"Sana main aja gih, ps nya lebih menarik kan dari pada aku?" Arkha mendorong pelan tangan Rangga yang tengah bergelayut manja padanya.
Rangga menggelengkan kepalanya seraya mengeratkan peluknya pada tubuh sang kekasih.
"Iya iya, kakak minta maaf. Jangan ngambek lagi dong sayang, kan hari ini mau main seharian sama kakak"
"Kakak tuh! Aku jauh-jauh kakak bawa kesini, tapi pas aku udah disini malah kakak kacangin!" Arkha menggembungkan pipinya lucu membuat Rangga gemas lalu mencuri satu kecupan pada pipi gembil itu.
Chup.
Arkha yang tadinya sibuk mengomel langsung terdiam seperti patung dengan pipi yang memerah.
"Dimaafin nggak?" Bisik Rangga ditelinga Arkha.
Arkha sontak berbalik lalu duduk dipangkuan Rangga dan menghadap kearahnya.
Plak.
Tangan mungil itu dengan santainya memukul bibir yang lebih tua itu, namun dengan pelan.
"Nakal! Ga boleh cium-cium!"
Rangga terkekeh lalu menautkan kedua tangannya pada pinggang Arkha. Mata bambi itu menatap penuh teduh pada manik milik Arkha.
"Terus kakak cium siapa kalo bukan kamu, hm? Kan pacar kakak, kamu. Atau kamu mau kakak cium yang lain?" Tanya Rangga membuat Arkha cemberut.
"Ga boleh! Ga boleh cium-cium aku, apa lagi yang lain!"
"Terus bolehnya apa? hm? Oh yaudah, kakak kelitikin perutnya aja ya? Perut ndutnya cantik" Ucap Rangga menggoda Arkha.
"Siapa yang ndut?!"
"Arkha yang ndut" Ucap Rangga dengan tawa lalu membaringkan tubuh Arkha hingga terlentang dikasur.
"Kakak! Ahahaha haha u-udah" Arkha mendorong tubuh Rangga saat yang lebih tua itu menggelitik perutnya dengan jari-jari panjangnya. Namun usahanya tak membuahkan hasil, nyatanya Rangga tak goyah sedikitpun dan terus menggelitiki perutnya.
"Ampun dulu"
"Ahahaha iyahh haha—ampunn"
"Jadi kakak boleh cium atau gelitikin kamu?"
"Ci—cium aja hahaha" Pasrah Arkha.
Akhirnya Rangga menurut, ia kemudian berhenti menggelitiki perut Arkha. Lalu bertumpu diatas tubuh sikecil.
Chup.
Satu kecupan kembali ia curi, namun kali ini pada bibir manis sicantik. Satu senyuman tercetak dibibirnya.
Ciuman pertama mereka.
"I love you, Arkha" Ucap Rangga.
Arkha, pemuda itu diam dengan pipi yang merah padam. Ia sekarang merasa sangat bahagia dan malu, hingga membuat jantungnya berdegup sangat kencang.
"Kok ngga dibales, hm? Udah ga cinta lagi sama—"
"I love you more, k-kakak!" Jawab Arkha cepat.
Lagi-lagi satu senyuman tampan terbit dari sudut bibir Rangga. Lalu kembali ia cium bibir cantik itu dengan lembut, tak sekedar kecupan belaka. Ia beri lumatan lembut seakan-akan menyalurkan perasaan sayangnya pada Arkha.
Arkha yang awalnya diam membiarkan Rangga melumat bibirnya, kini ikut terhanyut membalas lumatan itu.
Bibir mereka saling melumat, mengecap, bahkan kini lidah Rangga dengan berani sudah menelusup masuk mengabsen isi mulut Arkha.
"Umhh mpphh" Lenguh lembut keluar dari mulut cantik Arkha.
Tangan mungil itu memukul-mukul pelan pada dada bidang Rangga, seakan memberi pertanda bahwa Arkha telah kehabisan pasok oksigennya.
"Hahhh hmhhhh" Arkha meraup rakus oksigen kala Rangga melepas cumbuan mereka.
Chup.
"I love you"
"I love you more kak" Balas Arkha.
"Really?"
"I do"
Mata sayu Rangga menatap lurus pada manik Arkha, seakan ada sesuatu yang ingin ia katakan.
"Kenapa?" Tanya Arkha seraya menangkup pipi yang lebih tua.
"Ayo kencan total, Arkha" Ucap Rangga dengan suaranya yang berubah memberat.
Arkha menatap Rangga bingung.
"Ini kan udah kencan?"
Rangga menggelengkan kepalanya.
"Kencan total, maksudnya kita saling memeluk satu sama lain berbagi kehangatan."
"Kan ini udah pelukan, kak?" Tanya Arkha semakin bingung.
"Make love, Arkha."
Arkha terdiam, jantungnya kembali berpacu kencang. Ia takut melakukan hal itu, tak seharusnya mereka melakukan hal itu sekarang kan? Lagi pula masih terlalu dini untuk mereka, dan terlalu banyak resiko yang akan Arkha terima nantinya.
"Kamu ga mau, Arkha?" Tanya Rangga.
"A-aku takut kak. Kita masih sekolah, nanti kalo aku hamil gimana?"
"Arkha, kamu sayang kakak kan?" Tanya Rangga yang langsung dijawab anggukan oleh Arkha.
"Sayang"
"Kalo sayang ayo lakuin itu sama kakak. Kakak janji bakal pelan-pelan."
"Tapi kak—"
"Mau ya? Kamu sayang kan sama kakak?" Bujuk Rangga seraya mengelus pipi Arkha.
Arkha kini bergelut dengan fikirannya. Bujuk rayu yang Rangga lemparkan padanya, sangat susah ia tolak.
"Sayang?"
"Pelan-pelan... Ini pertama kalinya untuk aku."