“Tuan Seth mengalami sindrom couvade yang dialami para pria saat pasangannya tengah mengandung, ini biasanya terjadi karna adanya perubahan hormon pada pria. Peningkatnya hormon prolaktin dan kortisol menyebabkan pria mengalami gejala morning sickness seperti yang dialami oleh pasangannya.” jelas pria dengan stetoskop yang menggantung dipundaknya itu.
“Tapi kita selalu pakai pengaman kok dok, saya ingat betul kalau saya selalu minum pil nya.” Ucap Java yakin.
Dokter itu terkekeh, “pil yang kamu minum itu hanya mencegah kehamilan, bukan berarti menghentikan kehamilan. Selama kamu bisa hamil, maka kamu akan tetap hamil. Terima saja, mungkin ini hadiah dari tuhan untuk kalian.” Ucapnya.
Baik Java maupun Seth sama-sama terdiam, mereka terkejut mendapat berita yang seharusnya menjadi berita bahagia ini. Namun mereka memikirkan bagaimana nasib putra kecil mereka yang terus-terusan menolak untuk diberi adik.
Mereka takut, dengan adanya berita ini justru buat putra kecik mereka menjadi sedih.
Dokter yang melihat bagaimana ekspresi cemas mereka pun tampaknya mengerti, “kalau memang kalian belum siap, kalian bisa melakukan pengguguran janin. Selagi janin ini masih kecil.” Ucap dokter itu.
Jantung Java seketika berdegup kencang, ia tak mungkin membunuh calon buah hatinya itu. Ia langsung melingkarkan kedua tangan diperutnya, ia tak bisa bayangkan bagaimana sedihnya calon bayi mereka didalam sana.
“Seth…”
Seth menghela nafasnya pelan lalu memeluk suaminya itu erat seraya berikan kecupan didahinya, agar suaminya itu tenang.
“Kita pertahanin ya? Dia anak kita juga, sama kayak adek.” Ucapnya.
Java mengangguk pelan sambil memeluk suaminya itu erat.
Sesampainya dirumah, meraka langsung disambut oleh Jerremy dan Shion yang tengah menginap dirumah mereka. Wajah keduanya tampak cemas menatap pada Java dan Seth yang tampak murung.
“Seth nggak kenapa-napa kan?” Tanya Shion khawatir.
Bukannya menjawab, Java justru kembali melemparkan pertanyaan pada Shion “Zion udah tidur?” tanyanya yang langsung diangguki oleh Shion.
“Ayo, kita ngobrol didalam aja. Udara malam nggak baik buat orang hamil.” Ucap Seth.
Shion mengangguk, ia pikir orang hamil yang dimaksud hanyalah dirinya.
Saat mereka telah berkumpul, duduk diruang tengah rumah itu, Java mengeluarkan dua testpack dan hasil usg dari rumah sakit.
Mata Shion seketika membelalak tak percaya, begitupun Jerremy.
“Kamu hamil?!”
Java mengangguk lesu, buat Shion dan Jerremy bingung.
“Terus kenapa kalian kayak sedih gitu? Harusnya kalian seneng dong! Kalian bakal punya anak kedua!!”
Java melirik Seth, perasaannya masih bercampur, ia tak tahu harus senang atau sedih. Semuanya terlalu tiba-tiba.
“Hei, kalau masalah Zion kalian nggak perlu khawatir. Mungkin dia kaget, tapi dia pasti seneng kalau tau kamu hamil Jav — ”
“Dadda hamil?”
Mereka semua terkejut saat lihat kehadiran Zion dibelakang mereka.
“Adek, kok adek bangun sayang?” Tanya Java langsung menghampiri putra kecilnya itu.
Putra kecilnya itu tak menjawab, justru kembali lontarkan pertanyaan yang sama.
“Dadda hamil, ya?”
Tubuh Java seketika melemas, ia menunduk sambil mengangguk dengan pasrah.
“Maafin Dadda…”
“Dadda jahat!”