Eren
2 min readAug 12, 2023

— takut

Damian mengembuskan nafasnya gusar seraya menatap langit-langit kamarnya. Tak dapat dipungkiri walaupun ia merasa sangat bahagia sekarang, tetap saja terlintas sebuah ketakutan dibenaknya.

Ia takut nantinya akan gagal membangun rumah tangga yang bahagia, ia takut gagal dalam perannya sebagai istri dari seseorang, terlebih lagi ia sangat takut ia akan gagal nantinya jika diberi kesempatan menjadi orang tua.

Ia sendiri tak tahu bagaimana cara mendidik anak karna ia sendiri tak mendapatkan pendidikan langsung dari orangtuanya, bahkan wajah orang tuanya sendiri pun ia tak tahu.

Ia kemudian mengusap sudut matanya yang mengeluarkan bulir bening itu lalu kembali menghela nafas panjang.

"Sayang? Kenapa nangis lagi?" Tanya Asher bingung menatap penuh tanya pada kekasihnya itu.

"Takut." Jawab Damian singkat.

Asher tersenyum lalu membawa tubuh mungil itu dalam rengkuhannya. "Apa yang calon istri aku takutin hm?"

"Takut nantinya gagal mas. Aku takut nantinya aku gagal menjalankan peranku. Mas tau kan aku ga punya pengalaman dalam berkeluarga? Dari aku lahir aku udah dibuang sama orang tuaku di panti, aku besar disana, aku bahkan gatau gimana peran keluarga dimata ku." Jelas Damian.

"Sayang... Kamu ga sendirian disini, ada mamas yang nantinya jadi teman hidup kamu. Kita sama-sama baru dalam menjalankan peran sebagai suami-istri, pasti banyak tantangan yang harus kita lewatin. Tapi satu hal yang kamu ga boleh lupa, kamu punya mamas disini yang nantinya membimbing kamu, begitupun mamas yang punya kamu disini yang nantinya membimbing mamas juga jadi suami yang baik—."

"—Mamas yakin kok nantinya kita pasti bisa jadi keluarga yang bahagia, bisa jadi orang tua yang baik juga buat anak-anak kita kelak." Jelas Asher.

"Tapi mas, gimana kalau nantinya aku cacat, aku ga bisa punya anak. Apa kamu masih mau menerima aku? Aku pun ga tau kalau nantinya aku didiagnosa semacam penyakit turunan dari orangtua aku, kayak galaktorea yang aku alamin."

Asher menghembuskan nafasnya seraya tersenyum menatap wajah cantik yang tengah terlihat gelisah itu.

"I'll be with you, forever sayang. Mamas ga akan ninggalin kamu, sampai maut yang merenggut mamas dari kamu. Mamas jamin itu."

Damian tertegun mendengar semua jawaban atas kegelisahannya itu, hingga membuat bulir bening terjun bebas keluar dari kelopak matanya itu. Ia kemudian segera memeluk erat calon suaminya itu dan menumpahkan semua tangisnya disana— tangis haru.

"Terima kasih udah mau menerima semua kekurangan Dami mas, Dami cinta Mas."

"Mas juga cinta kamu, Dami."

No responses yet