Eren
3 min readSep 15, 2024
° ᡣ𐭩 run . ° .

Sayang kamu mau bawa adek kemana sayang?

Sayang hei.. kok kamu diem aja? Jawab aku, jangan tinggalin aku sendiri… please..” Siluet itu bergerak semakin menjauh, buat ia mau tak mau berlari sekuat tenaga agar dapat menggapai siluet dari orang yang ia cintai itu.

Namun nihil, upaya yang ia kerahkan sia-sia.

Siluet itu kini menghilang entah kemana, menyisakan dirinya seorang diri didalam ruang gelap dan suram ini.

“Jake!!” Sunghoon terbangun dari tidurnya, dengan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.

Nafasnya nampak naik turun seolah habis berlari dari tempat yang jauh.

Jantungnya berdegup kencang tak tenang, matanya bergerak kesana kemari mencari sosok Jake yang sudah tak ada disebelahnya lagi.

“Sayang!” Panggilnya seraya bangkit dari kasurnya.

Pandangnya belum jelas namun kakinya sudah berlarian mengitari isi rumahnya.

“Sayang kamu dimana?!” Panggilnya lebih keras, persaannya semakin kalut.

Ia sungguh takut bunga tidurnya jadi kenyataan.

Merasa tak ada sahutan sedikitpun, Sunghoon bergegas berlarian keluar rumah, bahkan tak memedulikan kaki yang harus ia pakaikan alas agar tak terluka.

“Sayang! Sayang kamu kemana?!” Panggil nya keras.

Perasaannya sungguh tak tenang, Sunghoon benar-benar ketakutan sekarang, bahkan nyaris menangis.

Ia benar-benar takut Jake meninggalkannya sendirian.

Sementara itu, Jake tampak sumringah mendorong sepeda kecil yang dinaiki putra kecilnya itu sembari menikmati udara pagi yang masih sejuk dan bersih dari polusi.

Beruntung minimarket terletak tak jauh dari kediamannya, hingga ia bisa menjangkaunya hanya dengan berjalan beberapa menit saja.

Daddada… dda..

“Hum? Adek laper?” Tanya nya pada putra kecilnya.

Sikecil mengangguk cepat, buat Jake semakin gemas.

“Sabar ya, bentar lagi kita sampe rumah terus papah bikinin mamam adek..” ucapnya.

Pwaa.. pah pah papah..

Jake terkikik pelan mendengar celotehan putra kecilnya yang tengah kelaparan itu.

“Jake!”

Jake tersentak saat mendengar panggilan dari suaminya yang tengah berdiri didepan halaman rumah mereka.

Jake terkejut melihat bagaimana wajah Sunghoon menatapnya penuh khawatir, buat ia buru-buru mendorong sepeda putra kecilnya itu menuju rumah mereka.

“Kamu kenapa?!” Tanya Jake khawatir.

“Kamu yang kenapa?! Pergi gak bilang dulu! Kamu lupa udah punya suami, hah?!” Sunghoon bertanya balik dengan nada tak bersahabat, buat Jake semakin terkejut karna merasa dibentak.

“Kamu kok tiba-tiba marah sih?! Aku cuma beli yogurt adek bentar! Gak lama!” Balas Jake kesal.

“Cuma?! Kalo cuma, apa salahnya kamu kasih tau aku dulu?! Kamu tau gak aku nyariin kamu kayak orang gila disini?!”

“aku udah bilang aku cuma beli yogurt buat adek bentar!”

“Tapi kamu gak bilang dulu sama aku Jake!”

Percekcokan terasa semakin memanas, baik Jake maupun Sunghoon tak ada yang mau mengalah.

Entah karna Sunghoon terlalu khawatir atau Jake yang kesal karna tingkah laku suaminya yang tak jelas itu.

Aaaaanggg~!! Aaaaa… hichh … paahhh~… ddaahh~…

Tangisan dari sikecil sukses buat dua orang dewasa yang tengah berselisih paham itu bungkam dan panik.

Jake langsung mengambil alih putra kecilnya itu kedalam gendongannya, menepis tangan suaminya yang juga ingin menggendong putra kecilnya itu.

“Gak usah deket-deket aku sama adek, kalo kamu mau marah-marah!” Ucapnya kesal lalu meninggalkan Sunghoon sendirian dihalaman rumah mereka.

Sunghoon mengeram frustasi sambil mengacak-acak rambutnya kasar, bukan ini yang ia inginkan. Bahkan ia tak bermaksud memarahi lelaki manisnya itu, ia hanya khawatir bunga tidurnya menjadi kenyataan.

Namun tak mungkin ia ceritakan bunga tidurnya pada Jake bukan? Ia tak ingin Jake ikut khawatir seperti dirinya sekarang.

No responses yet