Eren
8 min readNov 24, 2024

unexpected blood chain

“Seth, aku nggak yakin. Ayo kita kabur aja…” ucap Java sambil memeluk erat lengan kekasihnya itu.

Namun Seth hanya tersenyum sambil mengusap tangan mungil itu.

Lelaki itu sudah bertekad bulat untuk menemui ibunda Java, walaupun kecil kemungkinan ia akan diterima namun ia akan tetap mencoba berusaha.

Java menaril nafasnya dalam lalu menghembuskannya kasar, kemudian berjalan masuk melalui pintu besar berwarna putih itu.

Disana sang ibunda telah duduk bersama dengan Hansel dan juga sang nenek yang baru saja datang dari sana.

Java menegup ludahnya kasar, ia sangat takut dan gugup sekarang.

“Ma — mamah…” panggilnya.

Wanita paruh baya itu pun mengalihkan atensinya, lalu mendapati putra kecilnya bersama seorang orang asing yang tak ia kenali.

Namun wanita itu kemudia mengerti siapa orang itu, saat melihat bagaimana Java menggenggam erat tangan pria itu.

Seth membungkuk sopan.

“Loh kamu… kita ketemu lagi disini…” ucap sang nenek, buat ibunda Java terkaget.

“Mamah tau dia siapa?”

Wanita tua itu mengangguk sambil tersenyum, “tentu mamah tau, dia Seth photographer terkenal ditempat mamah.” Ucapnya.

“Dia sangat sopan untuk ukuran anak jaman sekarang, beda dengan — ”

“Omaaah…”

Wanita tua itu terkekeh saat Hansel, cucunya merengek ketika ia ingin membandingkannya dengan Seth.

“Salam kenal, saya Seth park. Kekasih Java.” Ucapnya.

Wanita paruh baya itu diam menatapnya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Buat jantung Java semakin berdegup tak karuan, ia sangat takut ibundanya melontarkan kata-kata kasar untuk kekasihnya.

“Seth, bisa ikut saya sebentar? Kita perlu bicara empat mata, banyak hal yang perlu saya tanyakan sama kamu.” ucap wanita paruh baya itu beranjak dari duduknya.

Java mengeratkan genggamannya pada tangan Seth, ia benar-benar takut sekarang, namun Seth justru melepaskan genggamannya dengan lembut.

“Seth…”

“It’s okay… do’a kan saya biar bisa meluluhkan hati mamah kamu.” Bisiknya sambik tersenyum lalu berjalan mengekori ibunda Java.

Java langsung terduduk lemas, ia tak kuasa menahan air matanya. Ia sangat takut Seth berada dalam bahaya karna dirinya, ia hanya tak ingin kehidupannya kali ini berakhir miris sepeti kehidupan sebelumnya.

“Sst… jangan nangis cucu omah… omah yakin anak itu bisa luluhkan hati mama kamu yang keras.” Ucap wanita tua itu mengelus surai legam cucunya itu.

Java mengangguk pelan, namun tiba-tiba Hansel ikut memeluknya. Agak aneh rasanya karna sudah lama mereka tak berpelukan sejak dewasa, pria itu tersenyum sambil mencium pucuk kepala Java sayang.

Mau bagaimana pun, baginya Java sudah seoerti adik kandungnya sendiri, Hansel akan usahan apapun demi kebaikan adiknya itu.

“Tenang aja, kalo tante Sarah masih nggak kasih izin, gua sama omah bakal bantu kalian buat kabur. Ya kan omah?”

Wanita tua itu mengangguk sambil tersenyum, “apapun demi kebahagiaan cucu-cucu omah.” Ucapnya.

Sementara dilain tempat, Seth dengan wanita peruh baya itu tengah berada disebuah ruangan yang Seth tebak ini adalah sebuah ruang kerja.

“Duduk.” Titah wanita itu.

Seth membungkuk sopan, lalu duduk disebuah sofa disana, sementara wanita itu duduk disebuah kursi didepannya.

Wanita itu nampak menghela nafasnya pelan, memperhatikan penampilan pria muda didepannya ini dari atas hingga bawah.

Lalu ia tiba-tiba tertawa pelan, anaknya benar-benar memiliki selera yang bagus sepertinya.

Seth menatap wanita itu bingung, ia pikir ada yang salah dengan penampilannya.

“Java yang ajak kamu kemari?” Tanya wanita itu tanpa basa-basi.

Seth menggeleng, “saya yang ingin datang menemui anda.” Ucapnya formal.

Wanita itu nampak menyeringai, “padahal kamu punya kesempatan buat ngajak dia kabur, kenapa nggak kamu lakuin?”

Seth tersenyum, “dari pada kabur, saya lebih baik datang secara baik-baik untuk meminta izin menikahi Java.” Ucapnya singkat.

“Gimana kalau saya nggak kasih izin itu?” Tanya wanita itu angkuh.

Seth kembali tersenyum, “saya yakin anda adalah seorang ibu yang baik, anda pasti tau yang terbaik untuk Java. Mungkin bagi anda saya bukanlah orang itu, namun saya bisa menjamin kalau Java akan bahagia jika bersama saya. Saya akan usahakan semuanya demi kebahagiaan Java.” ucapnya mantap.

“Tapi apa yang kamu punya? Kamu nggak punya apapun, bagaimana itu bisa jamin kebahagiaan Java. Kamu tau, sejak kecil Java nggak pernah kekurangan apapun, semua yang dia mau akan saya usahakan.”

Seth tersenyum masam mengingat ia memang tidak cukup kaya untuk mengimbangi semua yang ibunda Java berikan.

Wanita itu memalingkan wajahnya saat melihat lelaki dihadapannya itu bungkam, tiba-tiba hatinya terhenyuh mengingat bagaimana putra kecilnya itu menghadapi masalah ini sendirian.

Tanpa ia ketahui, putra kecilnya itu selalu mendapat cacian dan ancaman pembunuhan dari pembencinya. Putranya yang selalu terlihat baik-baik saja itu nyatanya menyimpan banyak luka tanpa bercerita padanya.

“Saya dulu juga dijodohkan seperti Java sekarang, saya kira awalnya semua berjalan mulus seperti yang saya bayangkan. Papa nya Java punya semuanya, nyaris sempurna. Tapi cuma satu yang nggak dia punya.” Ucap wanita itu.

“Dia nggak punya cinta untuk saya. Semuanya dia berikan untuk saya dan Java, tapi dia nggak bisa kasih sedikit ruang dihatinya untuk saya.”

Wanita itu nampak tersenyum kecut, mengingat bagaimana pahitnya rumah tangga yang ia jalani dulu.

“Saya bukan ibu yang baik buat Java, saya bahkan nggak belajar dari kesalahan saya. Kamu salah Seth…” wanita itu nampak terisak.

Seth terdiam, ia bingung harus melakukan apa. Namun kemudian ia beranjak dan dengan lancang memeluk wanita itu.

Wanita itu semakin menangis, Seth memang tak banyak bicara namun laki-laki itu langsung bertindak untuk menyelesaikan masalah.

Detik itu juga, wanita itu sadar bahwa hanya Seth pria yang baik yang pantas bersanding dengan putra kecilnya itu.

“Tolong jangan menangis, Java pasti sedih kalau tau anda menangis disini.”

Wanita itu mengangguk sambil melepaskan pelukan itu, lalu mengusap pipinya yang basah.

“Saya percayakan Java dengan kamu, tolong kasih dia semua cinta yang kamu punya. Jangan biarin dia sedih sendirian, kayak yang saya lakuin.”

Seth mengangguk sambil tersenyum, ia berhasil. Ia berhasil luluhkan hati sekeras batu itu hanya dengan satu tindakannya.

Wanita itu tersenyum menatapnya, kemudian mengusap kepalanya dengan lembut.

“Nanti malam ikut saya dinner dengan keluarga Jerremy, kita batalkan perhodohannya.” Ucap wanita itu.

Seth mengangguk dengan senyum lebar diwajahnya, kemudian ia peluk wanita itu sebagai bentuk rasa terima kasih karna telah mempercayainya.

“Ayo temui Java didepan.” Ajak wanita itu, Java mengangguk lalu mengekor dibelakang wanita itu.

“Seth!” Java seketika berlari menghampiri kekasihnya itu lalu memeluknya dengan erat.

Seth tersenyum lalu membalas pelukan itu sambil berbisik ditelinga Java, “we did it, sayang.” Ucapnya.

Java menatap kekasihnya itu tak percaya, kemudian bergantian menatap sang ibunda dengan tatapan tak percayanya.

Sang ibunda hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu ikut bergabung dalam pelukan hangat itu.

“Maafin mama ya sayang, maafin mama udah bikin kamu sedih…”

Java mengangguk dengan tangis haru, “Java sayang mama…”

“Mama juga sayang kamu..” ucap wanita itu lalu memeluk putra kecilnya itu erat.

“Nanti malam kita tetap dinner bareng keluarga Jerremy ya, kita batalin perjodhannya baik-baik.”

Malam itu, Jerremy telah rapi dengan tuxedo hitam yang ia pakai, datang bersama ayah dan ibunya untuk melakukan makan malam sekalian membahas tentang rencana pernikahannya dengan Java.

Sudut bibirnya tak berhenti naik, ia tersenyum puas karna ia telah menang telak sekarang.

“Selamat malam tuan dan nyonya Park, keluarga Sim sudah menunggu didalam.”

Jerremy nampak merapikan penampilannya, lalu melangkah masuk bersamaan dengan kedua orang tuanya, serta diikuti oleh satu orang kepercayaan keluarganya.

Namun saat ia masuk, ia tak mendapati Java disana.

Mendadak perasaannya tak enak, rahangnya mengeras kesal.

“Selamat malam nyonya Sarah…”

“Selamat malam tuan Park, silahkan duduk.” Ucap wanita dengan gaun hitam itu.

Mereka pun kompak duduk dikursi yang sudah disediakan.

“Kenalkan ini ibu saya, datang dari kota sebelah bersama Hansel, anak dari kakak saya.” Ucap wanita itu memperkenalkan anggota keluarganya.

Hansel nampak membungkuk sopan, lalu pandangannya langsung tertuju pada satu pria yang duduk didepannya itu, Jerremy.

Hansel nampak tersenyum namun hanya dibalas dengan tatapan datar oleh pemuda itu, buat Hansel sedikit jengkel.

“Dimana Java?” Tanya Jerremy tanpa basa-basi.

Baik Hansel dan ibunda Java saling memandang satu sama lain, lalu kemudian Hansel langsung beranjak dari duduknya.

“Saya panggilkan Java, sebentar.” Ucapnya lalu bergegas memanggil bintang utama malam itu.

Jerremy menghembuskan nafasnya lega, kemudian tersenyum senang. Tinggal satu langkah lagi laki-laki itu menjadi miliknya.

Laki-laki cantik yang membuatnya mau berkecimpungan didunia bisnis seperti ayahnya.

Sejak awal Jerremy sangat membenci hal-hal berbau bisnis dan perusahaan, ia terus menolak untuk menjadi pewaris perusahaan milik orang tuanya.

Namun orang tuanya terus memaksanya karna mereka hanya punya satu anak, yaitu Jerremy.

Hingga disuatu waktu Jerremy diancam dan dipaksa datang keperusahaan milik orang tuanya. Dan disana lah ia melihat Java untuk pertama kalinya, laki-laki dengan binar mata yang indah, juga senyum yang cantik.

Jerremy terpanah untuk pertama kalinya, hingga buatnya mau menerima kenyataan untuk menjadi pewaris perusahaan itu hanya demi bisa melihat wajah cantik itu setiap hari.

Setiap hari perasaan itu semakin besar, hingga buat Jerremy menginginkan Java seutuhnya. Dan ini lah saatnya mimpinya menjadi kenyataan.

Jerremy senang bukan main.

Namun sangat disayangkan, senyum Jerremy tak berlangsung lama saat mendapati Java yang datang bersama lelaki lain.

Lelaki yang ia lihat dibandara kala itu, lelaki yang sangat Java cintai.

Jerremy terpancing hingga menggebrak meja disana.

BRAK!!

“Apa maksudnya ini?! Kalian mau menghina saya?!” Ucapnya dengan intonasi tinggi.

Ibunda Java tak gentar sedikitpun, ia justru bersyukur tak jadi menjodohkan putra kecilnya dengan lelaki kasar seperti Jerremy.

Jerremy kesal bukan main, terlebih lagi melihat kedua orang tuanya yang sama sekali tak berkutik dan hanya diam menatap pada pria yang menghancurkan rencana pernikahan anaknya.

“Seth…”

Jerremy terkejut saat ayahnya memanggil nama pria itu, apakah ayahnya juga mengenali pria ini.

Bukan hanya Jerremy, bahkan semua anggita kekuarga Java ikut terkejut disana.

Seth hanya diam menatap pria tua dihadapannya itu, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.

“Long time no see, ayah.” Ucapnya.

Lelaki paruh baya itu terdiam, menatap pada pria tinggi didepannya itu.

Sudah lama ia tak melihat wajah putranya itu, putranya yang ia telantarkan. Putra kecil yang dulunya hanya sebahunya itu sudah tumbuh sangat besar sekarang.

Ia kira putra kecilnya itu sudah tak ada lagi didunia ini, namun nyatanya kini ia melihat putranya itu dihadapannya sekarang.

“Apa maksudnya ini?! Ayah?!” Tanya Jerremy dengan emosinya.

Namun seorang pria yang selama ini menjadi tangan kanan keluarganya itu baru berani buka suara sekarang.

“Dia Seth park, anak tuan dengan mantan istrinya dulu. Sebelum tuan menikah dengan nyonya.” Ucapnya.

Jerremy tak mengerti, ini sangat mustahil karna ia yakin usianya dengan Seth sama, justru ia lebih tua beberap bulan dari pria itu.

Jerremy menatap pria tua itu dengan tatapan meminta banyak penjelasan, namun pria tua itu hanya mengangguk saat sang ayah melirik kearahnya.

“Tuan Jerremy lahir dari hubungan tidak sah antara tuan dan nyonya, saat tuan masih memiliki seorang istri, yaitu ibu dari Seth park.”

Jerremy tak percaya ini, ia menatap Seth dari atas hingga bawah kemudian tertawa pelan. Ia masih tak percaya kalau ia memiliki hubungan darah dengan laki-laki itu.

“Nggak mungkin! Ini semua bohong kan?! Papa?!”

Pria tua itu hanya menunduk sambil mengucapkan kata maaf buat Jerremy menggeram kesal lalu membanting segelas wine kelantai.

Seth sama terkejutnya, ia tak menyangka kalau pria yang akan dijodohkan dengan kekasihnya itu adalah saudaranya.

“Seth…” Java menatap kekasihnya itu tak percaya.

Suasana disana menjadi sangat canggung, namun Seth langsung buka suara menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan.

“Saya nggak akan minta apapun dari ayah saya, Jerremy bisa ambil semua yang jadi hak saya. Tapi saya cuma ingin kalian batalin perjodohan ini, karna saya ingin menikahi Java.” Ucapanya.

Jerremy tertawa dengan sinis, menatap lelaki itu remeh.

“Kamu pikir saya akan ngalah? Saya nggak akan ngalah sama kamu Seth, walaupun kita punya satu darah yang sama!”

“Saya yang duluan menemukan Java, saya yang duluan jatuh cinta, jadi kenapa saya yang harus ngalah disini?”

Seth tersenyum menatap ‘kakak’ nya itu, “kamu sudah ambil semuanya yang jadi hak saya kak, apa itu belum bikin kakak puas?” Ucapnya sambil menekankan kata kakak ditiap kalimatnya.

Rahang Jerremy mengeras, ia sudah mencapai puncaknya sekarang. Tanpa diduga ia mengeluarkan sebuah senjata api dari sakunya, buat semua orang terkejut disana.

Namun dengan cekatan Hansel melompat keatas meja makan lalu menghantam dada Jerremy dengan kakinya hingga pria itu terhuyung jatuh kebelakang.

Hansel pun langsung menindih tubuh pria itu sambil menahan satu tangannya yang memegang sebuah senjata api itu.

“Seth bawa Java pergi dari sini!” Teriak pria itu sambik terus menahan berontakan yang Jerremy berikan.

Seth pun langsung berlari keluar dengan tangan mungil itu digenggamanannya, mereka berlari sekuat mungkin menjauhi tempat itu.

Namun saat mereka berhasil masuk kedalam mobil, terdengar suara sebuah tembakan didalam sana.

DOR!

“Seth..”

“Kita harus pergi dari sini sekarang, pasang sabuknya!” titah pria itu yang langsung dituruti oleh Java.

Seth pun langsung melajukan mobilnya cepat, meninggalkan tempat itu sejauh mungkin, membawa cintanya ikut bersamanya.

Seperti yang ia lakukan dulu.

No responses yet