Setelah selesai membereskan semua barang dikamar barunya, Dami keluar untuk mengambil segelas air karna merasa haus.
Saat melewati ruang tengah ia tak sengaja melihat Asher, pemuda yang akan ia susui itu tengah duduk disana seraya menonton TV.
Niat awalnya yang ingin mengambil minum kini berubah, kakinya malah melangkah mendekat kearah sofa yang Asher duduki.
"Eh, Dami. Udah selesai beres-beresnya?" Tanya Asher.
"Udah mas" Jawab Dami tersenyum.
"Sini duduk, kita nonton." Asher menepuk ruang kosong disebelahnya.
Dami menurut, kemudian ia duduk tepat disebelah Asher.
Asher tersenyum. "Dami mau nonton film apa?"
"Ah.. Gapapa mas film ini aja."
Dami dan Asher kemudian diam, mereka masih merasa sedikit canggung satu sama lain.
"Mas"
"Dami" Panggil mereka bersamaan.
"Ah, kamu aja dulu" Sanggah Asher cepat.
"Eum... Mas, kalo aku boleh tau mas sakit apa? T-tapi kalo mas keberatan untuk jawab ngga apa-apa kok..." Tanya Damian sedikit kikuk.
"Ah, gapapa kok Dami. Wajar kalo kamu ingin tau. Jadi mas sebenernya belum divonis sakit, tapi mas ada riwayat keturunan autoimun dari mendiang papa dulu. Jadi mas butuh antibodi untuk tubuh mas.
Kata dokter Jefran, antibodi terbaik itu hanya ada pada ASI. Jadi itulah kenapa mas minta pertolongan kamu yang kebetulan punya sedikit masalah dengan produksi ASI" Jelas Asher panjang.
Damian hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon, sebenarnya ia tak begitu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Asher, namun ia dapat menangkap poin pentingnya. Yaitu Asher butuh ASI nya untuk hidup.
"Jadi mas selama ini minum ASI untuk hidup ya.."
Asher terkekeh "lebih tepatnya untuk hidup sehat seperti orang-orang pada umumnya."
"Oh iya, mas juga mau tanya sesuatu sama Damian boleh?" Tanya Asher.
"Boleh mas"
"Kalo mas boleh tau, kamu beneran belum menikah atau hamil? Mas cuma agak sedikit ngga percaya, karna selama ini mas dapat donatur ASI dari wanita yang sudah punya bayi."
"Oh... Aku juga awalnya kaget mas. Aku tau pertama kali itu karna baju aku basah waktu lagi ngampus dulu. Ternyata setelah aku liat ya gitu, aku punya ASI.
Aku takut banget waktu itu, aku kira aku hamil padahal pacar aja ga punya mas" Damian tertawa pelan.
"Terus aku periksa kedokter, katanya aku divonis galaktorea. Terus kata dokter galaktorea biasanya hilang sendiri tapi ini udah jalan 3 tahun tapi ngga hilang-hilang" Jelas Damian.
"Dokter bilang penyebabnya apa? Mungkin faktor makanan atau keturunan?" Tanya Asher.
"Kata dokter bisa jadi keturunan Mas"
Asher menganggukkan kepalanya mengerti.
"Orang tua kamu tau kondisi kamu kan? Terus tentang kesepakatan kita, kamu kasih tau orang tua kamu kan?"
Damian tersenyum getir "aku ngga tau siapa orangtua ku mas, gimana aku mau kasih tau mereka. Aku dari bayi udah dititipin kepanti asuhan, bahkan yang punya panti asuhan aja ngga pernah liat orang tua ku. Katanya sih dulu aku ditaruh gitu aja didepan pintu panti."
Asher sedikit merasa tak enak karna telah menanyakan pertanyaan sensitif. Ia kemudian bergerak merengkuh tubuh Damian kedalam pelukannya.
Damian yang dipeluk merasa terkejut.
"Maafin mas ya udah nanya hal yang nggak mengenakkan untuk kamu. Tapi sekarang kamu punya mas, mas bakal jagain kamu"
Entah mengapa kata-kata yang Asher ucapkan membuat Damian sangat terharu hingga menitihkan air matanya.
"Iya mas, makasih ya.." Jawab Damian lalu membalas pelukan Asher.
Asher mengangguk lalu melepaskan pelukannya, ditatap nya mata milik Damian lalu tangannya tergerak mengusak surai hitam milik Damian.
"Kamu kalo ada apa-apa jangan sungkan ya sama mas, mas ada disini untuk kamu. Em... Biar kita nggak canggung lagi kedepannya, ayo temenan!" Asher mengacungkan jari kelingkingnya kearah Damian.
Damian tersenyum dan mengangguk lalu menautkan kelingking kecilnya pada milik Asher.