Ceklek.
Sunghoon menolehkan kepalanya kearah sumber suara, memberikan atensinya pada sosok yang membuka knop pintu kamarnya.
“kenapa Yah?” Tanya Sunghoon menatap ayahnya.
“Jaeyun mau kamu, dari tadi nangis.” Jawab sang ayah buat Sunghoon menghela nafasnya.
Sudah ia duga hal ini akan terjadi, lelaki manisnya itu pasti akan rewel jika sakit namun tak ia kira Jaeyun sampai menangis hingga membuat sang ayah menyerah seperti ini.
“Hoon ke Jaeyun gapapa?” Tanya Sunghoon memastikan, dan langsung diangguki oleh sang ayah.
“udah dibawa ke dokter kan?” Tanya sang ayah.
“Udah Yah, udah dikasih obat juga sama dokternya.”
“Yaudah, suruh minum obat nanti. Ayah istirahat dulu.” Pamit sang ayah lalu kembali menutup pintu kamar Sunghoon.
Setelah sepeninggal ayahnya — Sunghoon pun langsung bergegas menuju kamar Jaeyun yang terletak dilantai pertama rumah itu.
Saat sampai didepan pintu kamar Jaeyun, Sunghoon dapat mendengar langsung suara tangis halus dari sang pemilik kamar itu. Tanpa menunggu lama, langsung ia buka pintu kamar itu dan masuk kedalamnya.
Dapat ia lihat Jaeyun yang tengah berbaring membelakangi pintu dengan tubuh meringkuk dan bahu yang bergetar.
“Yun?” Panggil Sunghoon.
“Hoonie — hiks..” tubuh mungil itu sontak bangun dari posisinya, menatap Sunghoon dengan matanya yang telah sembab.
Sunghoon kembali menghela nafasnya, kakinya kembali melangkah mendekat lalu duduk diranjang milik Jaeyun.
“Sakit… hiks” Rengek Jaeyun seraya merangkak kearah Sunghoon lalu duduk diatas pangkuan lelakinya itu.
“obatnya udah diminum?” Tanya Sunghoon lembut seraya mengelus surai milik Jaeyun.
Jaeyun mengangguk sebagai jawaban, lalu mengeratkan pelukannya pada Sunghoon seraya mendusal manja dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Sunghoon yang telah menjadi aroma favoritnya itu.
“sekarang ngerti kan kenapa kemaren gua larang makan es krim sama permen banyak-banyak?”
“hu’um”
“gua bukannya pelit ga bolehin lu makan gituan banyak-banyak, gua tau lu suka — seneng makan yang manis-manis. Tapi ga boleh berlebihan, karna yang berlebihan itu ga baik.”
“maaf…”
“ga perlu minta maaf, gua cuma mau lu ngerti.” jelas Sunghoon.
Namun bukannya mendengar, Jaeyun justru kembali menangis sesenggukan didada Sunghoon, membuat sang pemilik tubuh bingung.
“maaf — hiks.. maaf kemaren ngatain Hoon pelit — hiks…” Jaeyun kembali mengeratkan peluknya.
“iya, gapapa. Jangan diulangin lagi, ya sayang?”
“hu’um” Jaeyun mengangguk paham.
Satu senyuman terbit disudut bibir Sunghoon. Dimatanya, Jaeyun selalu terlihat manis, bahkan saat menangis seperti ini. Bahkan niat awalnya yang ingin mengomeli Jaeyun ia urungkan saat melihat wajah manis itu nampak sangat sedih seolah meminta belas kasihnya.
Ia dekap tubuh yang lebih mungil itu dengan erat, sambil ia beri elusan-elusan lembut pada punggung dan rambutnya. Tak lupa ia bubuhi kecupan pada dahi sang kekasih, agar sang kasih dapat merasa lebih tenang saat berada dalam dekapannya.
Dan benar saja, Jaeyun yang semula menangis karena merasakan nyeri pada giginya itu kini nampak tenang dalam dekapan Sunghoon. Dirinya sangat merasa aman dan nyaman setiap berada didalam dekapan Sunghoon.
Dekapan yang terasa hangat dan penuh kasih sayang, seolah mampu menjadi satu-satunya penawar bagi segala sakit yang Jaeyun rasakan.
“hoaamm”
Sunghoon terkekeh pelan saat Jaeyun menguap dalam dekapannya. Rupanya kasihnya itu sudah mulai mengantuk.
“sayang mau bobo?” Tanya Sunghoon lembut.
Jaeyun mengangguk.
“cium, yeyun mau cium. Yeyun mau disayang biar cepet sembuh” ucapnya menatap Sunghoon dengan matanya yang nampak sayu karna mengantuk.
Sunghoon menurut, ia hujani seluruh permukaan wajah kasihnya itu dengan kecupan. Lalu yang terakhir ia menyisakan bibir cantik itu, kemudian dia cium bibir cantik itu seraya beri lumatan lembut disana. Ia curahkan semua rasa sayangnya untuk Jaeyun lewat ciuman lembut itu.
Begitu pun Jaeyun, ia balas lumatan lembut itu seakan tengah memberikan semua rasa sayangnya untuk Sunghoon — laki-laki yang sering ia beri label ‘galak’ itu.
Setelah puas curahkan rasa sayang satu sama lain lewat ciuman, mereka pun memutuskan untuk menyudahinya — pun Jaeyun sudah tampak lemas karna terlalu lama berciuman.
“udah kan? Sekarang bobo, oke?”
Jaeyun kembali mengangguk.
Mereka pun mengubah posisinya menjadi berbaring, dengan Jaeyun yang menjadikan lengan Sunghoon sebagai bantalannya.
Chup.
“lain kali jangan ngeyel lagi ya, sayangnya Hoon? Hoon cuma mau yang terbaik buat kamu.”
“iya, Yeyun janji enda ngeyel ngeyel lagi! Yeyun sayang Hoon..” Jaeyun kemudian memeluk erat tubuh yang lebih besar darinya itu lalu mendusal manja pada dada bidang yang nampak kokoh itu.
“Hoon juga sayang Yeyun.” Sunghoon balas pelukan itu seraya beri elusan lembut pada punggung kecil itu.
Dan mereka pun akhirnya sama-sama terlelap dalam dekap hangat satu sama lain.