Ethan dan Yohan sangat dibuat kelimpungan oleh Juan dan Gerry.
Mereka berdua benar-benar mabuk dengan Gerry yang tak henti-hentinya memuntahkan isi perutnya dan Juan yang sedari tadi duduk dipinggir kolam sambil menangis melirihkan nama Shaka.
"Anjing! Gerry lu jorok banget sialan!" Yohan menutup lubang hidungnya saat melihat Gerry muntah di mana-mana.
Sementara Ethan, ia dari tadi membujuk Juan untuk pindah karna ia takut Juan melompat kedalam kolam tersebut.
"Gamau! Kak Ethan bohong! Katanya mau bawa Shaka pulang, tapi Shaka malah pergi jauh! hiks... "
Ethan menghela nafasnya, ada sedikit rasa menyesal memberi tahu Juan kabar buruk itu. Namun jika tidak diberi tahu, pasti semuanya akan lebih buruk dari pada ini.
"Ayo pindah Juan!" Ethan berucap tegas sambil menggenggam tangan Juan.
Namun Juan semakin menangis dan menepis tangan Ethan dengan kasar.
"Bawa Shaka pulang... " Ucapnya tersedu-sedu sambil menatap pada air kolam.
Mendengarnya, membuat Ethan tertegun. Ia merasa bahwa dirinya lah yang menyebabkan Shaka tak betah untuk tinggal di rumah.
"Maaf Ju" Lagi-lagi hanya itu yang bisa Ethan katakan.
—
Shaka mendesah kasar menaruh handphone miliknya dinakas, ia dilema. Ia disatu sisi ia sudah teguh dengan keputusannya untuk menjalani kehidupan barunya bersama sang ayah, disisi lain Juan terus membuatnya goyah.
"Samperin aja kak, kasian kak Juan" Sean membuka suara.
"Temenin kakak Se, kakak takut goyah."
"Iya, ayo."
Shaka mengambil kunci mobil dan leather jacket miliknya diiringi Sean dibelakangnya.
Mereka pun mulai meninggalkan area apartemen milik Sean, tempat selama ini Shaka memejamkan matanya hingga pagi. Lalu pergi menuju kediaman Yohan.
Saat masuk area samping rumah Yohan, tempat dimana Juan dan Gerry mabuk, Shaka mencium bau yang sangat masam khas muntahan.
Ia mengedarkan atensinya lalu menemukan Juan duduk dipinggir kolam dengan baju basah kuyup sedang menangis sesenggukan.
Hatinya tiba-tiba tertegun.
Ini memang bukan pertama kalinya ia melihat Juan menangis, tapi kali ini entah mengapa dadanya terasa sangat sesak melihat Juan menangis.
"Kak" Sean yang berada disamping Shaka menyenggol lengannya.
Shaka berjalan mendekati Juan, membuat Ethan menoleh kearahnya. Sadar perannya sudah selesai, Ethan bangkit lalu membiarkan Shaka mendekati Juan.
"hiks.. hiks... S-shaka pulang.. hiks.. Jangan tinggalin Juju.. "
Sungguh Shaka benar-benar goyah sekarang melihat wajah Juan dengan mata yang sembab dan hidung memerah itu.
Ia berjongkok disamping Juan, meraih tangan Juan lalu mencium punggung tangannya.
"I'm home.." Lirihnya menatap Juan.
Juan langsung menagis sejadi-jadinya saat melihat Shaka didepannya menatap dirinya.
Ia langsung mendekat kearah Shaka lalu memeluknya erat, sangat erat sampai Shaka merasa sedikit sulit untuk bernafas.
"Maafin... Maafin Juju Shaa... Juju bikin Shaa m-marah... Shaa jangan pergi... Shaa b-boleh hukum Juju tapi j-jangan pergi jauh dari juju..." Juan berucap terbata-bata.
Shaka hanya mampu membalas pelukan Juan seraya mengelus surai hitam milik Juan.
"J-jangan pacaran sama o-orang lain Shaa... Pacaran sama Juju aja..." Sambungnya.
Shaka melepaskan tautan pelukan mereka secara perlahan, kedua tangannya tergerak menangkup rahang Juan lalu menatap wajahnya.
Setetes bulir bening jatuh dari mata Shaka. Ibu jarinya tergerak menghapus jejak air mata dipipi Juan lalu mencium kening Juan dengan lembut.
Juan sedikit tenang, namun tidak berhenti menangis.
Saat Shaka melepaskan tautannya, Juan dengan sigap melingkarkan kedua tangannya diperut Shaka lalu mencium bibir Shaka.
Awalnya Shaka kira itu hanya sebuah kecupan biasa, namun Juan malah memejamkan matanya dan melumat bibir Shaka.
Shaka tak tinggal diam, ia meraih tengkuk milik Juan lalu menekan tengkuknya sehingga membuat ciumannya semakin dalam.
Ia hisap bibir Juan yang terasa manis itu, sesekali ia gigit pelan membuat Juan membuka mulutnya. Lidah mereka saling membelit seakan tak ingin lagi terpisahkan.
Ciuman itu berakhir dengan kecupan singkat yang Shaka berikan.
"Jangan pergi Shaa... Kalaupun harus pergi, ajak Juju ikut. Jangan tinggalin Juju lagi." Lirih Juan menatap Shaka.
Namun Shaka hanya diam menatap wajah cantik milik Juan.
Juan kembali meneteskan air matanya, memeluk tubuh Shaka erat lalu membisikkan sebuah kalimat.
"I love you Shaa, please love me again."
Sudut bibir Shaka terangkan naik membentuk sebuah senyuman.
"I still love you Ju, I really do."
Ethan yang sedari tadi menyaksikan itu hanya bisa menahan rasa sakit didadanya, ia membuang mukanya tak ingin menatap kejadian didepannya itu. Namun atensinya malah teralihkan oleh seseorang disampingnya sedang menangis dalam diam.
Ethan menghela nafasnya, ternyata ia tak sendirian merasakan rasa sakit ini.
Ia berdiri didepan orang itu, Sean.
"Jangan diliatin lagi." Ucapnya.
Suasana yang tenang itu tiba-tiba ricuh kembali karna Gerry menangis menarik baju milik sang kakak.
"Mau dipeluk!! Huaa... Mau dipeluk kayak Juju" Ucapnya merengek kemudian ia merasakan mual yang tiba-tiba kembali datang.
"Lepasin anjing! Jangan muntah dibaju gue!" Yohan mendorong adiknya itu.
Dan ya... Gerry kembali memuntahkan isi perutnya.
Kembali pada kedua tokoh utama, Ethan menghampiri kedua tokoh utama itu.
"Bawa Juju kemanapun malem ini, dirumah ada bunda, dirumah Juju ada orang tuanya."
Shaka mengangguk, ia melepaskan leather jacket miliknya lalu memakaikannya pada Juan.
Sean menghapus jejak air matanya lalu menghampiri Shaka.
"Kakak pake apart aku aja, gapapa." Ucapnya.
Shaka hanya mengangguk lalu membawa Juan pergi menuju apartemen milik Sean.
Ethan menghela nafas menatap Sean. Tak mungkin ia meninggalkan Sean disini kan?
"Lu ikut kerumah gua aja, gausah takut gua kakaknya Shaka." Ucap Ethan.
Sean hanya mengangguk lalu mengekori Ethan sampai kerumahnya.