Seperti katanya, Seth kini tengah sibuk melakukan pekerjaan sebagai photographer. Sebisa mungkin ia usahakan pekerjaannya hari ini cepat selesai.
Jam kini tengah menunjukkan pukul 12, waktunya makan siang.
Ia menghela nafasnya pelan, biasanya Java sudah berada distudionya membawakannya sekotak makanan untuk mereka makan berdua.
Bohong jika Seth baik-baik saja dengan kepulangan Java yang tiba-tiba, apalagi baru kemarin mereka meresmikan hubungannya.
Namun mau bagaimana lagi, bagaimana pun Java hanya pendatang yang ingin berlibur disana yang secara tak sengaja jatuh cinta padanya.
Seth mau tak mau harus siap dengan kepulangan pria manis itu ketempat asalnya, dan menjalani long distance relationship atau kerap disebut dengan LDR.
Seth memilih keluar dari ruang studio, dan masuk kedalam ruang pribadinya. Duduk disana sambil memejamkan matanya sejenak, ia merindukan kekasihnya.
Klek
Baru saja memejamkan matanya, Seth dikejutkan dengan suara pintu ruangannya yang dibuka.
Ia lantas membuka matanya, dan mendapati Java dengan sebuah paperbag ditangannya.
“Hai…” sapanya.
Seth langsung beranjak dari duduknya dan memeluk pria manis itu dengan erat.
“Aku bawain kamu makan siang, tapi kali ini aku beli soalnya ngga sempat masak sendiri.” Ucapnya.
Seth tersenyum sambil meraih sebelah tangan Java, kemudian ia cium punggung tangannya dengan lembut.
“walaupun kamu nggak bawa makanan, saya tetap kenyang kok. Soalnya saya cuma butuh kamu disini.” Ucapnya buat Java terkekeh pelan.
“Apa-apaan, kamu harus makan! Ayo sini biar aku suapin.” Java tarik tangan yang lebih besar darinya itu untuk kembali duduk disebuah sofa bersamanya.
Merekapun mulai menikmati makan siangnya bersama, satu sendok berdua.
“Kamu udah selesai packing barang-barang kamu?”
Java tersenyum, “Je yang packingin hehe..”
Seth terkekeh lalu mencium pipi sicantik, “dasar, kasian loh.” Ucapnya.
Java sontak merengut kemudian menyandar pada dada kekasihnya itu, menghirup dalam-dalam aroma yang akan sangat ia rindukan itu.
“itu emang kerjaan dia kok, kan dia manager aku. Lagian dia yang maksa buat packingin barang aku.” Ucapnya.
Seth mengangguk paham lalu mengelus surai legam itu dengan lembut, kemudian memberikan satu kecupan didahi Java.
“Satu minggu paling lama, kan?”
Java menegup ludahnya kasar, pasalnya ia tak tahu pasti namun ia akan mengusahakan untuk membatalkan perjodohan itu dalam satu minggu apapun caranya.
Ia tak ingin memberi tahu Seth sebab tak ingin pria ini sedih ataupun kecewa, pun ia tak bisa menolak keinginan ibundanya sebab ia berhutang banyak dengan wanita itu.
Ia hanya ingin menyelesaikan masalah ini dengan caranya sendiri, Java yakin kali ini ia bisa atasi semua masalahnya sendiri.
“Iya, cuma satu minggu.” Jawabnya.
Seth dan Java kini tengah berada disebuah toko kue, membeli beberapa kue untuk mereka nikmati bersama.
Tak disangka Seth benar-benar menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat kali ini, sehingga keduanya masih memiliki waktu beberapa jam untuk menghabisakan waktu bersama.
“kamu yakin udah?” Tanya Seth saat Java mendorong piring dengan sepotong kue yang masih tersisa disana.
Java mengangguk, “kenyang.” Ucapnya.
Seth terkekeh lalu mengelus surai hitam itu dengan lembut, “minum.” Titahnya.
Java kembali mengangguk lalu meminum secangkir latte hangat yang sudah Seth pesankan untuknya.
Seth melirik arloji ditangannya, sudah pukul 18.30 sekarang. Yang artinya waktu mereka tinggal sebentar lagi.
“ayo.” Ucapnya.
Java nampak mengehela nafasnya pelan, ia tak siap harus berpisah dengan kekasihnya itu. Ia pun menyandarkan kepalanya pada pundak pria itu seraya mendusal manja disana.
“Ayo ikut aku kesana.” Ucapnya.
Seth terkekeh sambil membalas pelukan kekasihnya itu, “kalau bisa, saya udah booking tiket dari tadi. Tapi kamu taukan kerjaan saya banyak.” Ucapnya.
Java mengangguk, hatinya begitu berat meninggalkan pria ini.
Seth genggam sebelah tangan mungil itu kemudian menghujaminya dengan banyak ciuman, tangan mungil ini akan ia lepaskan sebentar lagi.
Java terkekeh, rupanya pria ini juga tak ingin melepaskannya.
“Kamu sedih ya?” Tanya nya.
“Tentu, tapi ini semua demi karir kamu. Hati-hati ya disana, tolong cepat kembali.” Ucap Seth terdengar begitu dalam.
Java tak kuasa menahan air matanya untuk tak jatuh, ia pun kembali memeluk kekasihnya itu dan menyembunyikan air matanya disana.
Seth tau Java menangis, ia hanya bisa tenangkan dengan usapan lembut sambil hujami surai legam itu dengan ciuman.
Kemudian keduanya pun beranjak menuju bandara.
Disepanjang perjalanan Seth tak pernah lepaskan genggamannya dari tengan mungil itu, terus ia ciumi hingga keduanya tiba disana.
“Tunggu sebentar.” Ucapnya.
Ia lantas membuka pintu belakang mobilnya, mengambil sebuah buket berisi sepuluh tangkai bunga mawar merah.
Java tertawa pelan dengan airmata yang ikut mengalir disudut matanya, ia merasa deja vù. Ia ingat bagaimana dulu Sunghoon memberinya sepuluh tangkai mawar merah dihari pertama mereka berkencan.
“Jangan sedih lagi.” Ucapnya.
Java mengangguk dengan tangis harunya sambil menerima buket bunga itu. Ia pun berjinjit sambil menarik dasi pria itu agar pria itu sedikit menunduk.
Chup!
Ia cium bibir pria itu, namun dengan cepat pinggang dan tengkuknya ditahan oleh pria itu.
Merekapun saling bercumbu dengan mesra disana, lumatan demi lumatan lembut mereka lalui hingga keduanya tertangkap basah oleh Hansel dan Jevan yang baru saja tiba disana dengan beberapa koper milik Java.
“Udah ngalah-ngalahin penganten baru lu bedua!” Cibir Hansel.
Seth hanya terkekeh pelan dengan rona merah diwajahnya sementara Java merengut kesal karna kedatangan dua orang itu mengganggu sesi bercumbunya dengan sang kekasih.
“Ganggu!”
“Eh liat jam, mau ketinggalan pesawat lu?” Ucapnya.
“Udah-udah ayo masuk.” ucap Jevan menengahi.
Akhirnya mereka pun masuk bersama dengan Seth yang membawakan koper milik Java sambil terus menggenggam tangan mungil itu.
Tinggal 30 menit lagi sisa waktu keduanya, Java terus memeluk kekasihnya itu dengan erat. Jantungnya berdegup kencang, ia tak rela meninggalkan kekasihnya itu.
Tak lama announcement terdengar, panggilan boarding terdengar buat Java semakin erat memeluk kekasihnya itu.
Seth tersenyum, ia lepaskan pelukan itu perlahan.
“Udah, jangan sampai kamu ketinggalan pesawat.” Ucapnya, padahal hatinya juga berat untuk melepaskan pria manis itu.
Java mengangguk pelan, kemudian kembali memeluk kekasihnya itu.
“I love you, sayang.” Bisikan itu terdengar, bersamaan dengan sebuah bulir bening jatuh dipundaknya.
Java tersenyum sambil mengangguk, “i love you more, sayang. Aku berangkat dulu ya?”
Seth mengangguk, ia biarkan kekasihnya itu pergi menjauh darinya. Ia hanya bisa tersenyun berat sambil melambaikan tangan pada Java yang semakin menjauh darinya.
Ia menghela nafas panjang saat Java sudah tak terlihat lagi dipandangannya, baru beberapa detik namun ia sudah merindukan kekasihnya itu.
Hansel yang menyadari hal itu hanya bisa ikut menghela nafas panjang, tentu saja ia tahu penyebab sebenarnya kepulangan Java. Namun ia tak sampai hati memberi tahu pria malang itu, ia hanya menepuk-nepuk pundak pria itu sambil berkata,
“Kalau jodoh ga bakal kemana kok.”