Eren
4 min readJul 15, 2024
⋆˚࿔ tanghulu 𝜗𝜚˚⋆

Disinilah kedua anak adam ini berlabuh, tempat dimana banyak anak muda menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, entah itu mencoba beberapa wahana atau hanya sekedar berkelilinng sembari mencicipi aneka jajanan yang dijual disana.

Jake tak kuasa menahan sudut bibirnya untuk tak melengkung keatas, sebab ia ingat betul tempat ini adalah saksi dimana Sunghoon pertama kali mencuri ciuman pertamanya.

Memori tentang kejadian manis itu kembali terputar dikepala pria manis itu.

Saat itu ia dan Sunghoon masih duduk disekolah menengah atas, dengan seragam sekolahnya kedua anak adam itu berkeliaran ditempat ini.

Mencoba beberapa wahana dan jajanan, lalu ditutup dengan menaiki wahana terakhir yaitu bianglala. Jake ingat betul waktu itu ia sangat takut untuk menaiki bianglala, namun Sunghoon terus membujuknya hingga ia tak dapat menolak permintaan pria itu.

Sepanjang perjalanan bianglala itu naik, Jake tak berani menatap keluar. Jantungnya berdegup kencang hingga pelipisnya basah bercucuran keringat, namun detik berikutnya ia dibuat terkejut saat Sunghoon tiba-tiba menarik tengkuknya lalu mencuri satu kecupan disana.

Tentu saja Jake terkejut bukan main.

“I love you, Jake. Ayo jadi pacar gua.” Ucap Sunghoon waktu itu.

Saat itu Jake paham mengapa Sunghoon terus membujuknya untuk menaiki wahana itu, rupanya pria itu ingin mengungkapkan perasaannya.

Jake terkekeh mengingat kejadian itu, kejadian lima tahun silam yang membuatnya tak takut lagi pada ketinggian.

Sunghoon yang menyadari tawa kecil yang keluar dari bibir Jake lantas menoleh dengan tatapan bingung.

“Kenapa?” Tanya nya.

Jake menggeleng sambil mengeratkan genggamannya pada tangan pria itu, “ngga, cuma keinget kenangan kita jaman SMA.” ucapnya.

Sunghoon seketika berdecih, “gausah dikenang, itu kenangan buruk.”

“Kok buruk? Padahal itu kenangan bagus buat aku.”

Sunghoon menatap bianglala besar dihadapa mereka lalu menghembuskan nafasnya pelan, kemudian melirik kearah pria mungil disampingnya.

“Buruk, karna waktu itu kamu nolak aku. Padahal aku udah susah payah bujuk kamu naik, biar kita jadiannya romantis kayak difilm-film.”

Jake seketika tertawa, “Gimana yah, kan waktu itu aku belum dibolehin pacaran sama mami papi ku Hoon.”

Sunghoon hanya diam dengan raut masamnya, nampaknya pria itu sangat benci mengingat momen dimana Jake menolak ajakannya untuk berpacaran.

Jake yang merasa gemas dengan tingah pria itu tak kuasa menahan, hingga ia curi satu kecupan dipipi pria itu.

Chup

“Udah jangan sedih lagi, sekarang aku udah punya kamu kan?”

Sunghoon seketika salah tingkah sendiri hingga tak kuasa menahan senyumnya, namun pria itu kemudian langsung mengatur ekspresinya seolah-olah tak luluh dengan perlakuan pria kecilnya itu.

“Tapi tetep aja aku trauma, kamu gatau gimana rasanya ditolak. Saking traumanya aku ga berani naik bianglala lagi.” Ucapnya dramatis.

Jake tertawa, ia tau Sunghoon hanya membual.

“Yaudah kalo gitu biar trauma nya hilang, kita naik bianglala lagi, kita reka adegan lima tahun yang lalu.” Ajak Jake.

Sunghoon menggeleng, “ga ah, ga realistis. Kan waktu itu kita pake baju SMA, sensasinya udah beda.” Ucapnya.

Jake menghela nafasnya, Sunghoon memang selalu punya alasannya sendiri. Namun kemudian Jake menemukan sebuah tempat yang menyewakan baju seragam anak sekolahan disana.

Tanpa membuang waktu, Jake pun langsung menarik Sunghoon menuju tempat itu dan memilih sepasang baju seragam anak SMA untuk mereka kenakan.

“Kamu ganti disana, aku disini.” Ucap Jake menunjuk bilik ganti yang bersebelahan.

“Ganti bareng aja ga sih, sayang?” Goda Sunghoon dengan senyum nakalnya.

“Jangan mesum! Ini tempat umum ih!” Jake langsung mendorong Sunghoon masuk kedalam bilik gantinya, kemudian ia menyusul dibilik sebelahnya untuk mengganti pakaiannya.

10 menit berlalu, Jake menatap pantulan dirinya dengan seragam sekolah anak SMA yang ia kenakan sambil terkekeh.

Kemudian ia melangkah keluar dari bilik ganti itu.

“Wahh…” Jake seketika terkagum-kagum melihat Sunghoon yang sudah siap dengan seragamnya.

“Kenapa? Ganteng ya?” Tanya Sunghoon.

Jake mengangguk sambil mengacungkan jempolnya buat Sunghoon terkekeh pelan, lalu menarik pria kecil itu kedalam genggamannya.

“Mau kemana dulu kita sayang?” Tanya Sunghoon.

Jake mengedikkan bahunya, “ga jadi naik bianglala nya?”

“Kita naik yang lain dulu, bianglala terakhir aja.” Ucap Sunghoon.

“Oke, kalo gitu kita cari jajan aja yuk? Aku pengen makan tanghulu.” Jake menunjuk kearah salah satu tempat yang menjual aneka tanghulu.

Sunghoon milirik Jake dengan tatapan curiga, buat Jake kebingungan.

“Kenapa?” Tanya Jake bingung.

“Kamu ngidam ya?” tanya Sunghoon curiga.

“Ngga lah! Yakali! Aku cuma pengen aja karna udah lama gak makan itu!”

Sunghoon terkekeh lalu mencuri satu kecupan dipipi pria manis itu, “ya kan mana tau, kan ngidam juga tanda-tanda orang hamil.”

Jake merotasikan matanya, “ngga secepet itu juga kali Hoon! Baru juga dua hari.”

“Dua hari apa?” Goda Sunghoon buat pipi Jake memerah.

“Udah ah, ini jadianya kamu mau jajanin aku atau nggak nih? Kalo enggak, aku mau beli sendiri aja!”

Hahahahaha… iya iya, ayo sini aku jajanin sampe kamu gumoh.”

Sementara itu….

“Aku mau pulang.”

“Loh, katanya tadi mau jajan tanghulu?”

Sunoo menggeleng lesu, tiba-tiba sudut matanya kembali membasah hingga harus ia seka dengan lengannya yang terbungkus jaket itu.

“Noo, kenapa kamu tiba-tiba nangis gini sih?!” Panik Winter, saudari kembarnya.

Sunoo menggeleng pelan, namun terus terisak dibalik lengannya.

Winter yang kebingungan pun spontan mengedarka pandangannya, mencari-cari penyebab dari tangisan saudara kembarnya itu.

Namun tak lama kemudian saat Winter menatap kearah tempat penjual tanghulu yang tak jauh berada didekat mereka itu, ia dapat temukan penyebab tangisan saudara kembarnya itu.

“Bangsat, jadi itu yang bikin kamu nangis Noo?”

Sunoo tak menjawab, buat Winter semakin naik pitam hingga nyaris menghampiri dua sejoli yang tampak sangat bahagia itu, Sunghoon dan Jake.

“Udah, jangan bikin ribut, aku mau pulang aja…” ucap Sunoo lirih.

“Kamu diselingkuhin Noo, harusnya kamu labrak!” Kesal Winter.

Sunoo menggeleng dengan senyum kecutnya, “aku udah ngga berhak, soalnya aku udah ngga ada hubungan apapun sama dia.” Ucapnya.

Winter berdecih menahan amarahnya, “karma itu pasti ada, mereka yang jahatin kamu gak akan pernah bahagia Noo.”

“Win udah, aku mau pulang.”

No responses yet