“duh maaf ya nak Sunghoon, Jaeyun emang lama kalo siap-siap.” Ucap ibunda Jaeyun merasa tak enak pada Sunghoon.
“ah, gapapa kok Bun” balas Sunghoon seraya tersenyum tipis.
Ibunda Jaeyun ikut tersenyum, menatap paras laki-laki tampan yang ia gadang-gadang sebagai kekasih dari putra semata wayangnya itu.
“kamu udah semester berapa nak? Dari jurusan apa?” Tanya ibunda Jaeyun.
Sebenarnya pertanyaan ini ingin ia lontarkan pada Sunghoon saat pertama kali mereka bertemu, namun rasanya kurang pantas karna keduanya baru saja berkenalan.
“jurusan teknik arsitektur bun, semester akhir.”
“wah… pinter juga ya anak bunda nyari pacar anak arsitektur” kekeh ibunda Jaeyun.
“a-ahaha…” Sunghoon tertawa canggung, menutupi rasa malunya karna telah dianggap sebagai kekasih Jaeyun.
Dalam hati Sunghoon bertanya-tanya, apakah Jaeyun yang memperkenalkan dirinya sebagai kekasih kepada ibundanya?
Namun saat tengah terhanyut dalam fikirannya, atensi Sunghoon tiba-tiba beralih saat mendengar suara gaduh dari arah tangga rumah itu.
“nah ini dia yang ditunggu-tunggu! Lama banget, kasian pacarnya nungguin!” Ucap ibunda Jaeyun seraya beranjak dari duduknya.
Sunghoon dan Jaeyun langsung beradu tatap. Sunghoon yang seakan meminta penjelasan dan Jaeyun yang merasa tak enak dan canggung.
“Sunghoon sama Jaeyun cuma temenan kok!” Sanggah Jaeyun cepat.
“yah.. padahal bunda udah seneng tadi kirain mau dapet menantu arsitek.” Ucap ibunda Jaeyun dengan nada lesu.
Jaeyun dan Sunghoon kembali beradu tatap, namun sesegera mungkin Jaeyun putuskan kontak matanya dengan Sunghoon. Lalu beralih meraih tangan besar Sunghoon dan menggenggamnya dengan erat.
“udah ah! Nan-nanti Jaeyun sama Sunghoon telat, kita berangkat dulu ya bun! Dadahh!!” Ucap Jaeyun gelagapan lalu menarik tangan Sunghoon dan menyeretnya keluar dari kediaman miliknya.
“itu — omongan bunda tadi jangan diseriusin ya, dia ngga tau kalo kita ngga pacaran. Soalnya — anu…” belum selesai Jaeyun berucap, Sunghoon sudah terkekeh pelan, buat Jaeyun kebingungan dan tak melanjutkan kalimatnya.
Tangannya yang semula menggenggam tangan Sunghoon, kini berganti menjadi digenggam oleh laki-laki itu. Dengan lembut Sunghoon tuntun Jaeyun untuk masuk kedalam mobilnya, lalu disusul dengan dirinya yang duduk dikursi kemudi.
“tadi, kenapa ketawa?” Bingung Jaeyun.
Sunghoon tersenyum seraya menyalakan mesin mobilnya, membuat Jaeyun menekuk wajahnya karna tak mendapatkan jawaban.
Namun detik kemudian, laki-laki jangkung itu mencondongkan tubuhnya kearah Jaeyun. Hampir tak ada jarak diantara wajah keduanya, bahkan hangat deru nafas dapat mereka rasakan satu sama lain.
Sret
Sunghoon pasangkan seat belt untuk Jaeyun, wajahnya pun bergeser kearah telinga telinga Jaeyun, buat jantung laki-laki manis itu berdegup kencang.
“lu lucu, makanya gua ketawa. Harusnya jangan sepanik itu, lagian bunda ga sepenuhnya salah kok.” Bisik Sunghoon lalu menjauhkan wajahnya dari telinga Jaeyun.
“maksudnya — ?” tanya Jaeyun dengan pipi yang memerah, buat Jaeyun terlihat semakin cantik dimata Sunghoon.
“mungkin ucapan bunda bisa jadi kenyataan dimasa depan. Bisa jadi, gua beneran jadi calon menantu bunda.” Ucap Sunghoon sambil tersenyum, lalu kembali duduk pada kursi kemudi nya.
Mengabaikan Jaeyun dengan degup jantung yang berdetak luar biasa.