Eren
3 min readDec 31, 2024
sour and sweet

Tok Tok

Jinan yang tengah berbaring lesu diranjangnya itu seketika terperanjat kaget mendengar ketukan dari pintu kamar kost nya. Ia buru-buru bangkit merapikan penampilannya lalu membukakan pintu untuk pak Agam.

Klek

“Halo…” sapa pertama pria itu dengan senyumya.

Namun yang curi perhatian Jinan adalah sebuah paperbag dan kantong plastik berisi rujak buah ditangan pria itu.

“Bapak beneran beli rujak?” Tanya nya tak percaya.

Pak Agam mengangguk pelan, “kan katanya kamu pengen rujak buah, jadi saya belikan.” ucapnya.

Entah mengapa buat Jinan sangat tersentuh hingga rasanya ingin menangis, namun ia langsung memalingkan wajahnya sambil menggeser tubuhnya, mempersilahkan pria itu masuk kedalam kamarnya.

Pak Agam pun masuk kedalam kamar Jinan, tak lupa untuk melepaskan sepatunya terlebih dahulu lalu menaruh paperbag dan kantong plastik yang ia bawa disebuah meja kecil disana.

Ia keluarkan satu box rujak buah dari plastik berwarna hitam itu, lalu membukanya.

“Sini katanya mau rujak kan?” Ucapnya.

Jinan pun mendekat, berdiri disebelah pria itu.

Pak Agam menarik sebuah kursi yang ada disana lalu medudukinya, kemudian ia menepuk-nepuk pahanya pelan, mengisyaratkan Jinan untuk duduk dipangkuannya.

Jinan pun langsung duduk diatas pangkuan pria itu tanpa rasa canggung, sebab saat keduanya telah bersama seperti ini keduanya bebas melakukan apapun.

“mau yang mana?” Tanya pak Agam.

“Mau mangga, tapi jangan pake garem.” Jawab Jinan.

“Loh nanti asem”

“Emang lagi pengen makan yang asem asem kok..”

Pak Agam tersenyum lalu menyuapi sepotong mangga muda kemulut Jinan.

“Asem nggak?” Tanya pak Agam.

Jinan mengangguk sambil menelan potongan mangga muda itu, “asem tapi enak.” Ucapnya.

Pak Agam lagi-lagi tersenyum, kali ini tangannya yang tengah memeluk perut Jinan itu bergerak naik turun, mengusapi permukaan lembut yang masih rata itu.

Jinan seketika berdegup kencang, apakah pak Agam sudah tau kalau ia tengah mengandung sekarang?

“Pak..”

“Hm?”

“Anu… pak — e-euh… anak…” ucap Jinan gugup buat pak Agam kebingungan.

“Anak? Anak apa Jinan?”

“Itu pak…” Jinan menggigit pipi dalamnya, ia benar-benar gugup sekarang.

“Oh — saya ngerti…” ucap pak Agam bikin Jina makin berdegup.

“Coklat kamu nggak saya kasih ke anak lain kok, itu saya bawa didalam paperback… kalaupun kamu nggak mau, kamu bisa kasih buat temen kamu.” Ucap pak Agam bikin Jinan menatapnya tak percaya.

Ternyata pak Agam masih belum tahu soal kabar kehamilannya, Jinan sedikit lega sebab ia belum siap melihat reaksi pak Agam.

“O-oh iya itu.. makasih ya pak oleh-olehnya.. maaf saya ngerepotin terus..” ucapnya.

Pak Agam menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, “saya sama sekali nggak keberatan kok.”

Jinan mengangguk pelan, ia membalikkan tubuhnya, duduk menghadap pak Agam. Ia tatap wajah yang ia rindukan itu lamat-lamat, sambil terus mencium aroma mint yang terus menyeruak dari pria itu.

“Pak…”

“Iya Jinan, kenapa? Saya disini.”

“boleh saya peluk bapak?”

Tanpa menjawab, pak Agam langsung tarik Jinan kedalam pelukannya. Ia dekap tubuh mungil itu sambil beri usapan-usapan lembut dipunggungnya.

Sementara itu Jinan langsung merebahkan kepalanya didada pak Agam, mendusal disana seraya menghirup aroma yang sangat ia rindukan itu.

“Saya kangen.” Ucapnya.

Benar apa yang Bayu katakan, ketika hamil seseorang hanya butuh ditemani oleh pasangannya, walaupun pak Agam belum terikat sebagai pasangannya

No responses yet