Seth tengah duduk dengan tumpukan kertas dihadapannnya, ia pijat pangkal hidungnya pelan. Kepalanya pening mengurus banyak berkas yang harus ia tanda tangani.
Tak pernah ia bayangkan dalam hidupnya, ia akan menjadi seorang tuan muda dari sebuah persahaan besar. Memang tak muda sejak awal, namun ia terus berusaha mengupgrade dirinya menjadi lebih baik agar bisa mengurus perusahaan ini dengan baik.
Toktok
“Tuan Seth…”
Seth menghela nafasnya, membiarkan seorang wanita dengan kemeja putihnya itu masuk membawa beberapa berkas ditangannya.
“Ini beberapa berkas kerja sama dari brand terkenal, tuan bisa baca dulu lalu tanta tangani jika setuju.” Ucap wanita itu.
Seth mengangguk pelan, dan membiarkan wanita itu untuk kembali keruangannya.
Ia menghela nafasnya panjang, apakah ini yang dirasakan Jerremy setiap hari. Tiba-tiba ia jadi teringat dengan kakak nya itu, hari ini ia diminta berkunjung untuk menemui kakak nya disana.
Namun saat tengah sibuk membaca beberapa berkas itu, Seth mendengar suara ketukan dari pintu ruangannya.
“Masuk.” Titahnya.
Namun ketukan itu terus terdengar, buat Seth menghela nafas. Ia pun mau tak mau beranjak dari kursi kerjanya menuju pintu ruangannya, untuk melihat siapa orang yang terus mengetuk pintu itu.
Klek
Ia tarik knop pintu itu hingga terbuka, lalu ia lihat siapa dibalik sosok itu. Seth terkejut bukan main saat mendapati kekasihnya datang dengan sekotak makanan ditangannya.
“Sayang?!”
Java tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya, tanpa basa-basi Seth langsung peluk tubuh mungil yang ia rindukan itu lalu membawanya masuk kedalam ruangannya.
“Kenapa nggak bilang saya kalau mau datang, seenggaknya saya bisa suruh orang untuk jemput kamu…”
Java terkekeh pelan, “bukan kejutan namanya kalo aku kasih tau, emang cuma kamu yabg bisa kasih aku kejutan.” Ucapnya.
Seth tertawa pelan lalu beri satu kecupan pada bibir kekasihnya itu.
“Ayo makan, pasti kamu belum makan kan? Liat udah jam berapa!”
Seth melirik arlojinya, sudah pukul dua siang sekarang, ia terlambat 2 jam dari waktu makan siang.
Mereka pun duduk disebuah sofa yang ada diruangan tersebut. Java buka kotak makan siang itu lalu mulai menyendoki makanannya kemudian menyuapinya pada kekasihnya.
Ia tersenyum senang, Seth makan dengan lahap. Namun tiba-tiba pria itu merebut sendok yang ia pegang, lalu ikut menodongnya dengan sesuap makanan itu.
Java terkekeh, Seth benar-benar konsisten dengan ucapannya selamam.
Mereka pun berakhir dengan saling suap makanan satu sama lain, sambil saling melemparkan senda gurau yang ternyata mampu kembali bangkitkan energi Seth untuk menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat.
“Sore ini saya mau kekantor polisi, hari ini jadwal buat jenguk Jerremy.” Ucapnya.
Java mengangguk, ia mengerti sekarang tanggung jawab Seth semakin besar. Selain perusahaan, ia juga harus rutin menjenguk Jerremy disana, karna mau bagaimana pun Jerremy hanya punya Seth sekarang.
“Hati-hati ya? Tolong jaga diri kamu, aku selalu takut Jerremy tiba-tiba jahatin kamu.” Ucapnya.
Seth mengangguk sambil tersenyum, ia peluk kekasihnya itu dengan erat sambil ia hujami dahi sicantik dengan banyak kecupan.
“Ayo, saya antar kamu pulang.”
Disinilah Seth sekarang, duduk didalam sebuah ruangan sepetak yang dijaga ketat oleh beberapa aparat bersenjata itu.
Ia menatap lurus kearah kursi kosong yang akan menjadi tempat duduk untuk Jerremy nanti.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka, Jerremy datang dengan tangan yang diborgol kebelakang.
Ini bukan kali pertama mereka bertemu diruangan ini, namun rasanya masih terasa sangat canggung.
Semua petugas pun keluar dari ruangan itu, menyisakan Jerremy dan Seth didalamnya.
“Kamu kelihatan semakin kurus, pasti nggak punya banyak waktu untuk makan disana.” Jerremy terkekeh menatap penampilan baru adik nya itu.
Seth menghela nafasnya pelan, “ini semua juga karna kamu, andai kamu nggak nembak ayah sampai tewas. Kamu nggak akan ada ditempat sempit ini, kamu masih bisa menikmati hidup bebas diluar sana.” Ucapnya buat Jerremy tertawa pelan.
“Kalau kamu bilang ini soal menikmati hak mu, saya sama sekali nggak menikmati itu. Asal kamu tahu, dari awal saya nggak berminat sama sekali dengan itu semua.” Ucapnya.
“Saya setuju ambil alih perusahaan itu karna ada Java disana, semua yang saya lakuin disana adalah untuk Java. Tapi sialnya Java lebih milih kamu dari pada saya.”
Jerremy tersenyum masam menatap Seth dari atas hingga bawah, “lagian untuk apa itu semua, saya nggak bahagia sama sekali. Yang saya inginkan cuma Java, tapi Java sama sekali nggak pernah melirik saya.” Ucapnya.
Seth hanya diam, biarkan yang lebih tua untuk terus bicara sampai puas.
Jerremy menatap Seth sambil tersenyum, “saya sudah terima sekarang, Java memang diciptakan untuk kamu. Saya nggak berhak rebut Java dari kamu, tuhan tau saya sudah begiti banyak merebut hak kamu.”
Seth beranjak, menghampiri kakaknya itu lalu berlutut dihadapannya.
“Saya nggak dendam sama sekali tentang itu, kita cuma korban disini. Mau bagaimanapun kamu itu kakak saya, saya akan terus tunggu kamu keluar dari sini.” Ucapnya sambil menatap mata kakaknya itu.
Seth percaya, Jerremy adalah orang yang baik. Jerremy dan ia hanyalah korban dari kelakuan bejad ayah mereka, dan seharusnya mereka saling menguatkan sekarang. Karna mereka hanya memiliki satu sama lain.
Jerremy menggigit bibirnya, berusaha setegar mungkin untuk tak menitihkan air matanya. Bagaimana bisa adiknya tetap baik padanya, setelah apa yang ia lakukan.
Namun nyatanya Jerremy tak setegar itu, air matanya jatuh. Ia benar-benar menyesali perbuatannya sekarang.
“Maaf.. maafkan saya..” lirihnya.
Seth langsung peluk kakaknya itu dengan erat, ia usap punggung yang lebih tua darinya itu agar merasa lebih tenang.
“Tolong tetap sehat, saya pastikan kakak bisa keluar dari sini secepatnya. Saya nggak mau repot sendirian digedung besar itu, saya perlu bantuan kakak.” Ucapnya buat Jerremy tertawa pelan.
Jerremy mengangguk pelan, “tolong sampaikan permintaan maafku pada Java ya, bilang kalau kakak iparnya ini sudah berubah.” Ucapnya.
Seth terkekeh, namun tak lama kemudian seorang aparat masuk kedalam ruangan itu memberi tahu jika waktu kunjungannya sudah habis.
“Saya masuk dulu ya, tunggu saya bebas. Saya janji akan bantu kamu untuk mengurus gedung besar itu.” Ucapnya.
Seth tersenyum sambil mengangguk.
“sampai jumpa lagi, kakak.”
Seperti kata pepatah, darah itu lebih kental dari pada air. Tak akan ada pertikaian yang bisa merusak hubungan persaudaraan.