Eren
4 min readMay 16, 2023
—location unknown

Juan meminta Ethan untuk menemaninya tidur, Ethan menyetujuinya. Namun sekarang Ethan malah mengajak Juan untuk menginap dirumahnya saja.

Awalnya Juan tampak ragu, karna ia takut untuk bertemu dengan Shaka. Namun Ethan berdalih kalau Shaka sudah tidak pernah tidur dirumah mereka. Shaka hanya pulang kerumah untuk mengambil beberapa pakaian lalu pergi lagi.

Sejak malam itu, Shaka yang awalnya terlihat seperti anak baik dihadapan Juan kini berubah menjadi seperti orang asing. —orang asing yang memiliki hati sangat dingin dan sekeras batu.

Juan melangkah masuk ke kediaman milik keluarga Ethan, setiap sudut dirumah itu terlihat sama saja dari dulu. Namun entah mengapa Juan merasakan suasananya berbeda.

Juan mendudukkan dirinya disalah satu sofa diruang tengah rumah itu.

"Kakak mau mandi dulu ya Ju, kamu kalo mau mandi bisa pake kamar mandi dikamar atas" Ethan mengusak surai hitam milik Juan.

Juan hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Ethan meninggalkan Juan diruang tengah, sementara Juan masih duduk disana sambil memperhatikan beberapa foto yang terpajang disana.

Ia melihat banyak foto masa kecil Shaka yang tersenyum lebar. Tanpa disadari ia ikut menarik sudut bibirnya keatas membentuk sebuah lengkungan.

Namun sudut bibir itu turun perlahan dengan Juan yang menundukkan kepalanya. Ia mendesah pelan merasakan sedikit perasaan sakit didadanya.

"Kangen" Gumamnya.

"Ngapain disini?"

Suara ini, suara yang sangat Juan rindukan. Suara yang sudah lama tak Juan dengar membuat perasaan bergemuruh. Juan menoleh kearah sumber suara itu dan mendapati Shaka sedang berdiri menatapnya dengan tatapan datar.

"Sha—"

"Baru inget pulang?" Belum sempat Juan berbicara pada Shaka, Ethan datang dengan memakai Bathrobe miliknya.

"Gua mau ngambil sisa barang dikamar." ucapnya berjalan melalui Ethan.

"Mau pindah lu?" Ethan mengekor dibelakangnya.

"Hm" Jawab Shaka singkat.

Juan yang mendengar hal itu merasa sedikit tersentak dan langsung ikut mengekori Ethan.

Jantungnya berdegup tak karuan memandangi Shaka yang mengemas barang-barangnya didalam koper.

Shaka benar-benar mengemasi semua sisa pakaiannya dan beberapa miniatur kesukaannya. Ia hanya menyisakan satu polaroid fotonya bersama Juan disana.

"Bunda tau?" Tanya Ethan.

Namun Shaka hanya bungkam tak ingin menjawab membuat Ethan menghela nafasnya.

"Pindah kemana? Seenggaknya gua tau lu tinggal dimana"

"Papa" Jawab Shaka membuat Ethan tersentak.

Ethan merebut koper milik Shaka dan melemparnya disudut kamar itu. Juan yang menyaksikan hal itu tersentak kaget, ia mulai merasa ketakutan.

"Mau lu apa sih anjing?!" Ucap Shaka kesal.

"Gua ga ngizinin lu pindah." Ethan menatap Shaka dengan rahang yang mengeras.

"Ga ada hak lu ngatur gua sialan!" Shaka mengambil kembali koper miliknya, namun lagi-lagi Ethan merebut koper itu lalu melemparnya.

Shaka hanya tertawa miris menatap kakaknya.

"Bunda kerja siang malem ngga pulang demi lu Sha! Pikirin bunda!"

"Ga salah? Selama ini yang bunda sayang cuma lu doang tuh. Ga pernah sekalipun gua merasa bunda sayang sama gua—" Shaka menjeda kalimatnya dan melirik kearah Juan sejenak.

"—asal lu tau kak, gua udah ga punya alesan lagi buat tinggal disini. Semua yang gua butuhin udah lu ambil semuanya."

"Kalo tau gini, mending dari dulu gua ikut papa. Seenggaknya gua masih punya papa yang sayang sama gua."

Bugh

"Lu ga ta apa-apa Sha!" Ethan menunjuk Shaka.

Shaka yang menerima satu pukulan keras diwajahnya hanya tertawa. Ia berjalan melalu Ethan tanpa mengambil koper yang sudah ia kemasi tadi.

"Minggir." Ucap Shaka menatap Juan yang berdiri didepan pintu kamarnya.

Juan hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan pergi Shaa" Ucap Juan dengan suaranya yang bergetar.

Shaka tau, pasti sekarang Juan sangat ketakutan. Tangannya tergerak mengelus kepala Juan beberapa kali.

"Yang betah sama kak Ethan ya Ju, gausah takut. Dia bangsatnya cuma sama gua doang." Ucap Shaka lalu menggeser tubuh Juan yang menghalangi jalannya.

"Shaa—"

Juan berbalik ingin mengejar Shaka, namun pergelangan tangannya dicekal oleh Ethan.

"Ayo tidur Ju, kamu pasti capek."

Juan tak bisa menolak, ia pasrah menuruti ucapan Ethan.

Juan tengah berbaring di tempat tidur, masih dengan perasaannya yang resah dan kacau. Terdengar beberapa kali ia menghembuskan nafasnya seraya menatap langit-langit kamar.

Sementara Ethan, ia berdiri menatap langit dari balkon kamar yang dulunya dipakai oleh Shaka itu.

Kepalanya terasa pening karna Shaka, belum lagi ia yang tidak siap mau berkata apa jika bunda mereka pulang nanti.

Ethan memijat pangkal hidungnya seraya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Setelah itu ia kembali masuk kedalam kamar, menutup pintu dan menduduki dirinya di pinggir kasur.

Ia menatap Juan yang tengah melamun menatap langit-langit kamar. Tangannya tergerak mengelus surai hitam milik Juan.

Terdengar isakan isakan halus dari mulut Juan, yang membuat Ethan panik.

"K-kak... " Lirih Juan di sela-sela tangisannya.

Ethan dengan sigap membawa Juan keposisi dulu lalu memberikan pelukan untuk memenangkannya.

Bukannya merasa tenang Juan justru merasa makin kacau, pelukan yang Ethan berikan membuatnya teringat akan kenangannya bersama Shaka.

Pelukan yang Ethan berikan tak senyaman dengan pelukan yang Shaka berikan.

Wangi yang Ethan miliki berbeda dengan milik Shaka.

Perlakuan yang Ethan berikan mungkin sama dengan Shaka, namun Juan baru menyadari bahwa selama ini memang Shaka yang ia butuhkan.

Ia hanya butuh Shaka, bukan Ethan.

"Bawa Shaka pulang kak... Juju cuma mau Shaka... Balikin Shaka... " Juan menangis sejadi-jadinya dipelukan Ethan.

Ethan sadar, selama ini ia hanyalah tokoh figuran dicerita Shaka dan Juan. Sekeras apapun ia berusaha, ia tak akan mampu menggantikan peran utama.

"Nanti Shaka pasti pulang Ju, kakak jamin itu." Ucap Ethan menenangkan Juan.

Ia mengabaikan hatinya yang terasa sakit, biarlah ia saja yang merasakannya sendiri. Setidaknya melihat orang yang ia cintai bahagia, bisa membuatnya bahagia.

No responses yet