Jake terbangun dari tidurnya, jantungnya berdegup kencang. Ia memperhatikan sekelilingnya, ia mengernyit bingung.
Apakah yang terjadi semalam hanya mimpi?
Suasana kelasnya yang sangat sepi, apakah ia tertidur dikelas? Apakah berita kematian Samuel hanyalah bunga tidurnya?
Ia menoleh kebelakang, tempat Samuel duduk.
Ia melihat Samuel disana, sedang duduk membaca buku pelajaran seraya mendengarkan musik dari earphone miliknya.
"Sam" Tangannya mencoba memegang tangan milik Samuel namun ia malah terkejut karna tangannya menembus tangan Samuel layaknya menyentuh asap.
"Sam lo bisa liat gue kan?" Ia melambaikan tangannya pada Samuel namun tak ada respon dari orang didepannya itu.
brak!
Jake ikut terkejut saat seseorang menggebrak meja milik Samuel.
"Lu, ikut gua!"
Jake menatap tak percaya, ——Harsen, anak itu menyeret paksa Samuel agar mengikuti dirinya.
Jake semakin bingung, sedang ada dimana dirinya? Mengapa ia tak bisa berinteraksi dengan orang-orang?
Ia tiba-tiba sudah berada ditempat yang berbeda, ia tau betul tempat ini. Tempat yang sering ia datangi ketika ia merasa bosan belajar.
Harsen terus menyeret Samuel lalu mendorongnya hingga tersungkur kelantai rooftop.
Bugh!
"Lu anjing!" Harsen memukul rahang Samuel dengan keras.
"Lu anak baru sialan! Beraninya lu bikin Jake desahin nama lu pas lagi sama gua!"
Bugh!
Harsen memukul Samuel membabibuta, juga tak ada perlawanan dari Samuel. Anak itu hanya meringkuk melindungi wajahnya.
Jake sangat terkejut, apakah ini kilas balik dihari ia dan Harsen melakukan hal menjijikkan itu?
Setelah puas memukuli Samuel, Harsen berdiri dengan kakinya memijak dada Samuel.
Ia merasa puas dapat melampiaskan amarahnya itu.
"Cuma karna itu? Miris, bukannya udah jelas kalo yang Jake mau itu gua bukan lu?" Samuel meratap Harsen dengan senyum miring.
"Dengan lu bunuh gua sekalipun, kalo yang Jake mau itu gua lu gabakal dapetin dia" Sambungnya.
Jake terkejut.
Jadi selama ini Samuel tau niat terselubungnya selama ini?
Harsen langsung menendang dada Samuel lalu kembali memukulinya. Saat Jake ingin menghampiri mereka untuk melerai, tiba-tiba ia berpindah ditempat yang berbeda.
Ruangan yang terlihat lebih sempit dari rumahnya, ia mendengar suara tangisan anak kecil.
Ia langsung mendatangi sumber suara itu.
Tangannya tergerak membuka knop pintu itu. Saat knop pintu itu terbuka ia langsung membelalakkan matanya menatap pemandangan didepannya.
Ia melihat anak laki-laki kecil yang menangis didepan mayat seorang wanita yang ia yakini adalah ibu dari anak itu. Mayat itu tergantung dengan kondisi sudah membiru dan berbau busuk.
"Mama hiks... Turun ma... Sam takut hiks... Mama bangun..." Sam kecil terus menggoyangkan kaki ibunya yang sudah tak bernyawa itu.
Badan Jake melemas, matanya terasa perih ingin menangis melihat dan mendengar tangisan pilu dari anak kecil yang ia yakini itu adalah Samuel kecil.
Tangannya tergerak ingin menyentuh Sam kecil, namun ia kembali berpindah tempat.
Tempat kali ini lebih besar dan mewah, ia mengedarkan pandangannya dan kembali menemukan Sam kecil dengan seorang pria paruh baya.
Ia mengenali pria paruh baya itu, itu adalah ayah dari temannya, Harsen.
"Mulai sekarang Sam tinggal sama papa. Itu mama dan kakak kamu mulai sekarang" Ucap pria itu menunjuk wanita dengan wajah sinis dan anak laki-laki yang menatap sengit kearah Samuel.
"Samuel sama Harsen saudara tiri?" gumam Jake bingung.
Samuel kecil hanya menunduk, ia merasa asing ditempat baru ini. Terlebih lagi ibu tiri dan kakak tirinya terlihat tidak menyukai kehadirannya.
Jake lagi-lagi dibawa berpindah tempat. Ia kembali mendengar suara tangisan yang ia yakinin itu adalah Samuel kecil.
Ia pergi ke arah sumber suara itu, hatinya mencelos melihat Samuel kecil kedinginan diluar rumah dengan kondisi basah kuyup kehujanan.
"Mama... Bukain pintu hiks... " Tangan kecilnya berusaha menggedor pintu besar itu.
"Saya tidak sudi jadi mama kamu, dasar anak haram! Pergi kamu dari rumah ini!" Usir wanita itu.
Tiba-tiba tempat kembali berganti, Jake mengedarkan pandang ke sekelilingnya.
"Akhirnya papa menemukan kamu lagi, Sam" Laki-laki yang Jake ketahui ayah dari Sam itu memeluk Sam.
Sam yang sudah remaja.
Samuel tak bergeming, ia membiarkan laki-laki itu memeluknya tanpa ada niatan membalas pelukan itu.
"Ayo pulang" Ajak laki-laki itu.
Sam terkekeh, lalu membuang pandangnya. "Untuk apa Sam ikut papa kalau nantinya diusir lalu dibuang lagi?"
Laki-laki itu terdiam.
"Papa tau kan Sam dibuang ke panti asuhan sama istri papa. Kenapa? Karna Sam anak haram? Anak yang lahir karna kesalahan?"
"Sam—"
"Papa yang bikin mama meninggal, kalau aja waktu itu papa nggak ngancem mama buat bunuh nenek, mama masih ada disini!" Ucap Sam dengan penuh amarah.
"Sam nggak akan hidup luntang-lantung kayak gini! Seengaknya dulu Sam punya mama yang sayang sama Sam."
"Biarin papa menebus—"
"Nebus dosa? Dosa papa udah terlalu banyak untuk ditebus."
"Biarin papa sekolahin kamu lagi Sam, biarin papa bahagiain kamu lagi!"
"Bahagia itu terlalu mahal buat Sam. Sam udah nggak pernah merasa bahagia semenjak ngeliat mayat mama gelantungan didepan mata."
Air mata membanjiri pelupuk mata Jake, sungguh hidup Samuel sangatlah berat. Ia jadi merasa bersalah telah membuat Samuel semakin sengsara dengan mengganggunya.
Tempat dan suasana kembali berganti. Ia kembali dibawa ke sekolah mereka. Hanya ada Harsen disana yang sedang mengotak-atik ponsel miliknya terlihat sedang menelfon seseorang.
"Bunuh Samuel" Ucapnya.
Jake panik bukan main, ia berlari keluar gedung sekolah mencari keberadaan Samuel. Sampai akhirnya ia menemukan Samuel dengan wajah lebam nya tengah mendorong sepeda miliknya.
Sepeda itu tak layak digunakan lagi, baik rantai maupun stang nya patah.
Jake ingin memeluk Samuel, namun badannya mendadak tak bisa bergerak. Ia hanya mematung menyaksikan Samuel mendorong sepedanya menyebrangi jalanan yang tak terlalu ramai itu.
"Sam! Anjing kok gabisa gerak sialan!" Kesalnya.
BRAK!
Ia melihat tubuh Samuel terpental jauh, kepalanya pecah mengeluarkan banyak darah. Orang-orang mulai berdatangan mengerubungi Samuel, sementara mobil sedan yang menabrak Samuel itu langsung tancap Gas melarikan diri.
0311
Jake melihat nomor plat itu.
Tempat kembali berubah, Jake tak tahu dimana ia berada sekarang. Tempat ini gelap, namun ia masih bisa melihat sekitar.
"AKH!" Ia mendengar teriakan.
Jake langsung berlari kearah sumber suara itu.
Betapa terkejutnya ia melihat Harsen yang terikat di batang kayu besar dengan sekujur tubuh penuh luka.
Samuel.
Ia melihat Samuel dengan pakaian rumah sakit tengah berdiri di hadapan Harsen sedang memegang pisau.
Jake melangkah mendekat, ia menyentuh pundak Samuel membuat Samuel menoleh kearahnya.
Tubuhnya melemas melihat wajah Samuel penuh darah dengan bola mata memutih.
"S-sam"
"Kalian semua jahat. Menghakimi orang tanpa tau penderitaan orang itu" Samuel berucap.
"Maaf... Maafin gue Sam... Gue tau hiks... Maafin gue udah bikin lo sengsara hiks.." Jake memeluk tubuh dingin itu.
"Kalian semua harus dihukum!"
Jake menggelengkan kepalanya, ia mengeratkan pelukannya. "Samuel baik, Sam ga pernah jahat kayak gini."
"Sam gue baik, penurut. Jangan marah lagi Sam...hiks gue disini... gue udah jadi milik lo Sam"
Tubuh dingin itu hanya diam.
Jake menatap wajah seram itu, ia menyentuh wajah penuh darah itu, tak peduli dengan darah yang mengotori tangannya. Ia mencium bibir Samuel, memejamkan matanya seraya memeluk leher yang terasa dingin itu.
—
"Jake!"
Ia terbangun, jantungnya berdegup tak karuan.
"Lo tidur tapi mata lo keluar air, lo nangis?" Juno menatap Jake bingung.
Sementara yang ditatap diam seperti orang linglung. Ia langsung melihat kebelakang, kearah meja Samuel.
Ia masih melihat Samuel disana, sedang membaca buku seperti biasanya.
"Hari apa ini?" Ia bertanya pada Juno.
"Kamis, kenapa?" Tanya Juno bingung.
"Tanggal?"
"25?"
Jake pening, ia masih mencerna apa yang terjadi sekarang. Kenapa waktu memundur? Apakah ini masih kilas balik?
Ia sungguh tak mengerti.
"Lo tadi tidur pelajaran bu Yuni, tapi udah keluar gurunya" Sino mengelus pundaknya.
Ia melemas, lalu kembali menangis.
"Eh, Jake! Kenapa nangis anjir! Lo mimpi buruk?" Tanya Juno panik.
Jake tiba-tiba merasa sangat mual, ia langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.
Ia terduduk lemas dilantai toilet, sambil terus memuntahkan isi perutnya.
Brak!
Pintu utama toilet itu kembali tertutup, juga terdengar suara pintu yang dikunci.
Ia sangat takut, apakah itu Harsen yang datang untuk menggauli dirinya seperti hari itu?
Namun ia tak mendengar langkah kaki, ia merangkak keluar bilik toiletnya.
Tubuhnya kembali melemas melihat wanita bergaun putih dengan rambut panjang datang kearahnya.
"Buatlah masa depan yang lain. "
Itu adalah mendiang ibu Samuel, wanita itu langsung hilang setelah berucap seperti itu.
Tiba-tiba pintu utama toilet terbuka, memperlihatkan Samuel dengan wajah yang terlihat khawatir(?)
Samuel menghampirinya, membawa tubuhnya kedalam pelukan.
Jake kembali bingung, ada apa ini? Mengapa semuanya berbeda?
"Kamu ngga apa-apa?" Tanya nya.
"Aku khawatir liat kamu nangis waktu tidur, tapi aku gabisa nyamperin kamu."
"Kenapa?" Tanya Jake.
"Karna kalo aku nyamperin kamu, kita ketahuan. Kamu yang mau kita Backstreet kan?"
Jake pening, ia sangat merasa bingung dan lelah lalu kemudian kembali tak sadarkan diri.