Eren
5 min readNov 20, 2024
a failed picnic

Sesuai janjinya Java benar-benar datang ketaman sore itu, tentu saja tak sendiri. Ia datang bersama Jevan.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Java berusaha memberanikan diri untuk menemui pria yang semalam ia kirimkan pesan itu.

“Temenin please… aku takut..”

“Lah kan yang diajak ketemuan elu, gue liat aja dari jauh. Kalo nanti dia ngapa-ngapain elu baru gue samperin.” Ucapnya.

Java menegup ludahnya kasar, matanya menatap lurus kearah pria yang tengah menunggunya diujung sana.

Kakinya melangkah perlahan, mendekat kearah pria itu.

“Ha-hai.. maaf agak lama..” ucapnya pelan, buat pria itu sontak menoleh kearahnya.

“Gak masalah, saya juga baru selesai kerja.” Ucapnya.

“Iya, kalo gitu… apa yang mau kamu bicarain. Tolong langsung bilang aja.” Ucap Java tanpa basa basi.

Seth nampak melirik kearah barat, tampak seorang pria tengah menatap kearah mereka. Ah, Seth paham. Mereka tengah diawasi.

“Saya cuma mau kasih ini.” Ucapnya sambil memberikan potong chip kecil pada Java.

Java tau betul benda apa ini.

“Banyak yang mau saya bilang ke kamu, tapi mungkin agak lama. Kasian pacar kamu nungguin kita.” Ucapnya melirik kearah dimana Jevan menunggunya.

Ah, ternyata Seth kira Jevan adalah kekasihnya.

Entah mengapa hal itu terdengar lucu buat Java, mengingat pria itu adalah manager yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

Java tertawa pelan, “dia? Dia yang kamu kira pacar aku?” Java kembali tertawa geli namun kemudian ia seka air mata yang membasahi ujung matanya.

“Dia manager aku, Jevan namanya. Dia baru datang kesini karna mau ikut liburan.” Jelasnya, buat Seth seketika menghembuskan nafasnya lega.

Ternyata ia hanya salah paham.

“Emangnya aku ini kamu, udah punya pacar tapi deketin orang lain.” Sambungnya, buat Seth mengerutkan dahinya bingung.

“Cantik ya pacarmu.” Puji Java.

Kini giliran Seth yang tertawa, jadi selama ini mereka berdua saling salah paham.

“Bukan, saya gak pernah punya pacar.” Ucapnya.

“Yang kemarin itu Shion, sepupu saya. Sama kayak kamu, dia kesini untuk liburan.” Jelasnya.

“A-ah.. jadi ternyata aku juga salah paham ya..”

Seth terkekeh pelan, sambil menganggukkan kepalanya, kemudian ia rentangkan kedua tangannya sebagai isyarat agar Java memeluknya.

Java pun langsung memeluk pria itu erat, ia ikut bernafas lega karna semua prasangka nya hanyalah kesalah pahaman semata.

Seth tersenyum, sambil berbisik “mana yang semalem kangen, pengen dicium lagi sama saya..” godanya sukses buat Java malu bukan main.

“Diem!”

Semuanya berjalan kembali normal sekarang, baik Seth dan Java sudah tak canggung lagi seperti sebelumnya.

Seth kini tengah disibukkan dengan banyak klien, semenjara Java hanya bersantai dirumahnya. Namun terkadang ia datang kestudio lelaki itu untuk mengantarkan makan siang buatannya, atau sekedar hanya ingin berkunjung karna rindu.

“Kapan ya kita main kesana lagi…” gumam Java yang didengar oleh Seth.

Seth nampak melirik kearah jendela, melihat bagaimana cuaca diluar sana.

“Sekarang bisa, setelah ini saya kosong.” Ucapnya.

“Beneran? Tapi nanti kamu capek, kan tempat itu jauh.”

Seth tersenyum, ia hampiri laki-laki manis itu lalu ia peluk dari belakang. “Nggak sama sekali, gendong kamu dari sinipun saya sanggup.” Ucapnya buat Java terkekeh.

Mereka pun langsung bergegas mengemasi beberapa barang yang akan mereka bawa, karna kali ini Java ingin mereka piknik disana.

“Loh, perasaan waktu itu ngga lewat sini deh.” Ucap Java heran saat Seth tiba-tiba memilih arah yang lain.

“Lewat sini bisa jauh lebih cepet sampainya.” ucapnya.

Java menurut, namun semakin lama-tempat yang mereka lalui semakin sepi. Banyak bangunan yang tampak terbengkalai, juga kondisi jalan yang tak bagus.

“Sebeleum ada jalan yang itu, dulu orang lewat sini. Waktu saya kecil pun lewat sini, tapi semenjak jalan disana selesai dibangun orang-orang banyak pilih jalan itu, soalnya jauh lebih kokoh.” Jelasnya.

Java mengangguk paham.

Namun ada satu hal yang menarik perhatiannya, saat ia melihat ada sebuah pemakaman diujung sana, buat bulu kuduknya seketika berdiri.

“Jangan takut, ada aku disini.” Ucap Seth meyakinkan pria itu.

Namun saat mereka akan melintas didepan pemakaman itu, mereka justru dikejutkan dengan sosok perempuan tua yang tiba-tiba keluar dari sana.

“Seth..”

“Jangan takut, mungkin disana ada makam keluarganya.” Ucapnya buat Java sedikit tenang.

Saat mereka akan berpapasan dengan wanita tua itu, tiba-tiba wanita tua itu berteriak kearah mereka lalu terjatuh diatas trotoar.

“Nggak mungkin… nggak mungkin!” Perempuan tua itu terus menatap mereka dengan tatapan takut, buat keduanya bingung bercampur panik.

Seth pun berinisiatif menghampiri wanita tua itu, “ibu nggak papa?” Tanya nya.

“Jangan sentuh saya!” Bentak wanita tua itu.

Kemudian wanita itu tiba-tiba terisak saat Java mencoba mendekatinya, tangannya bergerak menangkup pipi Java sambik terus menatapnya sambil terisak.

“Anakku… Jake.. anakku…”

Baik Seth maupun Java sama-sama bingung, mengapa wanita tua itu tiba-tiba menangis saat melihat Java dan marah saat melihat Seth.

“Jangan tinggalin mama lagi sayang… mama hancur…” lirih perempuan itu.

“Bu — nama saya Java..”

“Bukan.. kamu Jake… kamu anakku..”

Java pun memilih diam, membiarkan perempuan tua itu terus memeluknya hingga tenang.

Beberapa saat kemudian, wanita tua itu tampak sedikit tenang namun sesekali terisak pelan.

“Kamu yakin kamu bukan Jake?” Tanya wanita itu menatap Java.

Java mengangguk, “bukan, nama saya Java. Saya datang dari luar kota ini.” Jawabnya.

Wanita itu kembali menangis, “kamu benar, kalaupun Jake masih hidup, ia pasti sudah tua sekarang.” Ucapnya.

“Tapi rasanya sangat mustahil, kamu sangat mirip dengan anak saya. Namanya Jake, dia meninggal sekitar dua puluh tahun yang lalu.” Jelas wanita itu.

“Jake, anak saya sebelumnya sangat ceria. Tapi sejak pacarnya meninggal, dia berubah. Dia banyak diam, suka menyendiri, dan sering nangis. Dihari dia meninggal, dia izin sama saya buat pergi kemakam pacarnya. — ”

“ — itu jadi penyesalan terbesar saya, andai waktu itu saya nggak kasih izin. Mungkin Jake masih hidup sampai sekarang.”

Wanita itu nampak menghela nafasnya panjang, menatap kearah Java dan Seth bergantian, kemudian tertawa pelan. Namun keduanya tau itu bukanlah tawa bahagia.

“Dia pacar kamu?” Tanya wanita tua itu pada Java sambil menatap kearah Seth.

Java terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa karna diantara ia dan Seth tak ada ikatan apapun.

“Dia mirip, sangat mirip dengan pacar Jake. Makanya saya kaget waktu liat kalian..” jelas wanita itu.

“Namanya Sunghoon, dia laki-laki yang baik. Tapi sayang umurnya nggak panjang, dia meninggal karena kanker darah.”

Tiba-tiba kepala Java terasa sakit, jantungnya berdeguk kencang. Ia kembali mendengar suara asing yang entah datang dari mana.

“Sunghoon… hichhh jangan tinggalin aku… jangan biarin aku sendirian… kamu pasti cuma tidur… tolong bangun..”

“Kalau kalian mau, saya bisa tunjukkan foto Jake dan Sunghoon. Ayo ikut kerumah saya.” Ajak wanita itu.

“Seth.. Seth…” panggil Java kesakitan, Seth pun dengan sigap membawa laki-laki itu kepelukannya.

“Sakit… mau pulang… Seth..”

Seth mengangguk sambil mengelus surai legam itu lembut, “iya kita pulang sekarang.”

“Kami pamit dulu ya bu, semoga anak ibu diberi ketenangan disana…” pamit Seth, namun wanita itu justru mencegatnya.

“Ini nomor saya, tolong hubungi saya.. nanti saya kirimkan fotonya.” Ucap wanita itu.

No responses yet