Eren
4 min readApr 14, 2024
Takut

Rara menunduk takut sambil terus menggenggam tangan Aresh erat. Jantungnya sudah beredegup kencang sejak awal ia memasuki aera tongkrongan ini.

Entah mungkin Rara yang tak biasa bersosialisasi dengan orang banyak atau memang teman-teman Aresh yang terlalu seram dimatanya.

Menyadari perubahan sikap sang kekasih, Aresh lantas menoleh pada Rara seraya mengelus lembut tangan kekasihnya itu.

“Kenapa?” Tanya Aresh basa-basi, karna pikir Aresh kekasihnya ini hanya malu untuk bersosialisasi.

Rara menggeleng sambil tersenyum kecil “engga apa-apa”

“Beneran?”

“Hu’um” Rara mengangguk.

Aresh tau, kalau kekasihnya itu hanya pura-pura saja. Dari gerak-geriknya pun terlihat jelas kalau Rara sama sekali merasa tak nyaman berada dilingkungannya. Aresh seketika jadi tak enak hati, lantas ia berikan ponselnya pada Rara agar bisa dimainkan pria manis itu.

“Tunggu bentar sambil main ya? Aku ga enak kalo pulang sekarang.” Ucap Aresh.

Rara mengangguk sambil tersenyum, “hu’um”.

Rara pun langsung menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel milik sang kekasih, mengabaikan banyak pasang mata yang tengah menatapnya sekarang.

“Oi bang Aresh! Walah.. udah lama nih kaga kesini.” Ucap salah seorang pria dengan tubuh jangkung mendekat kearah Aresh dan Rara yang tengah duduk ditepi jendela.

“Matiin dulu rokok lu!” Ucap Aresh, ia tak mau asap rokok itu menyentuh indra penciuman Rara sedikitpun.

Rakha pun menghentikan langkahnya seraya mengembuskan kepulan asap dari mulutnya.

“Pacar lu?” Tanya nya.

Aresh menoleh pada Rara yang tengah terfokus memainkan game diposelnya itu, lalu mengangguk sambil merangkul pundak kekasihnya itu.

“Iya. Sayang, ini kenalin namanya Rakha temen aku.” Ucap Aresh sambil sedikit menepuk pundak Rara pelan, memberi isyarat untuk mengenalkan diri.

Rara tersenyum kikuk sambil mengangguk pelan, “Ha-halo Rakha..”

Rakha dan beberapa temannya itu menatap takjub pada Rara, namun justru membuat Rara takut padanya.

“Cantik bang, dapet dimana?” Rakha terkekeh lalu mendaratkan bokongnya tepat dihadapan Rara.

“Yang jelas bukan diclub malem.” Jawab Aresh sarkas buat Rakha tertawa.

Suasana malam itu semakin ramai, banyak orang yang berdatangan ikut meramaikan tempat itu. Aresh dan teman-temannya pun tampak semakin asyik bercerita sementara Rara semakin fokus memainkan game diponsel kekasihnya itu.

“Resh, Resh! Motor lu pindahin kedalem aja, ada mobil truk mau lewat ntar baret.” Ucap salah seorang pria menghampiri Aresh.

Rara yang mendengar hal itupun sontak menarap Aresh seolah ingin ikut Aresh memindahkan motornya itu.

“Aku bentar doang kok, cuma pindahin motor.” Ucap Aresh lembut.

“Ikuut..”

“Yaelahh orang pacaran, bentar doang itu bang Aresh cuma pindahin motor ga nyampe 10 menit.” Ucap Rakha.

Rara menggeleng pelan sambil menunduk, buat Aresh semakin tak tega untuk meninggalkannya disini. Namun tiba-tiba terdengar suara klakson dari arah luar, yang tak lain dari sopir truk yang ingin lewat itu.

Maka, mau tak mau Aresh langsung bergegas keluar meninggalkan Rara yang merasa ketakutan itu.

“Udah jangan nangis, bang Aresh cuma mindahin motor itu.” Canda Rakha yang justru buat Rara jadi ingin menangis.

Dikelilingi orang-orang yang tampak sangat asing ini sungguh menakutkan buat Rara, apalagi tanpa Aresh seperti sekarang, walaupun cuma sebentar tapi rasanya Rara ingin menangis.

Waktu terasa bergerak lambat, Aresh tak kunjung kembali buat Rara semakin takut. Ditambah lagi saat kehadiran seorang pria yang sejak awal Rara takuti sekarang duduk dihadapannya, tepatnya disebelah Rakha.

“Wehh bang Dipta! Baru keliatan nih!” Sapa Rakha pada pria dengan mata tajam itu.

“Lu aja yang baru liat, gua dari tadi didepan maen kartu sama anak-anak.” Jawab laki-laki itu.

Jantung Rara berdegup kencang, kepal tangannya membeku, pandangannya seolah terkunci pada sosok pria dengan kaos putih yang digulung dibagian lengannya itu.

Rara benar-benar takut, pria itu sungguh terlihat menyeramkan seperti berandalan dimatanya.

“Oh iya, nih namanya Rara pacarnya bang Aresh.” Ucap Rakha mengenalkan Rara pada pria itu.

Pria itu pun menatap pada Rara, tatapannya naik dari ujung kaki hingga berhenti pada wajah Rara.

“Gua Dipta” laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Rara.

Namun, tepat pada saat itu juga Rara langsung menutup wajahnya lalu terisak menyerukan nama Aresh. Hal itu sontak membuat terkejut Rakha beserta beberapa teman Aresh, termasuk Dipta yang yang baru saja mengenalkan dirinya itu.

“Eh-eh kok nangis anjir!” Panik Rakha.

“Wah ini pasti takut sama bang Dipta nih!”

“Lah, kok gua cok! Gua baru dateng sat! Jangan bikin panik!” Ucap Dipta ikut panik.

Namun tak berselang lama Aresh datang, dan tentu saja ikut panik saat melihat sang kekasih tengah menangis diantara kerumunan temannya itu.

Aresh pun menatap Rakha seakan meminta penjelasan atas apa yang membuat kekasihnya itu menangis.

“Sumpah bang ga diapa-apain, tadi bang Dipta mau kenalan terus langsung nangis dia. Kayaknya takut sama bang Dipta.” Jelas Rakha.

“Iya Resh sumpah dah, gua baru nyebutin nama doang tadi” ucap Dipta ikut panik.

Aresh paham, ternyata pacar kecilnya itu takut pada temannya.

“Rara, hei.. aku disini..” Aresh langsung peluk kekasihnya itu sambil ia usap punggungnya dengan lembut.

“Mau pulang.. hichh.. ayo pulang Ayesh..”

“Iya iya kita pulang ya? Aku beresin dulu ini barang-barangnya.” Ucap Aresh.

Lalu setelahnya Aresh berpamintan singkat dengan teman-temannya itu kemudian bergegas membawa Rara pulang kerumahnya.

No responses yet