Eren
6 min readMay 19, 2023
—promises

Cahaya matahari melesat masuk dari balik tirai putih transparan itu. Membuat Juan yang sedang tertidur pulas sedikit terganggu.

Ia merasakan ada sesuatu diatas perutnya, sesuatu itu terasa hangat.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengedarkan pandanngnya pada seluruh ruangan disana.

Bagian bawah tubuhnya terasa sangat nyeri, terutama dibagian kakinya.

Ia menoleh kesamping dan mendapati Shaka tengah tertidur pulas sambil memeluknya.

Tangannya tergerak menyentuh wajah damai itu, sungguh pemandangan yang ia lihat saat ini sangat indah.

Hatinya terasa sangat bahagia mendapati Shaka nya telah kembali padanya.

"Jangan pergi lagi ya Shaa" Gumamnya.

Merasa terganggu dalam tidurnya, Shaka mengeratkan pelukannya pada perut Juan.

Juan terkekeh pelan, orang didepannya ini benar-benar Shaka. Shaka yang sangat susah dibangunkan.

Badannya berbalik menghadap Shaka membuat pinggangnya terasa nyeri. Ia peluk badan polos milik Shaka itu lalu mengecup bibir Shaka.

Shaka menautkan alis dalam tidurnya.

Juan tertawa geli melihat Shaka yang mulai terganggu itu. Ia terus mengecupi bibir Shaka berulang-ulang hingga membuat Shaka benar-benar terbangun.

Shaka mengerjapkan kedua matanya menatap Juan didepannya. Ia tersenyum lalu mengecup bibir milik Juan.

"Good morning, sayang" Ucapnya dengan suara yang terdengar sedikit berat.

"Ini udah siang Shaa" Juan mencubit gemas hidung milik Shaka lalu mereka tertawa bersama.

Sungguh, saat ini mereka terlihat seperti pasangan pengantin baru yang tengah menikmati bulan madunya.

Shaka menatap manik milik Juan, begitupun Juan. Mereka tersenyum lalu menggesekkan hidungnya satu sama lain.

"Juju sayang Shaka"

"Shaka lebih sayang Juju" Shaka mencium kening milik Juan.

Juan menenggelamkan kepalanya pada ceruk Shaka, menghirup aroma tubuh yang sangat ia rindukan itu.

"Juju suka wangi Shaa" Juan mendusal pada leher Shaka.

Shaka hanya tersenyum lalu mengelus rambut Juan.

"Mau mandi? Habis itu kita makan, terus pulang."

Juan menganggukkan kepalanya antusias. Namun saat hendak duduk ia merasakan sakit luar biasa pada area selangkangannya.

"A-aahh" Ia meringis pelan.

"Kenapa Ju, sakit ya? Maafin Shaka ya udah kasar semalem." Ucap Shaka menatap Juan khawatir.

"Gapapa Shaa, cuma sakit dikit aja." Ucap Juan tersenyum menatap raut khawatir Shaka.

Tanpa babibu Shaka langsung mengangkat tubut mungil Juan dan menggendongnya ala bridal style.

Juan langsung mengalungkan tangannya pada pundak Shaka. Ditatapnya wajah itu dari bawah, sangat indah.

Shaka mendudukkan Juan didalam bath up secara perlahan lalu mulai mengisinya dengan air hangat.

Juan mulai merasaka nyaman saat dirinya terendam oleh air hangat. Terlebih lagi area bagian bawahnya yang terasa nyeri perlahan sedikit berkurang.

"Jangan mabuk lagi" Shaka membuka suaranya menatap tangan Juan yang sedang ia genggam.

"Makanya kamu jangan pergi. Kalo kamu pergi lagi, aku mabuk lagi!" Ucap Juan menggembungkan pipinya lucu.

Shaka tersenyum.

"Kamu... Kenapa ga pernah cerita?" Juan menatap Shaka.

"Cerita?"

"Waktu kita masih kecil, yang nyelamatin aku itu kamu."

Shaka mengedikkan bahunya. "Aku rasa itu ga penting, yang paling penting itu keselamatan kamu."

"Tapi kamu sampe masuk ICU" Juan menundukkan kepalanya.

Shaka menarik dagu itu hingga manik milik Juan bertatapan dengannya.

"Hei... Aku ngga apa-apa kan sekarang, jangan dibahas lagi ya?"

Juan menganggukkan kepalanya.

"Terus... Sekarang kamu pacaran sama Sean?" Tanya Juan.

"Siapa yang bilang gitu?"

"Ngga ada, tapi kalian kayak pacaran. Kemana-mana berdua, terus kamu post foto polaroid sama dia, sedangkan polaroid yang sama aku kamu tinggalin dikamar." Juan mengendus sebal membuat Shaka gemas lalu mencium pipinya.

"Kamu tau kak Indra? Dia kakaknya Sean. Dia minta tolong jagain Sean disini sementara dia udah lulus terus kerja diluar kota."

"Terus kamu mau?"

"Lebih tepatnya kasian, Sean ngga ada siapa-siapa disini. Terus sering diganggu sama mantannya"

Juan menganggukkan kepalanya mengerti, namun entah kenapa hatinya bertentangan tak ingin menerima fakta itu.

"Jadi, kita—"

"I'm yours, you're mine Ju" Jawab Shaka cepat lalu mencium bibir Juan.

Jadilah sesi mandi itu berlangsung lama karna mereka kembali melakukan reka adegan yang tadi malam mereka lakukan.

"Aku bisa jalan sendiri Shaa" Juan menolak Shaka untuk yang kedua kalinya.

Mereka kini tengah berasa di pekarangan rumah milik Juan.

"Tadi kamu masih kesakitan Ju, terus kita main lagi pasti makin sakit kan?" Shaka menatap Juan khawatir.

"Ih! Kok ngeremehin? Aku udah bisa jalan sendiri tau!!" Juan menatap Shaka kesal.

Shaka menghela nafasnya, ia hanya bisa membiarkan Juan melakukan apapun yang ia mau.

Namun, baru saja kakinya menyentuh keluar, are bawahnya terasa nyeri lagi.

"Shaa" Juan merentangkan tangannya sambil menatap Shaka.

Shaka menatap Juan gemas lalu langsung menggendongnya.

"Makanya jangan ngeyel kalo dibilangin." Shaka menciumi pipi milik Juan.

Sesampainya dikamar milik Juan, Shaka langsung merebahkan Juan diatas kasurnya sementara ia duduk di sampingnya.

"Kamu tanggung jawab ya besok aku ada kelas tapi malah ngga bisa jalan." Juan menyenderkan kepalanya dibahu Shaka.

Shaka tertawa pelan "Iya sayang." Jawabnya sambil mengusak rambut milik Juan.

"Kamu tunggu disini dulu ya, aku mau ngambil air bentar" Shaka bangkit dari duduknya.

Juan menganggukkan kepalanya.

Tak lama kemudian Shaka kembali memasuki kamar itu dengan membawa segelas air putih.

Shaka duduk disamping Juan, merogoh kantung hoodie yang ia pakai lalu mengeluarkan sebuah benda disana.

Juan menatap Shaka tidak percaya, ia tahu betul benda apa itu.

Pil kontrasepsi.

Shaka membuka satu tablet lalu memberikannya pada Juan, namun Juan tak bergeming.

"K-kamu... gamau jadi papa, ya?" Juan menundukkan kepalanya, pikirannya sangat berkecamuk saat ini.

"Hei.. Ngga gitu Ju" Shaka menarik dagu Juan hingga manik mereka bertemu.

"Aku mau jadi papa, mau banget. Apa lagi kalo sama kamu. Tapi ngga sekarang, kita masih belum siap. Aku belum punya penghasilan sendiri, kamu juga belum lulus" Shaka mengelus pipi milik Juan.

Mata Juan terasa panas dan pandangannya memburam.

"Katanya mau jadi dokter kan? Nanti kalo aku sama anak kita sakit biar kamu yang rawat, hm?"

Juan memalingkan mukanya enggan menatap shaka.

"Kamu masih mau pergi, kan?" Ucapnya sambil menghapus jejak air matanya sendiri.

Shaka menghela nafasnya. Ia raih kedua tangan Juan lalu menatap manik milik Juan.

"Aku harus pergi, cuma sebentar. Setelah kamu lulus, aku janji bakal pulang terus bawa kamu ikut aku."

Shaka kembali merogoh kantung Hoodie miliknya untuk mengambil satu benda lagi didalam sana.

Benda itu adalah sebuah kotak cincin.

Ia membuka kotak tersebut lalu mengeluarkan sebuah cincin dengan hiasan permata kecil itu.

Ia raih satu tangan Juan lalu memasangkan cincin itu dijari manisnya.

"Cantik" Ia mencium punggung tangan Juan.

Juan kembali menitihkan bulir bening dari matanya.

"I promise, I'll be papa to our child soon. Setelah aku udah mapan dan nikahin kamu." Ucap Shaka tersenyum.

Juan langsung memeluk Shaka dan menangis disana.

"Nanti kalo mami sama papi pergi kayak gini, siapa yang nemenin aku tidur... " Lirihnya.

"Nanti minta temenin Geri" Shaka membalas pelukannya lalu mengusap punggungnya.

"Gamau, nanti aku diajak mabuk lagi... "

"Kamu jangan mau."

Juan menggeleng, "Jangan pergi, aku udah sayang kamu tapi kamu masih mau pergi.. "

"Kalau ngga ada kamu aku gimana Shaa, selama ini aku apa-apa selalu sama kamu.. " Juan mengeratkan pelukannya.

"Aku harus bantuin papa, Ju. Papa butuh aku sekarang."

"Ajak Juju ikut"

"Nanti, aku janji setelah kamu lulus aku akan bawa kamu pergi ikut aku." Shaka mencium kening Juan.

"Lama.. Masih 3 tahun lagi.." Cicitnya.

"Aku juga harus mapan kan, kalo sekarang aku bawa kamu pergi.. Aku yakin papi kamu ngga bakal setuju."

Juan mengangguk setuju "Papi banyak mau.."

Shaka terkekeh, tangannya tergerak mengelus perut rata Juan.

"Kita tunda dulu baby nya, ya?"

Juan mengangguk pasrah lalu meminum pil itu.

"Kamu kapan mau berangkat nya?" Juan kembali menyandarkan kepalanya dibahu Shaka.

"3 hari lagi." Jawabnya membuat Juan mengembuskan nafasnya kasar.

"Kamu ngga boleh kemana-mana, kamu harus sama aku sampai kamu pergi."

"Aku belum packing barang-barang, terus aku juga belum beresin kamarnya Sean."

"Suruh Jaden aja, kamu jangan pergi. Aku mau puas-puasin sama kamu."

Shaka mengangguk.

"Iya sayang..."

Tanpa mereka sadari kegiatan mereka berdua dilihat oleh dua orang dari balkon seberang.

"Masuk sana, jangan diliat ntar lu sakit hati" Ethan melirik Sean disebelahnya.

"ngapain sakit hati?" Sean menatapnya bingung.

Ethan terkekeh "Ga inget? Semalem lu nangis ngeliatin Shaka sama Juan."

"Oh, itu gue cuma terharu kali. Ahirnya kak Shaka ngga galau lagi." Jawab Sean.

"Lu.. Bukannya suka Shaka?" Ethan menoleh pada Sean.

Sean menggeleng "Kak Shaka selama ini cuma jagain gue karna disuruh abang. Selain itu kak Shaka emang ganteng, tapi bukan selera gue."

Ethan mendecih pelan "anak kecil sok-sokan punya selera."

"Yang kecil cuma bandan gue kali, aslinya udah dewasa ini!" Ucap Sean bangga membuat Ethan tertawa pelan.

No responses yet