Eren
6 min readFeb 16, 2025
Nobody Knows

“Masih berapa soal lagi?” ucapnya kemudian disusul dengan hembusan nafas berat, seakan sudah bosan menunggu.

“Aduh, sebentar lagi ya Muel… tinggal sepuluh lagi terus selesai, Muel kalo capek nunggunya sambil boboan aja dikasur.” Titah sikecil merasa tak enak sekaligus tak tega membiarkan Samuel terus menunggunya.

Samuel mengangguk pelan, sama sekali tak berdalih sebab ia benar-benar lelah menunggu. Punggungnya pegal karna duduk terlalu lama, matanya pun mulai terasa lelah. Ia masih tak paham mengapa Jerry sangat suka mengerjakan soal-soal yang bukan termasuk pekerjaan rumah.

Mungkin hal itu adalah normal bagi pelajar seperti mereka, Samuel hanya tak terbiasa sebab ia hanyalah seorang atlet, ia lebih suka berkompetisi dibidang olahraga dibanding pengetahuan.

“Yaudah.” Ucapnya lalu bangkit dan berpindah, duduk dilantai sambil bersandar diranjang milik Jerry.

Ia melirik kearah jam dinding, sudah memasuki pukul 9 malam. Ia kembali menghela nafasnya sambil menatap punggung Jerry. Anak itu sangat berbeda dengannya seratus delapan puluh derajat, bagaimana bisa anak itu sangat menyukainya? Bukankah anak seperti Jerry seharusnya menyukai seorang kutu buku dengan kacamata berlensa tebal?

Entahlah, Samuel tak ingin semakin bingung.

Ia menyandarkan kepalanya diranjang sambil menatap langit-langit kamar Jerry. Ia tak percaya bisa bermalam bersama anak itu, yang bahkan belum memiliki status pasti dengannya.

Samuel perlahan memejamkan matanya, ia membayangkan bagaimana Jerry dan dirinya jika bersama dengan status yang jelas. Apakah Jerry akan semakin manja padanya, atau justru Jerry akan bosan sebab telah dapatkan apa yang ia inginkan.

Tanpa terasa, Samuel benar-benar terlelap dalam tidurnya.

Sementara itu Jerry yang telah selesai mengerjakan sepuluh soal kimia nya itu tersenyum lebar sambil membereskan barang-barangnya. Ia tak sabar ingin berduaan dengan Samuel dikamarnya.

Awalnya sangat susah membujuk Samuel agar mau menginap dirumahnya, namun Jerry gunakan alasan ‘takut sendirian dirumah’ dengan wajah memelasnya, tentu Samuel jadi tak tega.

“Muel aku udah selesai— eh?” Jerry terkejut saat dapati Samuel sudah tertidur dalam posisi duduk menyandar diranjangnya.

Jerry jadi tak enak, apa ia terlalu lama membiarkan Samuel sendirian?

Jerry pun langsung menghampiri Samuel, ikut duduk dihadapan laki-laki itu sambil memeluk lututnya.

“Aku kelamaan ya, maafin aku ya…” gumamnya halus, tak ingin membangun kan laki-laki itu.

Ia tatap wajah laki-laki itu, semakin ditatap dengan jelas Samuel semakin terlihat tampan saat tengah terlelap. Hidung mancung, alis tebal, dan bulu mata panjang. Benar-benar kesempurnaan yang menyatu diwajah pria itu.

Tanpa sadar Jerry semakin mendekat, mengikis jaraknya karna ingin menatap semakin jelas detail-detail pahatan indah diwajah laki-laki itu.

Jerry menegup ludahnya kasar, pandangannya jatuh pada bibir Samuel. Jantungnya berdegup kencang, matanya menatap satu benda kenyal itu. Jerry penasaran, bolehkah ia sentuh benda itu?

Jari-jari lentiknya tanpa sadar bergerak naik, mendekat kearah bibir Samuel. Jerry semakin gugup, aliran darahnya terasa berdesir menggelitik pembuluh darah.

Jerry menggigit bibir bawahnya untuk menetralisir rasa gugupnya, jarinya semakin dekat, nyaris menyentuh bilah bibir Samuel.

Grep!

Jerry tersentak saat tangannya tiba-tiba dicekat oleh Samuel.

Dengan mata yang masih terpejam, Samuel terkekeh. Buat Jerry malu bukan main, pipinya merah padam.

“Mau ngapain, hm?” Tanya nya seraya membuka kedua matanya.

Jerry yang gelagapan tak mampu menjawab, ia hanya bisa memberontak, coba melepaskan tangannya dari genggaman Samuel.

Namun tenaga Jerry nyatanya tak sekuat itu, ia justru terhuyung saat Samuel tiba-tiba menariknya, hingga ia terduduk diatas pangkuan pria itu.

“Muel, aku—” belum sempat memberi sanggahan, Jerry dibuat bungkam saat tangan Samuel tiba-tiba bertengger dipinggangnya, menarik tubuhnya agar semakin merapat.

“Nggak sopan kayak gitu sama orang yang lagi tidur.” Ucap Samuel.

E-euh.. maaf, aku nggak maksud — ”

“Harusnya bangunin dulu.”

“Eh? Hah?” Jerry menatap Samuel bingung sementara pemuda itu terkekeh pelan.

“Suka banget ya sama gua?” Tanya Samuel, bikin Jerry tersipu.

Jantungnya berdegup kencang dengan pipi yang memerah, ia seperti pencuri yang telah tertangkap basah sekarang.

“Jawab” titah Samuel, namun Jerry justru menundukkan kepalanya malu.

“Muel tau jawabannya.”

“Nggak, nggak tau gua. Cepet kasih tau sekarang.”

Jerry menggelengkan kepalanya, ia tau Samuel tengah menggodanya sekarang. Pasti laki-laki itu akan tertawa saat mendengar jawabannya.

“Sayang…”

Lemah, Jerry lemah kalau Samuel sudah memanggilnya ‘sayang’. Dengan malu-malu, Jerry mengangguk pelan dengan kepala yang masih tertunduk.

Dengan lembut, Samuel tangkup kedua pipi Jerry dengan tangan besarnya, lalu ia dongakkan kepala anak itu agar menatapnya.

“Ngomong yang bener coba.”

Jerry menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar gugup sekarang karna wajah serius Samuel terlihat lebih tampan dari pada saat ia tertidur tadi.

“Suka.. Muel ganteng.” Ucapnya pelan, nyaris berbisik.

“Suka banget? Sampe mau cium?” Tanya Samuel.

Jerry kembali mengangguk dengan polosnya, buat Samuel terkekeh pelan.

Tanpa basa-basi ia langsung cium bibir Jerry, buat Jerry tersentak kaget hingga matanya melotot tak percaya. Ia lumat ranum tebal itu lembut, sesap bagian atas dan bawahnya secara bergantian dan teratur. Buat Jerry yang semula terkejut mulai terbiasa.

Jerry tautkan tangannya dipundak Samuel, sambil memainkan ujung rambut pria itu. Jerry tak begitu ahli soal bercumbu, namun ia tetap balas sesapan sesapan lembut itu.

Matanya semakin sayu hingga perlahan terpejam saat lidah Samuel menelusup masuk kedalam mulutnya.

Lidah itu bergerilya lincah, menjilat dan menekan-nekan lidahnya. Jerry remat pundak Samuel sebagai pelampiasan gejolak-gejolak geli yang hinggap diperutnya.

Mcchhh aahh…” Jerry melenguh tanpa sadar saat lidahnya disesap oleh Samuel.

Jerry dibuat mabuk oleh cumbuan laki-laki yang belum meberikannya status itu.

Slrrp~.. mcchh” benang-benang saliva yang menjuntai turun itu turut disesap tanpa sisa.

Samuel benar-benar menikmati santap malamnya itu, sementara Jerry dibuat pusing dan mabuk kepayang oleh cumbuan hts nya itu.

Jerry takut dirinya lepas kendali, ia tak ingin lanjut lebih jauh lagi. Maka ia tepuk-tepuk punggung Samuel seolah mengisyaratkan untuk berhenti.

Mchh… pwahh~…

Jerry benar-benar kacau, tidak — bukan hanya Jerry, Samuel pun sama kacaunya. Wajah merah padam itu tampak tengah menggigit bibir bawahnya, matanya menatap lurus pada Jerry yang sama kacaunya.

Wajah merah dengan nafas berderu kencang, dadanya naik turun dengan bibir yang membengkak. Samuel sadar ia salah, tak seharusnya ia kelepasan. Namun itu diluar kendalinya, salah Jerry yang dari awal sudah menggodanya.

Samuel pun langsung peluk tubuh dihadapannya itu, ia tenggelamkan wajahnya seraya menghirup dalam-dalam aroma strawberry yang menyeruak dari tengkuk Jerry.

“Maaf, maaf gua kelepasan.” Ucapnya.

Jerry terdiam, ia peluk kepala Samuel yang berada diperpotongan lehernya sambil ia usap lembut.

It’s okay Muel, it’s not a mistake. I’m happy here, thanks for the kiss. I love it.” Balas Jerry sambil tersenyum.

Samuel mendongak sambil menatap kearah Jerry, “just the kiss?” Tanya nya buat Jerry bingung.

That’s what you love it?

Jerry terkekeh, “and I love you too, I love my Samuel.

Mendengar penuturan itu buat Samuel tenang, ia senang Jerry masih mencintainya. Namuan yang jadi masalah sekarang, apa cintanya juga sama seperi Jerry?

“Muel, boleh sambil peluk nggak tidurnya?” Bujuk Jerry sambil menatap Samuel yang tengah berbaring disebelahnya itu dengan tatapan melas.

Samuel memejamkan matanya tanpa menjawab sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada, ia tak ingin lepas kendali lebih jauh lagi.

“Muel…” Jerry mendusal pada lengan pria itu, buat pria itu berdecak pelan.

“Tidur tinggal tidur Eyi, jangan banyak mau, atau gue pulang sekarang.” Ancam Samuel buat Jerry sedikit ciut.

“Tangan aja deh… boleh ya, tidur sambil gandeng tangan Muel…” bujuknya.

Samuel tak bergeming, laki-laki itu benar-benar kokoh dengan pendiriannya sekarang.

Jerry mendengus sebal setelah permintaannya benar-benar tak Samuel turuti, ia pun langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Samuel seolah tengah merajuk.

Samuel melirik kearah Jerry, menatap punggung kecil yang tengah membelakanginya itu seraya terkekeh pelan. Jerry benar-benar menggemaskan.

“Pelit.” Ucap Jerry ketus.

“Emang.” Jawab Samuel, buat Jerry semakin jengkel.

“Muel emang nggak sayang aku.” Ucapnya lagi namun tak digubris oleh Samuel.

Jerry pun langsung memejamkan matanya erat agar segera terlelap, perlahan tapi pasti Jerry benar-benar lelap menyambut mimpi.

Nafas anak itu nampak sudah sangat teratur dengan dengkuran halus yang terdengar merdu.

Samuel tersenyum, sambil senggol pundak kecil itu dengan telunjuknya. Tak ada respon, pertanda Jerry benar-benar sudah tertidur pulas.

“Udah kecil, pecicilan, kalo ngomong asal ceplos.” Ucap Samuel sambil memperhatikan wajah lelap Jerry.

Matanya terfokus menatap wajah cantik yang tampak tenang itu, hidung mancung, mata cantik, dan bibir seksi. Dimata Samuel Jerry itu benar-benar sempurnya.

Ia tersenyum, tangannya perlahan tergerak mengelus permukaan pipi Jerry dengan lembut, lalu kemudian bergerak semakin ketengah dan sedikit turun hingga menyentuh benda kenyal berwarna pink cantik itu.

Samuel lagi-lagi tersenyum, “bibir ini yang tadi nuduh gua nggak sayang? Padahal gua sayang banget sama lu Yi, gua cuma belum berani bilang langsung aja.” Gumamnya.

Samuel mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Jerry, kemudian bubuhkan satu kecupan lembut pada ranum kenyal itu.

“Gua sayang lu Jerry, sayang banget. Maaf gua belum berani bilang langsung, tapi seenggaknya tindakan gua buat lu bisa bikin lu percaya kalo gua juga sama sayangnya sama elu.”

Chup!

Jerry nampak sedikit menggeliat dalam tidurnya, buat Samuel terkekeh pelan. Ia selipkan tangannya dibelakang leher Jerry, agar sebelah tangannya bisa dijadikan bantal untuk Jerry, sementara sebelah yang lain bisa ia tautkan dipinggul pria cantik itu.

“I love you Jerry.”

No responses yet