apa-apa kan?!” Tanya papa Sunghoon dengan raut khawatir setelah mendapati dua anak adam ini benar-benar tertinggal dipulau semalaman.
Begitupun dengan Jay dan Riki yang tak kalah khawatirnya menatap mereka.
Namun gelagat dua anak adam ini malah membuat bingung orang-orang dihadapannya.
Tak ada tampang ketakutan atau trauma, justru keduanya menunjukkan wajah sumringah.
“Aman, ayo pulang.” Jawab Sunghoon sambil mengulum bibirnya seperti sedang menahan sebuah senyuman.
Begitu pun Jake, pria itu nampak menunduk dengan gelagat salah tingkah saat bertatapan dengan Sunghoon.
Riki menatap penuh curiga pada dua anak adam ini, namun kemudian ia mengerti saat melihat sebuah ruam merah keunguan pada perpotongan leher Jake yang kontras.
Riki mendesah pelan sambil menggumam, “nyamuk pulau sini ternyata ganas ya.”
Kemudian ia berikan jaketnya pada Jake, sambil berbisik, “tutupin, jangan sampe yang lain liat.” ucapnya.
Tubuh Jake seketika menegang mendengar ucapan bocah 19 tahun itu.
Lalu merekapun naik keatas kapal untuk segera pulang menuju villa yang mereka tempati.