“Ayang~” panggil Sunghoon merentangkan tangannya manja pada kekasihnya yang baru saja tiba itu.
Jake yang baru saja tiba itu pun langsung menghampiri Sunghoon yang masih terbaring lemas diranjangnya.
“Obatnya udah diminum kan?” Tanya Jake seraya mengusap dahi kekasihnya itu.
Hangat Jake rasakan pada dahi kekasihnya itu.
Sunghoon mengeleng lemas, lelaki itu terlalu lemah untuk sekedar meneguk obatnya.
“Yang, kalo aku meninggal kamu jangan sedih ya? jangan lupain aku juga, aku sayang banget sama kamu.” Ucap Sunghoon buat Jake ingin tertawa.
“Kok kamu senyum sih? Kamu seneng ya aku mau meninggal? Oh, jangan-jangan kamu bahagia ya bisa pacarin selingkuhan kamu — ”
Chup
“Ngawur!”
Sunghoon seketika terdiam setelah bibirnya dikecup oleh kekasihnya itu.
“Kamu itu ga akan meninggal cuma gara-gara demam Hoon, kan kamu kuat. Kamu lupa emang sama janji kamu mau nikahin aku? Masa mau meninggal.” Jake mengelus surai kasihnya itu dengan begitu lembut.
“Sayang…” panggil Sunghoon manja.
“Iya sayang, aku disini” jawab Jake tersenyum manis.
“Sini pelukan ayo” Sunghoon merentangkan tangannya.
Jake menggelengkan kepalanya buat sudut bibir Sunghoon tertarik kebawah.
“Minum obat dulu, kalo ga minum aku gamau peluk kamu.” Ucap Jake.
“Jahat, yaudah siniin obatnya, aku abisin sekalian biar kamu mau aku peluk.”
Jake terkekeh pelan, Sunghoon yang biasanya terlihat kuat seperti preman itu sekarang menjadi begitu manja padanya.
Jake pun meraih secangkir air putih dan satu tablet paracetamol untuk ia berikan pada kekasihnya itu.
“Pelan-pelan minumnya!” Ucapnya.
Sunghoon mengangguk kemudian menegak tablet obat itu dengan sekali telan.
“Udah?”
Sunghoon mengangguk lemas, “sekarang ayo pelukan!” Sunghoon merentangkan tangannya.
Jake tersenyum sambil mengangguk, kemudian ia rebahkan tubuhnya disamping Sunghoon, lalu ia merengkuh tubuh lemas kekasihnya itu kedalam pelukanya.
“Makanya lain kali kalo dibilangin jangan ngeyel…” ucapnya sambil menyisir surai legam kekasihnya itu.
Sunghoon tak menjawab, lelaki itu nampak nyaman memeluk tubuh mungil Jake seraya mendusal pada lehernya.
Jake tersenyum, ia biarkan lelakinya itu mendusal pada lehernya.
“mau cium kamu.” Ucap Sunghoon.
Jake terkekeh, “ga boleh, kamu lagi sakit ntar aku ketularan.” Ucapnya lembut.
“gapapa, kita sakit bareng, biar nanti meninggalnya bareng ju — akhhh sayangg!!” Sunghoon meringis saat hidungnya dicubit oleh sang kekasih.
“Jangan ngawur makanya!” Ucap Jake lalu melepaskan cubitannya.
“Cium makanya biar aku ngga ngawur lagi!” gerutu Sunghoon.
Jake terkekeh, “ada aja alesannya, yaudah mau dicium dimana, sayang?”
Sunghoon mendongak, menatap bibir kekasihnya itu sayu. Lalu tanpa aba-aba bibirnya langsung saja menyembar bibir manis milik kekasihnya itu.
Selang beberapa saat, cumbuan itu pun Jake sudahi karna sudah tak kuat ingin meraup pasok oksigen untuk paru-parunya.
“Lagi, sayang lagi..”
“Sembuh dulu, nanti kita ciuman lagi.”
“di kost kamu?”
“Hmm”
“Masuk juga boleh?” tanya Sunghoon ambigu buat Jake menatapnya bingung.
“Masuk apa?”
Sunghoon tersenyum penuh arti lalu membisikka sesuatu pada telinga kekasihnya itu.
Jake terkekeh sambil mengangguk, “boleh, tapi tunggu kost ku sepi ya?”