Eren
5 min readFeb 13, 2025
kitten

Membungkuk sopan seraya menyunggingkan senyuman Evan lakukan demi kesan pertama yang baik disekolah barunya, walau sedikit gugup Evan yakin kalau sekolah yang dipilih orang tuanya ini adalah sekolah terbaik untuknya.

Bukan tanpa alasan Evan dipindahkan oleh orang tuanya, mengingat lingkungan sekolah lamanya yang dirasa kurang bagus, pun orangtuanya yang terdesak dipindah tugaskan Evan terpaksa menuruti kehendak orang tuanya.

Walau sedikit sedih karna harus berpisah dengan teman-teman dilingkup lamanya, Evan yakin ia bisa beradaptasi dilingkup baru dan menemukan teman-teman yang tak kalah baik.

“Baik Cleo, kamu bisa antarkan Evan dikelas yang sudah saya tentukan tadi ya… Untuk Evan, semangat untuk hari pertamanya disini, kalau kesusahan kamu bisa cari saya oke?”

Evan mengangguk sambil tersenyum, “terima kasih pak.” Ucapnya.

“Kalau gitu Cleo izin bawa Evan keliling sekolah dulu ya pak, setelah itu baru Cleo antar kekelasnya.”

“Boleh, silahkan..” izin pria paruh baya dengan kacamata kotak yang bertengger dikepalanya.

Cleo, siswi yang tengah duduk dikelas 12 itu pun langsung mengajak Evan pergi meninggalkan ruang guru itu. Namun saat Cleo membuka pintunya, keduanya sama-sama dikejutkan dengan gerombolan siswa yang sudah berkerumun didepan sana.

“Wahh emang ganteng ya..”

“Evan guys namanya, ganteng ya kayak orangnya!!”

Evan menegup ludahnya kasar sambil menundukkan kepalanya, sedikit risih sebab banyak pasang mata yang menatapnya.

“Guys bisa buka jalan dulu nggak, tolong jangan bikin temen baru kita risih ya? Kita harus bikin dia betah disini!” Ucap Cleo pada segerombolan siswa siswi itu.

Mereka pun kompak membuka jalan untuk Evan dan membiarkan anak itu berjalan membuntuti Cleo dari belakang, meninggalkan mereka yang masih menatap kagum kearahnya.

“Gila… ini sih bakal jadi saingan Jero anjir!”

Jerry melangkah tergesa-gesa kearah Jero yang sudah menunggunya ditangga, dengan wajah nafasnya yang tersenggal-senggal Jerry memegangi dadanya.

“Haaaaah… anjir! Untung Muel percaya!”

Jero menatap Jerry bingung “apa alesan lu?”

“Mules.” Ucap Jerry.

Jero pun bangkit dari duduknya, bersiap-siap untuk pergi ke ruang Guru yang terletak tak jauh dari sana.

“Ayo.” Titahnya mengajak Jerry.

Jerry hanya mendesah pelan sambil membuntuti Jero dari belakang, ia hanya bisa pasrah menuruti kehendak teman karibnya itu, sebab jika tak dituruti Jero bisa marah besar padanya.

Drap Drap Drap

Derap langkah Jero dan Jerry langsung mengintrupsi kerumunan siswa dan siswi didepan ruang guru.

“Woi Jero, Jero.. ada Jero anjir…”

“Inikah yang dinamakan cuci mata itu…”

Jero langsung terkekeh sambil merapikan rambutnya, lalu menatap kerumunan itu dengan percaya diri.

“Dimana anak baru itu?” Tanya nya.

“A-anu Jer… euh.. sa-sama kak Cleo.”

“Iya! Sama kak Cleo, kayaknya sih lagi diajak keliling dulu.” Jawab salah seorang dari kerumunan itu.

“Kearah mana mereka?” Tanya nya lagi.

“Sana! Barusan banget mereka pergi!”

Jero mengangguk paham, lalu tanpa basa-basi langsung meninggalkan kerumunan itu menuju arah yang sudah diberitahu.

“Makasih yaa semuanya.. kalian jangan lupa makan, istirahat bentar lagi kelar!!” Ucap Jerry pada kerumunan itu sambil tersenyum lalu kembali membuntuti Jero.

“Aakhhh kak Jerry~… imut banget anjrit!! Pengen cium!!”

“Jangan, kocak! Punya kak Samuel itu…”

Yang baru saja disebut namanya tiba-tiba muncul ditengah kerumunan, “iya, punya gua itu. Mau cium?” Tanya Samuel dengan datar.

“E-eh nggak kok kak! Cuma bercanda, sumpah!” jawab mereka sambil tertawa canggung.

“Jadi kemana Jerry?” Tanya Samuel oada kerumunan itu.

Pria itu sudah menduga sejak awal kalau kekasih — ralat! Teman dekatnya itu berbohong padanya, dilihat dari gelagat dan nada bicaranya, Samuel sudah sangat hafal.

“Kesana kak! Nyusulin kak Jero yang mau nyusulin murid baru.”

Samuel menghela nafasnya, sambil melirik kearah yang sudah ditunjukkan itu. Jerry tak pernah berubah, selalu memilih Jero ketimbang dirinya, itu lah yang menjadi faktor hubungan keduanya yang tak berkembang sebab Samuel ragu apakah Jerry juga menyukainya?

“Murid baru?”

“Iya kak, kayaknya pindahan dari luar deh.”

Samuel mengangguk, “makasih ya.” Ucapnya lalu bergegas meninggalkan tempat itu tanpa ada niat untuk menyusul Jerry.

Evan tak berhenti menatap lingkungan sekolah itu dengan takjub, lingkungan yang sangat bersih dan rapi pun dengan murid-muridnya yang tampak ramah.

Evan jadi semakin yakin dan senang bisa dipindahkan disekolah bagus seperti ini.

“Kak.” Panggil Evan pada Cleo.

“Ya, Evan? Kenapa?” Tanya Cleo.

Evan menggigit bibir bawahnya sambil melirik kekanan dan kekiri.

“A-anu… mau ke toilet, dimana ya?” Tanya nya.

Cleo terkekeh, “ayo kakak antar.” ucapnya kemudian mengantarkan Evan ke toilet yang terletak tak jauh dari mereka.

“Kakak tunggu disini ya..”

Evan mengangguk, “bentar ya kak..” pamitnya sopan lalu bergegas masuk kedalam bilik toilet, meninggalkan Cleo yang menunggu didepan.

“A-aduh!! Sakit argh!!”

Cleo yang tengah berdiri didepan bilik toilet itu pun langsung menoleh kesumber suara dan mendapati Jerry yang nampak terduduk lemas sambil memegangi perutnya.

Cleo pun buru-buru menghampiri Jerry dengan wajah cemasnya, “Jerry? Kamu kenapa? Perutnya sakit?” Tanya Cleo khawatir.

“Kak Cleo… tolong…” rengek Jerry sambil memegang tangan Cleo erat.

“Kakak harus apa — eh maksudnya kita ke UKS sekarang!” Ucap Cleo lalu membopong Jerry kearah UKS yang berada cukup jauh dari sana.

Sementara itu Jero yang sudah mengendap-endap langsung masuk kedalam bilik toilet dan menguncinya.

Ia begitu penasaran dengan sosok murid baru yang berani mencuri perhatian satu sekolah dari dirinya itu.

Dilain sisi, Evan yang baru saja selesai buang air itu nampak menaikkan resleting celananya seraya merapikan seragamnya.

Saat ia membalikkan tubuhnya, ia langsung terkejut dengan kehadiran seorang pria dengan tubuh yang lebih kecil darinya itu berdiri tepat dibelakangnya.

“Anjing!” Evan memegangi dadanya sambil menghembuskan nafasnya kasar.

Sementara Jero menatapnya dengan tajam, berani-beraninya anak baru seperti Evan mengumpat padanya. Jero benar-benar akan beri pelajaran untuk pria ini.

“Kamu siapa? Ngapain dibelakang ku?” Tanya Evan.

Jero menatapnya makin sengit, “nggak usah sok asik pake aku-kamu ke gue, anak baru. Lu lagi dalam masalah besar sekarang!” Peringat Jero.

Evan menatap Jero bingung.

“Minta maaf sama gue sekarang!” Ucapnya.

“Untuk apa? Gua ada bikin salah? Gua rasa ini pertama kalinya kita ketemu, kan?” Tanya Evan bingung.

Jero berdecak pelan sambil melipat kedua tangannya didepan dada, “lu ngumpat kearah gue! Ngatai gue anjing! Lu pikir lu siapa disini, anak baru?!”

“Nggak sengaja, itupun karna lu yang tiba-tiba dibelakang gue, bikin kaget! Harusnya elu yang minta maaf!” Ucap Evan tak mau kalah, buat Jero semakin kesal.

Ia tarik dari Evan lalu membawanya masuk kedalam salah satu bilik toilet lalu mendorongnya hingga terduduk diatas toilet. Tanpa rasa bersalah Jero injak paha kiri Evan dengan sepatunya.

You better say sorry, atau gue bikin hidup lu nggak tenang disini. Cepetan, jangan bikin gue marah!”

Evan terkekeh sambil menatap wajah Jero yang tampak angkuh itu, dari sekian banyak wajah kagum yang ia lihat hari ini, hanya wajah Jero yang menatapnya penuh benci. Namun entah mengapa wajah marah anak itu buat Evan geli.

Dengan santai Evan pegang pergelangan kaki Jero lalu mendorngnya kelantai, kemudian ia bersihkan jejak sepatu yang menempel dicelananya.

Why should I ?” Tanya Evan sambil bangkit dari duduknya, menatap Jero tanpa rasa takut.

Evan kemudian terkekeh, “mungkin lu fikir karna gua murid baru disini, gua bakal takut? No, bahkan badan lu lebih kecil dari gua, gimana gua bisa takut?” Ucapnya buat Jero semakin naik pitam hingga rahangnya mengeras.

Evan membungkukkan tubuhnya, mensejajarkan dengan tubuh mungil Jero lalu berbisik ditelinganya.

“Gua tunggu kejutan-kejutannya, kecil…” bisiknya lalu tersenyum.

Tangan Jero mengepal lalu tanpa ragu-ragu langsung melayangkan pukulan pada rahang Evan.

BUGH!

“Sialan lu! Itu baru permulaan dari gue ya anjing! Gue pastiin hidup lu nggak akan tenang setelah ini! Fuck you dumb ass!” ucapnya lalu meninggalkan Evan yang terduduk sambil memegangi rahangnya.

Evan terkekeh sambil mengusap rahangnya yang terasa sakit, ternyata pukulan dari sikecil cukup membuatnya kesakitan kali ini.

“Kucing garong.”

No responses yet