Eren
4 min readJan 3, 2025
telepathy

Pak Agam menghela nafasnya panjang, ia sangat lelah sekarang. Sejak ia pulang sampai menjelang pagi hari, Celine tak berhenti meminta ini itu darinya.

Pak Agam pun tak punya banyak pilihan lain selain menuruti keinginan wanita itu, sebab tiap pak Agam menolak wanita itu selalu menodongkan sebuah gunting kearah perutnya sendiri.

Pak Agam benar-benar dibuat frustasi oleh wanita itu.

Pun seperti sekarang, pak Agam sudah memohon untuk tak mengganggunya beristirahat tapi wanita itu justru ingin tidur dikamar milik pak Agam.

Dengan perasaan kesal, pak Agam bangkit dari tidurnya, berjalan kearah pintu kamarnya lalu membukanya.

Klek

Celine tersenyum menatap pak Agam, namun pria itu sama sekali tak bersuara. Ia hanya menggeser tubuhnya, mempersilahkan Celine masuk kedalam kamarnya.

Ia biarkan wanita itu tidur dikamarnya untuk malam ini — ralat, pagi ini. Sementara ia tidur ditempat lain, entah itu disofa depan atau didepan TV, yang penting ia bisa beristirahat sejenak.

“Mas? Mas tidur mau kemana?” Tanya Celine saat pak Agam hendak keluar kamar.

Pak Agam kembali hembuskan nafasnya kasar lalu menatap wanita itu tajam, “urusan saya mau kemana, kamu tidur aja. Jangan ganggu saya.” Ucap pak Agam dingin.

“Kan bisa tidur bareng disini mas?” Ucap Celine.

“Saya nggak bisa tidur sama orang berisik, jangan ganggu saya. Tidur saja disana kayak yang kamu mau, jangan dekat-dekat saya.” Balas pak Agam buat wanita itu bungkam.

Namun wanita itu kemudian terkekeh pelan, “kamu nolak aku mas?” Ucapnya sambil mengangkat gunting yang ia genggam sejak tadi.

Agam berdecak pelan, emosinya sudah diujung tanduk. Dengan cepat ia rebut gunting itu dari tangan Celine lalu ia dorong wanita itu hingga masuk kedalam kamarnya, kemudian dengan cepat ia tarik knop pintunya hingga menutup dengan kencang.

BRAK!

Tak lupa ia kunci kamar itu dari luar, agar Celine tak bisa berbuat banyak.

Katakan pak Agam kejam, namun ia sama sekali tak peduli sebab ia sangat muak dengan kelakuan wanita itu.

“Mas Agam! Buka mas Agam! Aku minta maaf — hichh… buka pintunya Mas…” Wanita itu berteriak kencang bak kesetanan sambil terus menerjang pintu kamar pak Agam.

Pak Agam tak peduli, ia tinggalkan tempat itu lalu beristirahat disofa ruang tamunya.

Sementara dilain tempat, Jinan terbangun dari tidurnya. Ia melirik kearah jam dinding, masih pukul lima pagi.

Entah mengapa pagi itu Jinan memimpikan saat-saat ketika pak Agam datang kekamarnya, membawakan rujak buah seperti saat itu.

Mimpi itu terasa nyata, ia duduk dipangkuan pak Agam, dan pak Agam menyuapinya mangga muda, persis yang pernah mereka lakukan dulu.

Jinan menggigit bibirnya pelan, ia rindu hingga tanpa terasa pelupuk matanya kembali basah.

Jinan dengan cepat mengusap matanya yang basah sambil beranjak dari tidurnya, ia berjalan kearah dapur. Membuka pintu kulkasnya dan mendapati beberapa potong mangga muda yang sempat dibelikan oleh ibundanya.

Ia duduk didepan kulkas itu, menatap potongan mangga didalamnya.

“Asem nggak?”

Jantungnya berdegup mengingat pak Agam. Ia ambil satu potongan kecil mangga muda dari dalam sana, lalu melahapnya.

“Asem, enak tapi nggak seenak suapan pak Agam.” Gumamnya tanpa sadar.

“Jinan?”

Jinan yang tengah termenung sambil mengunyah mangga muda itu tersentak, mendapati sang ibunda yang baru saja bangun.

“Mama? Anu.. aku tiba-tiba pengen..” ucapnya.

“Jangan banyak-banyak, masih pagi ntar sakit perut.”

Jinan mengangguk lalu menutup pintu kulkasnya, “cuma sepotong kok.” Ucapnya.

Wanita paruh baya itu sadar saat melihat mata putranya yang tampak sedikit membengkak itu, ia tau putranya menangis tadi.

Hatinya ikut terasa nyeri saat dapati putranya merasakan apa yang ia rasakan dulu.

Ia langsung rengkuh tubuh putranya itu kedalam pelukannya, “it’s okay Jinan, semuanya emang nggak mudah. Tapi kamu punya mama disini, bilang sama mama kalau kamu butuh sesuatu. Mama pasti bakal usahain itu semua demi kamu.” Ucapnya.

Jinan mengangguk, air matanya kembali jatuh.

Tak apa jika dunia kejam padanya, yang penting ia masih punya sang ibunda yang akan selalu ada untuknya.

“Ayo, mama bikinin susu anget, mau kan?”

Jinan menggeleng, “sebenernya aku emang kabur waktu yoga kemaren, soalnya sedih aku yoga sendirian.” Ucapnya tiba-tiba, buat sang ibunda kembali tertegun.

“Maaf udah bohong.” Ucapnya lagi.

Wanita itu tersenyum sambil elus surai putranya itu dengan lembut, “nggak apa-apa kalau kamu nggak suka, nanti mama carikan kegiatan lain yang lebih seru lagi biar kamu nggak bosan.”

Drrt Drrt

Getar alarm menggema, sadarkan pak Agam yang terlelap dari tidurnya. Kepalanya sakit sebab jam tidurnya kurang.

Sudah tak ada lagi suara ribut dari arah kamarnya, pak Agam sedikit lega. Pikirnya mungkin Celine sudah tertidur pulas didalam sana.

Ia pun bergegas kekamarnya untuk mengambil pakaian kerjanya.

Klek klek

Ia putar knop pintu kamar yang sudah ia buka kuncinya itu, lalu mendorongnya hingga pintu itu terbuka.

Saat pintu itu terbuka, alangkah terkejutnya pak Agam saat dapati Celine yang terkapar dengan tangan bersimbah darah.

“Fuck.” Umpatnya saat dapati sebuah cutter yang berada tak jauh dari wanita itu.

Pak Agam lupa, ia menyimpan benda itu untuk keperluan mendesaknya.

Dengan cepat, ia tutup tuka wanita itu dengan baju yang ia pakai. Lalu bergegas membawa wanita itu kerumah sakit sebelum semuanya terlambat.

“Untungnya goresan itu tidak mengenai urat nadi, jadi nyonya Celine hanya butuh beberapa perawatan ringan hingga lukanya sembuh.” ucap Dokter yang menangani Celine.

Pak Agam mengela nafas lega, “terimakasih tuhan..” ucapnya.

Pak Agam pun melangkah keluar dari ruangan itu, meninggalkan Dokter dan beberapa perawat, juga Celine yang masih tak sadarkan diri didalam sana.

Ia terduduk lemas dilantai koridor rumah sakit, pak Agam sungguh lelah dengan semua yang terjadi oada dirinya.

Apa ini semua hukuman untuknya?

Ditengah-tengah kegelisahannya itu pak Agam terus teringat dengan Jinan, entah mengapa bayang-bayang anak itu terus menghantuinya, bahkan sampai kedalam mimpinya.

Arghhh!” Pak Agam mencengkram surai legamnya frustasi.

Sepertinya ia butuh Jinan sekarang, ia butuh Jinan untuk menghiburnya.

No responses yet