Eren
3 min readJul 13, 2023

—tolong bangun...

Sunghoon berlari tergesa-gesa disepanjang lorong rumah sakit meninggalkan Heeseung yang masih sibuk mencari parkir untuk mobilnya. Ia berlari secepat yang ia bisa, mengabaikan beberapa pasien hingga perawat yang ia tabrak tanpa meminta maaf.

Ia tak peduli itu, yang ia inginkan hanya sampai dengan cepat keruang milik Jaeyun.

Sesampainya disana, terlihat sangat ayah dengan raut wajah cemas tengah mondar-mandir didepan pintu ruang itu.

"Ayah" Panggil Sunghoon membuat sang ayah menoleh.

"Tenang, dokter sedang berusaha menyelamatkan Jaeyun didalam sana. Banyak berdo'a pada Tuhan agar Jaeyun selamat." Ucap sang ayah menenangkan Sunghoon.

Namun nampaknya itu sama sekali tak berpengaruh, Sunghoon justru semakin cemas.

Tangannya terasa dingin, bahkan ujung jari-jarinya terasa membeku. Ia benar-benar sangat takut sekarang hingga membuat jantungnya berdegup sengat kencang.

Segala bentuk do'a ia panjatkan didalam benaknya agar Tuhan tak mengambil salah satu mahluknya itu.

Heeseung yang baru sampai didepan ruangan itu langsung duduk disamping Sunghoon. Ia beri usapan pada punggung temannya itu agar dapat merasa lebih tenang.

"Jaeyun ga akan kenapa-napa Hoon, dia ga akan ninggalin lu. Tenang!"

Klak.

Pintu ruangan itu terbuka, dokter terlihat keluar dari sana lalu memanggil ayah Sunghoon untuk mendekat. Dokter itu terlihat nampak berbicara dengan serius, pun raut wajah sang ayah semakin membuat Sunghoon takut.

Setelahnya dokter itu kembali masuk kedalam ruangan itu dan menutup pintunya.

Sunghoon segera bangkit lalu menghampiri sang ayah.

"Dokter bilang apa yah?!" Tanya Sunghoon cemas.

"Cuma izin untuk melakukan tindakan akhir yang berisiko, jangan takut, Dokter lagi berusaha didalam sana" Ucap sang ayah menenangkan.

Sunghoon mengusap wajahnya kasar.

Ia sangat takut saat ini, ia takut Jaeyun nya tak dapat ia peluk lagi, ia takut Jaeyun nya pergi kepangkuan Tuhan.

Pikirannya berkecamuk, rasa takutnya seakan telah menguasai pikirannya.

"Tenang Hoon, banyak do'a" Heeseung kembali menenangkan temannya itu.

Ceklek.

Pintu kembali terbuka, memperlihatkan dokter yang akan keluar dari sana.

Jantung Sunghoon berdegup kencang, kakinya seakan melemas kala melihat raut wajah sang Dokter.

Tangannya mengepal kuat dengan rahang yang mengeras. Ekpresi itu, ekspresi yang paling ia benci sejak terakhir ia lihat.

Belum sempat sang dokter berucap ia langsung berlari masuk kedalam ruangan tersebut.

Kakinya langsung lemas hingga membuatnya terduduk dilantai kala melihat tubuh kasih tersayangnya telah terbujur kaki dibawah kain putih yang menutupinya.

"H-hoon..." Suara heeseung ikut bergetar kala melihat jasad Jaeyun yang terbaring diatas Bankar.

"BANGSAT!! SALAH GUA APA SIALAN!! hiks..." Sunghoon berteriak kencang diiringi isak tangis.

Dunianya seakan hancur kala mengetahui kapalnya tak dapat berlabuh padanya.

"Hoon udah Hoon... Ikhlasin..." Heeseung merangkul pundak temannya itu seraya memberi kekuatan padanya.

Sunghoon menipis tangan Heeseung hingga membuat Heeseung mundur darinya.

Ia bangkit lalu menarik kain putih yang menutupi tubuh kasihnya itu.

Tangisnya kembali pecah kala melihat wajah cantik sang kasih telah tertidur dengan damainya.

Ia peluk tubuh sang kasih dengan erat dan menangis disana.

"Bangun Yun... Hiks... Aku mohon.."

Namun Jaeyun kini hanyalah sebuah jasad kaku yang tak dapat melakukan apapun.

Heeseung yang melihat hal itu membuang pandangannya kearah lain, hatinya ikut merasakan sakit melihat dan mendengar tangis putus asa Sunghoon. Diam-diam ia ikut menangis seraya mengusap air matanya.

"Ikhlaskan. Jaeyun telah mendapat tempat terbaik disana." Ucap sang ayah yang tak dihiraukan olehnya.

Ia masih terus menangis memeluk jasad Jaeyun yang sudah terbujur kaku itu.

"Yeyun bangun! Tolong.... Gue mohon bangun Yun..." Sunghoon mengguncang jasad kaku itu dengan kuat, berharap jiwa dari jasad itu kembali bersemayam kedalamnya.

Namun nihil, tak ada respon apapun.

Seakan tak menyerah pada takdir Tuhan, Sunghoon berusaha memberi nafas buatan pada jasad itu.

Sang ayah yang melihat hal itu langsung menghentikan perbuatannya. Karna mau bagaimana pun usaha Sunghoon, Jaeyun tak akan kembali padanya.

Bruk

Sunghoon terjatuh tak kala sang ayah menariknya hingga terduduk dilantai.

Plak

Satu tamparan mendarat pada pipinya. Sunghoon terdiam dengan rahang yang mengeras, menatap ayahnya dengan tajam.

"Jaeyun sudah bersama Tuhan! Tugas kamu sekarang hanya mengikhlaskannya! Dengan kamu seperti ini hanya membuat Jaeyun susah dialam sana. Biarkan Jaeyun beristirahat dengan tenang Sunghoon, biarkan Tuhan menjaganya!"

Sunghoon tersadar, semua upayanya hanyalah sia-sia semata. Ia tak bisa melawan kehendak Tuhan, ia hanyalah manusia biasa.

Ia kembali menangis hingga terisak, kepalanya terasa pening, dadanya terasa nyeri. Tak pernah ia bayangkan orang yang ia sayangi kembali meninggalkannya.

"Catat waktu kematiannya, suster"

Sunghoon bangkit berdiri, ia tatap wajah cantik yang sudah terlelap tenang itu untuk terakhir kalinya. Lalu kakinya melangkah keluar meninggalkan ruangan itu dengan langkah gontai.

Ia tak ingin berlama-lama menatap jasad itu, karna semakin ia lama ia melihatnya, semakin sakit hatinya karna tak bisa merelakannya.

No responses yet