Eren
4 min readDec 31, 2024

miss and mess

Pagi ini Jinan tengah duduk dikafetaria kampusnya bersama dengan Bayu, sahabat karibnya. Keduanya tampak santai berbincang riang seraya menunggu Gathan yang tengah menjalani sidangnya.

“Udah dikasih tau?” Tanya Bayu.

Jinan menggeleng pelan, “belum, soalnya pak Agam masih diluar kota.” Ucapnya buat Bayu mengangguk paham.

“Nanti langsung kasih tau, jangan ditunda. Gua yakin kok beliau bakal terima itu anak, lu jangan takut.”

“Iyaaa Bayu, ntar gue kasih tau dia.”

Bayu mengangguk pelan lalu menyeruput secangkir teh hangat dihadapannya.

“Lu gimana, masih sering mual?”

Jinan mengangguk sambil menghembuskan nafasnya pelan, “enek banget rasanya Bay, mau makan juga gitu. Masa gue mau muntah waktu makan bakso, padahal lu tau kan kalo gue suka banget bakso.”

Bayu terkekeh pelan, “biasa itu, dulu waktu bunda gua hamil adek gua juga gitu. Sampe sama ayah gua pun dia mual.”

Jinan menatap tak percaya, “separah itu?” Ucapnya buat Bayu mengangguk.

Jinan kembali menghembuskan nafasnya, ia mulai takut menghadapi berbagai hormon kehamilan yang tentu akan membuatnya kesusahan itu.

“Makanya kasih tau pak Agam, biar dia ngurusin elu. Tanggung jawab, jangan girang pas berbuat doang.” ucap Bayu lagi buat Jinan merasa tertohok.

Jinan kemudian tampak mengobrak-abrik isi tasnya, mencari pod kecil miliknya. Ia rasa ia sangat butuh efeksi dari nikotin elektronik itu.

Namun waktu Jinan baru saja ingin menghisap alat itu, Bayu langsung merebutnya dengan paksa.

“Apaan sih Bay?!”

“Inget, lu nggak sendirian lagi. Ada nyawa lain didalem nyawa lu, jadi ini gua sita dulu.” Ucap Bayu lalu mengantongi pod milik Jinan.

Jinan kembali menghela nafasnya panjang, ia benar-benar putus asa sekarang. Terlalu banyak pantangan untuknya sekarang.

“Oi!” Gathan tiba dengan beberapa buket bunga ditangannya.

“Aman ga?” Tanya Bayu.

“Aman amin, nyaris mati dibantai pak Pramana. Eh Jinan lu hoax banget anjing bilang pak Pram enak, gue sampe keringet dingin disana saking takutnya diroasting beliau.” Ucap Gathan menggebu-gebu buat Bayu tertawa pelan.

“Lah orang emang enak kok, nasib lu aja kali yang jelek.” Cibir Jinan.

“Eh asal lu tau ya — ”

Drrt Drrt

Handphone Jinan bergetar buat debat antar dua anak adam itu terjeda, Jinan langsung merogoh mengangkat telepon itu saat satu siapa sosok dibalik itu.

Ia langsung bangkit dari posisinya, lalu menjauh dari kedua temannya itu.

“Siapa tuh..” Gathan menatap temannya itu dari jauh sambil mendaratkan bokongnya disebelah bayu.

Bayu mengedikkan bahunya pelan, “nggak tau, mungkin keluarganya.” Ucapnya.

Gathan mengangguk pelan, “mana ciumnya, katanya mau cium gue selesai sidang.”

Bayu terkekeh pelan, lalu beri satu kecupan dibibir Gathan.

Chup

“Ntar ada satu hadiah lagi, tapi dikost gua aja.” Ucapnya.

Gathan langsung mencubit pinggang Bayu hingga pria itu sedikit meringis namun ditahan.

“Pake kondom, gue nggak mau bunting kayak Jinan.”

“Aman sayang, udah beli sekotak gua.” Ucap Bayu buat Gathan mendengus pelan.

Sementara disebrang sana, Jinan tampak sibuk berbicara dengan telfonnya.

“Lagi dikampus ini, nemenin Gathan sidang. Barusan keluar anaknya, tapi misuh-misuh soalnya pak Pram galak katanya.”

Terdengar kekehan dari sebrang sana, “ya kan beda, kamu kemarin saya titip sama pak Pram.” Ucap Pak Agam.

Jinan tak henti-hentinya tersenyum, sudah lama tak mendengar suara pak Agam, ia sangat merasa rindu.

Oh iya, saya pulang hari ini. Nanti sekalian saya mampir ke kost kamu buat anterin oleh-oleh.”

“Eh nggak usah pak, repot banget bapak pasti capek. Saya cuma becanda kok lagian…”

“Saya nggak bercanda, saya beneran belikan kamu oleh-oleh, udah saya bedain juga. Nanti coklatnya dibagi sama teman kamu ya, jangan dimakan sendiri.”

Jinan tiba-tiba merasakan mual, hingga tanpa sengaja bersuara, “huekk…” ia langsung cepat-cepat tutup mulutnya sambil berlari kearah kamar mandi.

Tanpa mematikan sambungan telfonnya Jinan terus memuntahkan semuanya ditoilet, buat pak Agam disebrang sana bingung bercampur khawatir.

“Jinan? Halo? Jinan kamu kenapa? Hey…”

Tak ada jawaban dari Jinan, anak itu terduduk lemas dilantai toliet. Semua energinya terasa terkuras, namun tak ada apapun yang keluar dari mulutnya kecuali air liurnya.

“Jinan.”

“Iya pak, maaf..”

“Kamu sakit? Atau ini karna bawaan kamu yang gugup kemarin?” Tanya pak Agam yang terdengart begitu menjengkelkan ditelinga Jinan.

‘Karna hamil anak lo oon.’ Batinnya.

“Pak udah dulu ya, saya nggak enak badan, kayaknya masuk angin. Nanti bapak langsung pulang aja nggak usah mampir.” Ucap Jinan

“Oleh-oleh kamu gimana?”

“Nanti saya ambil sendiri kerumah bapak.”

“Yasudah kalau gitu, saya tutup dulu telfonnya. Jangan lupa minum obat Jinan, semoga lekas sembuh.” Ucap pak Agam lalu mematikan sambungan telfonnya.

Jinan menghela nafasnya pelan, ia bangkit lalu duduk diatas toilet. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa kesal bercampur sedih, ia rindu pada pak Agam, ia ingin dipeluk oleh pria itu, namun disaat yang bersamaan ia juga merasa kesal dengan pria itu.

Hichh…” ia terisak pelan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tak ia sangka hamil bisa serumit ini.

Tok Tok

“Ji? Lo didalem?”

Klek

“Gathan..” Jinan langsung berhambur memeluk temannya itu dengan erat, masa bodo dengan Gathan yang kebingungan, ia hanya ingin dipeluk sejarang.

“Lo kenapa anjir?”

No responses yet