Eren
2 min readJul 14, 2023

—mawar merah

Mawar merah tanda cinta.

Ia pegang satu buket besar bunga mawar merah itu ditangannya. Degup jantungnya berdetak kencang kala angin berhembus disana.

Helaan nafas yang sangat panjang terdengar dari mulutnya.

"Yakin?"

Ia mengangguk mantap.

Lalu kemudian kaki jenjangnya itu mulai melangkah menapaki area luas yang tampak asri itu.

Kemudian langkahnya berhenti kala menemukan orang yang ia cari.

Orang yang sangat ia rindukan, sekaligus orang yang telah mengajarkannya tentang bagaimana mencintai seseorang dengan hebat.

Sudut bibirnya tertarik keatas mengulas sebuah senyum manis.

"Hai sayang, maaf ya telat." Ia beri buket mawar merah itu disisi sang kasih.

"Kamu gimana kabarnya disana? Pasti bahagia ya..." Setitik bulir bening terjun bebas menyentuh tanah.

"Maaf aku baru berani nemuin kamu sekarang... Maaf aku ga ikut nganterin kamu untuk terakhir kalinya..." Sunghoon mengelus batu nisan itu dengan sayang.

"Kamu pasti makin cantik ya disana, sementara aku disini makin tua." Ia terkekeh pelan.

"Aku sudah 32 tahun sekarang Yun. Seandainya dulu aku nurutin permintaan ayah buat jagain kamu, seandainya dulu aku ga childish dan cemburu, dan seandainya aku ga ninggalin kamu demi main game. Pasti kamu masih disini, pasti khayalanku punya lima anak yang mirip sama kamu terwujud"

Sunghoon mengambil nafas panjang seraya mendongakkan kepalanya. Matanya kembali terasa perih.

Rasa sesak yang sudah lama tak ia rasakan kini datang kembali.

"Hiks..."

Lagi-lagi Sunghoon tak dapat menahan tangisnya di hadapan Jaeyun. Pertahanannya runtuh bersamaan dengan dirinya yang terduduk lemas diatas tanah pemakaman itu.

Kepalanya tertunduk, dan air matanya yang terus turun membanjiri wajahnya.

"Maaf... Maaf sayang... Harusnya hari ini aku kasih mawar merah ini secara langsung hiks... Harusnya hari ini aku lamar kamu dengan mawar merah ini.. hiks..."

"Nyatanya 14 tahun aku kabur dari semuanya tetap sia-sia Jaeyun. Aku tetap rindu kamu... 14 tahun memang bisa bikin semua luka ku sembuh, tapi 14 tahun bahkan 100 tahun ga bakal cukup buat aku untuk lupain kamu"

"Yeyun, Hoon rindu..." Lirihnya dengan suara parau.

Ia melirik 'rumah' milik kasihnya itu.

"Mawar merah tanda cinta, Hoon berikan untuk Yeyun yang paling Hoon cintai sampai sekarang. Tunggu Hoon disana ya, sayang... Tunggu sampai waktunya kita bisa sama-sama lagi." Ia cium batu nisan itu lama, seakan tengah mencium kening sang kasih.

"I love you, Jaeyun. I miss you my pretty, please waiting for me."

Ia bangkit lalu merapikan tuxedo hitam yang ia pakai.

Kembali ia beri seulas senyum pada sang kasih, "aku pamit dulu ya sayang. Walaupun hari ini bukan kamu yang aku nikahi, aku tetap akan berusaha bahagia"

No responses yet