Sudah sepuluh tahun lamanya Jerremy mendekam dibalik dinginnya ruangan sempit yang dibatasi oleh jeruji besi. Pemuda itu benar-benar menjalani masa tahanannya layaknya narapidana yang lain.
Pagi itu Jerremy memandangi pantulan wajahnya disebuah cermin kecil didalam selnya, Jerremy terkekeh pelan saat liat rambut halus mulai tumbuh disekitar dagunya.
“Kayaknya saya perlu cukur janggut sekarang, kalau enggak Zion bakal takut sama saya.” Gumamnya sambil mengingat wajah lucu keponakannya itu.
Zion, putra kecil Seth dan Java yang sekarang berusia sembilan tahun. Jerremy tak tahu pasti bagaimana wajah keponakannya itu, namun ia bisa menebak kalau wajah keponakannya itu pasti sangat tampan.
Seth selalu bercerita bagaimana perkembangan keluarga kecilnya itu pada Jerremy, dari mulai kehamilan Java hingga kelahiran keponakannya itu.
Ia memang tak menyaksikan, namun ia bisa melihat dari foto-foto yang seringkali Seth tunjukkan padanya saat ia berkunjung kesana.
Jerremy tersenyum tipis, hari ini adalah hari yang ia tunggu. Hari dimana ia dibebaskan dari hukumannya dan bisa kembali menghirup udara bebas diluar sana.
“tuan Jerremy, tuan Seth dan yang lain sudah menunggu diluar.”
Jerremy menganggukan kepalanya, jantungnya berdegup kencang saat melihat bagaimana kunci selnya perlahan dibuka.
“Hey Jerremy, selamat atas kebebasanmu.” Ucap salah seorang tahanan dari balik selnya.
Jerremy terkekeh pelan sambil menganggukkan kepalanya, “saya duluan mr. Andy…” pamitnya.
Jerremy pun dituntun oleh beberapa aparat menuju kebebasannya, jantungnya terus berdegup kencang saat melihat bagaimana ketatnya proses pembebasannya.
Sampai saat mereka sampai disebuah pintu berbahan besi yang besar, borgol ditangan Jerremy mulai dilepaskan.
“Selamat atas kebebasan anda tuan Jerremy, semoga hidup anda bisa berjalan lebih baik setelah keluar dari sini.” Ucap seorang petugas yang selama ini selalu membantunya didalam sana.
Jerremy mengangguk, sambil tersenyum haru. Ia peluk petugas itu dengan erat sambil berkata, “terimakasih banyak sudah membantu saya disini, saya pamit dulu..”
Petugas itu membalas pelukan Jerremy sambil mengelus punggung pria itu pelan. “Tolong jangan pernah kembali kesini tuan Jerremy…”
Jerremy terkekeh sambil mengangguk, “saya usahakan.” Ucapnya.
Kemudian pintu besar itu pun terbuka, Jerremy menyipitkan matanya saat sorot tajam cahaya matahari masuk kematanya.
“Uncle Je!”
Sebuah suara kecil menyapanya dengan begitu antusias, Jerremy mulai buka matanya dan mendapati seorang pria kecil berlari kearahnya.
Jerremy terkekeh, sambil merentangkan tangannya, kemudian memeluk pria kecil itu dengan erat.
“Kamu pasti Zion, kan?”
Pria kecil itu mengangguk cepat, “aku Zion, itu Baba dan Dadda ku!” Tunjuk pria kecil itu pada Seth dan Java yang tengah berdiri didepan mereka.
Seth dan Java tersenyum kemudian mendekat kearahnya, lalu memberikan pelukan hangat dan ucapan selamat datang.
“Ayo kita segera pergi dari sini, sebelum banyak wartawan yang datang.” Ajak Seth.
Mereka pun kompak setuju dan langsung bergegas pergi dari sana.
Saat ini Shion baru saja sampai dikediaman Seth dan Java, kakinya melangkah masuk menyusuri rumah besar dengan banyak ornamen mewah yang terpajang di sana.
“Hei…” senyumnya mengembang kala kedatangannya disambut dengan sangat hangat oleh Java.
“Dimana Zion?” Tanyanya, selalu begitu sejak Java melahirkan seorang bayi kecil, maka yang pertama ia cari saat berkunjung kesana adalah bayi kecil itu.
Java terkekeh pelan, “selalu Zion yang kamu cari pertama ya, nggak mau makan dulu?” Tanyanya.
Shion menggeleng, “nggak, aku masih kenyang soalnya.”
Java mengangguk paham, “Zion tadi dikamarnya sih, coba kamu liat disana. Kalo nggak ada, mungkin lagi main sama Baba nya ditaman.”
Shion mengangguk sambil tersenyum lebar, kemudian meninggalkan Java yang nampak sibuk menyambut beberapa kerabat dekat mereka yang juga datang disana.
Tok Tok…
“Baby boy… your bubu’s here..”
Bukan jawaban yang Shion dapatkan, melainkan sebuah gelak tawa yang menggelegar dari sana. Shion terkekeh pelan, ia penasaran apa yang ditawakan oleh keponakan kecilnya itu.
Ia lantas langsung membuka pintu kamar itu, dan mendapatin Zion tengah bermain dengan beberapa miniatur dinasourus miliknya. Namun atensinya justru menangkap sosok lain yang juga berada disana, sosok yang akan menjadi bintang utama malam ini, Jerremy.
“Bubu!” Pekik anak itu girang, buat Shion tersentak dari lamunannya.
Bersamaan dengan itu, Jerremy pun ikut menatapnya.
“Bubu lihat! Aku punya uncle sekarang!!”
Jerremy sontak menunduk, entah mengapa ia merasa tak enak dan takut membuat Shion tak nyaman dengan kehadirannya. Namun justru Shion tertawa kecil sambil mengusak rambut anak itu pelan.
“Congratulations… now can you introduce me to your uncle?”
Anak itu mengangguk dengan antusias dan langsung menarik Shion untuk masuk kedalam kamarnya.
“Uncle! I wanna intoduce you to my Bubu!!” Ucap pria kecil itu sambil menarik Shion kehadapan Jerremy.
“Bubu?”
Shion tertawa pelan, ia duduk dihadapan Jerremy dengan Zion dipangkuannya. Ia lantas mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
“Aku Shion kim, adik angkat Seth waktu dipanti asuhan dulu.” Ucapnya.
Jerremy menyambut jabat tangan itu dengan canggung sambik tersenyum kikuk, “a-ah… nice to meet you Shion.” Ucapnya.
“Call him Bubu uncle! His name is Bubu, not Shion.”
"A-ah sorry, i used to think i wasn’t suited to being called uncle, so i started getting Zion used to calling me Bubu.” jelasnya.
Jerremy mengangguk paham lalu kembali menjabat tangan Shion, “Nice to meet you, Bubu.” Ucapnya.
Shion terkekeh, menatap pria dihadapannya itu. 10 tahun nyatanya tak buat pria itu menua sama sekali, sama halnya dengan Seth. Ah, mungkin ini gen spesial yang dimiliki keluarga Park.
"i think calling yourself uncle is too mainstream, how about we make a special nickname for your beloved uncle?"
Pria kecil itu mengangguk riang dengan senyum lebar, “Setuju!!”
Jerremy terkekeh, untuk sejenak ia pikir kehadirannya akan buat banyak orang ketakutan. Namun saat ini ia agak lega, saat melihat bagaimana Shion menyapanya, tak ada raut ketakutan diwajah pria itu.
“Buba!”
“Buba?”
Pria itu mengangguk sambil tersenyum lebar, “Bubu dan Buba, orang yang aku sayang setelah Baba dan Dada…” ucapnya.
Jerremy dan Shion tertawa pelan, lalu memeluk pria kecil itu bersama, yang secara tak langsung buat keduanya ikut berpelukan.
Tanpa mereka sadari, Seth dan Java berdiri didepan pintu kamar Zion. Menatap kearah mereka sambil terkekeh pelan, Java peluk lengan suaminya iyu dengan erat.
“Mereka kayak keluarga kecil, kayaknya cocok kan?”
Seth usap surai legam suaminya yang tengah bergelayut manja itu, “jangan terlalu buru-buru, biarin mereka dekat dulu.”
Java mengangguk setuju, ia tatap suaminya itu sambil tersenyum.
“Ini waktunya kita berduaan Baba, ayo gendong Dadda kekamar…”
Seth terkekeh melihat tingkah manja suaminya itu, sejak kelahiran putra kecil mereka, mereka memang susah untuk menghabiskan waktu berduaan. Kalau adapun, tak banyak dan tak puas.
“Iya sayangku…” Seth angkat tubuh mungil suaminya itu dalam gendongan, lalu membawanya kekamar mereka untuk beristirahat sejenak.