Malam itu suasana terasa sangat sunyi, Java yang tengah asyik menonton drama romansa itu nampak santai sambil makan beberapa buah yang telah dipotong oleh bibi.
Lelaki manis itu nampak sesekali tertawa namun kemudian nampak sedih mengikuti tiap scene yang ia tonton itu.
“Tuan maaf… saya boleh izin pulang lebih awal tidak?” tanya bibi tiba-tiba buat Java sedikit kaget.
“Ada apa bi, kok tumben?” Tanya nya heran.
“Anu… ada tamu dari kampung mau main kerumah, katanya udah didepan rumah bibi…” jelas bibi.
Java mengangguk pelan sambil tersenyum, “yaudah, aku telfon pak Lutfi dulu ya… biar pak Lutfi anterin…” ucapnya.
Bibi dengan cepak menolak, tentu tak sampai hati.
“Nggak apa-apa tuan, nggak usah. Pak Lutfi capek nanti, saya naik ojek aja didepan nggak apa-apa.. lagian rumah saya masuk gang sempit suka macet juga, kasian pak Lutfi nanti susah pulangnya…” jelas bibi.
Java nampak menghela nafas pelan, tak mungkin ia tega biarkan bibi pulang naik ojek. Namun ia juga tak tega kalau nantinya pak Lutfi kesusahan, akhirnya dengan berat hati ia izinkan bibi pulang naik ojek seperti kehendaknya.
“Bibi pake jaket ya, hati-hati dijalan…” ucapnya.
Bibi mengangguk pelan sambil tersenyum, “iya tuan, bibi pamit pulang dulu ya… malam..”
“Malam bibi…” ucapnya lesu, sebab tak ada lagi yang menemaninya untuk menonton drama romansa itu.
Kini tersisa Java sendirian dirumah besar itu, menunggu kepulangan sang suami sembari mengelus-elus perutnya yang sedikit membuncit itu.
Setidaknya walau sendirian, ia punya bayi kecil diperutnya yang menemaninya sekarang.
“Sabar ya baby, Baba sebentar lagi pasti pulang…” gumamnya pelan sambil tersenyum, lalu kembali lanjut menonton drama romansa itu.
“Pak Lutfi nanti nyalain keran airnya ya waktu mas Java buka gerbangnya biar kayak hujan gitu, nanti saya setel lagunya juga. Terus nanti pak Seth payungin mas Java… argghhhh pasti lucu banget…” ucap wanita dengan rambut pendek itu histeris, memberi aba-aba pada pak Lutfi tentang rencana kejutan mereka.
Sekarang Seth, Issa sang sekertaris, dan pak Lutfi yang biasa menjaga dipos depan gerbang rumahnya itu sudah siap didepan gerbang besar yang tampak kokoh itu.
Pak Lutfi sudah siap dengan selang air yang biasa dipakai untuk menyiram tanaman ditangannya, sementara Issa sudah siap dengan speaker yang sudah disambungkan lewat Bluetooth dihandhonenya. Dan tentu saja jangan lupakan sipemeran utama yang juga sudah siap dengan payung ditangannya, dan sebuah buket bunga ditangan yang lain.
“Saya telfon dulu ya..” ucapnya.
Ia pun kemudian menelfon Java, meminta pria itu untuk membukakan gerbang untuknya.
“Halo sayang, kenapa?”
“Bisa tolong bukain gerbang sayang? Kayaknya pak Lutfi nggak ada dipos..” Seth nampak menggigit bibir bawahnya, menahan agar tawanya tak pecah.
“Oh, mungkin lagi anterin bibi kali ya.. sebentar aku otw ya..”
“Iya sayang, hati-hati ya..”
“Iyaaa..”
Sambungan itupun segera dimatikan, dan mereka buru-buru bersiap diposisinya masing-masing.
Sementara disebrang sana Java segera buru-buru matikan televisinya kemudian bergegas menuju gerbang didepan rumahnya.
“Baba kamu udah pulang baby.. baby pasti happy kan..” ucapnya sambil mengelusi perutnya.
Tak ada rasa curiga sedikitpun dalam benaknya, mungkin terlampau bahagia sebab ingin sambut kepulangan sang suami dengan senyum manisnya.
Ia pun mulai menggeser gerbang itu agar terbuka, namun saat gerbang itu sedikit terbuka alangkah terkejutnya ia sebab tiba-tiba dirinya diguyur dengan rintik air lalu tiba-tiba seseorang menghampiri dirinya dengan payung kemudian memayungi dirinya.
Cause i’m falling slowly in love with you..
Ia tatap siapa sosok yang melindungi dirinya dari rintik air yang tak tau dari mana asalnya itu.
Oretdongan gidaryoon… Nonen bomiya..
Ah.. ternyata sosok itu adalah Seth dengan senyum manisnya, buat Java sontak terkekeh pelan. Tak menyangka dengan apa yang dilakukan suaminya itu.
Cause i’m falling slowly in love with you…
“Gimana, sekarang aku lebih ganteng kan dari Sunjae?”
Dasi jiwojinda hedo… All my life is you…
Java mengangguk pelan sambil tersenyum, lalu memeluk suaminya itu erat. “Iya dong, suami aku yang paling ganteng…” ucapnya.
Seth tampak tersenyum lega lalu membalas pelukaan suaminya itu sambil ciumi surai legamnya.
“Naksir aku aja ya, jangan naksir orang lain lagi.” Ucapnya.
Java tertawa pelan sambil menatap Seth dengan tatapan jahil, “jadi ceritanya kamu lagi cemburu sama Sunjae nih?” Godanya.
Namun pria itu nampak langsung membuang tatapannya, tak mau mengakui perasaan yang sempat membakar hatinya itu.
“Nggak, saya nggak cemburu.” Ucapnya.
“Boong tuh boong!” Sebuah suara muncul dari arah belakang mereka.
Ah, Java tau sekarang siapa saja dalang-dalang dibalik aksi malam ini.
“Issa sama pak Lutfi kok mau aja sih?”tanya Java sambil tertawa.
“Ngancem gaji si bapak, mas…” ucap Issa.
“Mana ada kayak gitu, gaji kamu saya — ”
“Tuh kan! Saya nggak bohong..”
Java terkekeh pelan melihat tingkah suaminya itu, “kamu tuh nggak boleh gitu sama Issa, kasian dia udah capek bantuin kamu kerja..”
Seth tersenyum sambil memeluk Java erat, “iya sayang, nggak kok..”
“Dasar bucin!” Cibir Issa, sementara pak Lutfi hanya tersenyum memperhatikan beberapa anak muda yang tampak bahagia itu.
“Yaudah karna udah selesai saya pamit pulang dulu ya pak, jangan lupa gaji saya double bulan ini.” Pamit Issa.
Seth dan Java mengangguk sambil tersenyum, “iya Issa, terimakasih ya..”
Wanita berambut pendek itu hanya mengacungkan jempolnya lalu masuk kedalam mobilnya, kemudian meninggalkan kediaman atasannya itu.
“Yaudah ayo masuk, nanti masuk angin.” Ajak Java.
Namun kemudian ia kembali dibuat terperanjat kaget sebab Seth tiba-tiba menggendongnya.
“Eh — eh! Nanti jatuh ih! Aku berat!!”
Seth menggeleng sambik terkekeh, lalu ia kecup bibir suaminya itu dengan gemas.
“si Sunjae itu mana bisa gendong kamu kayak gini.” Ucapnya sambil melangkah masuk kedalam kediaman mereka.
“Oh jadi kamu beneran cemburu ya? Iya kan? Ayo ngaku kamu!”
“Nggak, kan gantengan aku ngapain aku cemburu.”
“Alah ngaku aja sih..”
Malam itu pun berlalu dengan debat manis diantara keduanya. Sementara tersisa pak Lutfi digerbang yang bertugas untuk memindahkan mobil milik Seth masuk kedalam.
“Dasar anak muda jaman sekarang, banyak sekali idenya.” ia terkekeh pelan.